- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Megengan Menjelang Ramadan Di Jatim, Apem sebagai Simbol Makanannya


TS
nibrasulhaq
Megengan Menjelang Ramadan Di Jatim, Apem sebagai Simbol Makanannya

Apem Kue Khas Menjelang Ramadan
Ramadan adalah bulan yang sangat dinanti-nanti kaum muslimin. Mengapa dinanti-nanti? Karena bulan itu adalah bulan mulia.
Ramadan bulan mulia, karena di dalamnya ada satu hari yang nilai kemuliaannya setara dengan seribu bulan. Artinya seseorang yang beramal salih di hari itu akan mendapat pahala setara 84 tahun.
Semua kaum muslimin akan berharap memperoleh malam kemuliaan itu, yang dikenal dengan malam lailatul qodar.
Untuk itulah sebelum memasuki bulan mulia ini, ada beberapa daerah yang masih melestarikan budaya tertentu dalam penyambutannya. Seperti di daerah ane, ada budaya megengan.
Acara megengan, beragam caranya, kalau di daerah ane, biasanya sehari sebelum puasa Ramadan, orang-orang akan datang ke masjid untuk mengadakannya.
Biasanya, orang-orang akan datang dengan membawa nasi, lauk pauk, buah dan yang paling penting sebagai simbolnya adalah dengan membawa kue apem.
Mengapa pada tradisi megengankue apem jadi pilihan dan menjadi simbol tradisi ini?
Kata apem itu dipadankan dengan kata afwan dari Bahasa Arab, artinya maaf dari Bahasa Indonesia. Berharap dalam menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan, kita bisa tenang dan lancar karena hati sudah bersih karena sudah mendapatkan kemaafan baik dari Allah yang maha pemaaf, tetapi juga dari sesama.
Mungkin dari sesama ada kesalahan yang disengaja ataupun tidak disengaja melakukannya.
Sebenarnya megengan, tidak ada dalam ajaran Islam. Hanya saja, dahulu para sunan yang ingin mengajarkan Islam, terutama Sunan Kalijaga mengajarkan islam dengan mendekatkan pada ajaran agama sebelumnya, yaitu agama Hindu.
Sunan Kalijaga mengajak berpuasa dan ibadah ramadan, memodifikasi cara memulainya dengan kegiatan megengan. Kegiatan kenduri makan bersama di masjid dari makanan-makanan yang dibawa.
Selain kegiatan kenduri, di dalam acara megengan ada kegiatan tahlil bersama, biasanya lebih sering dinamakan (tahlilan).
Semua berharap agar ramadan kali ini adalah ramadan mulia dan #RamadanBerkah. Sehingga di akhir ramadan, segenap kita mendapat gelar muttaqiin.
Hanya saja, tahun ini adalah masuk tahun kedua adanya pandemi, sehingga #RamadanBerkah kali ini, kegiatan megengan, tidak lagi seperti dahulu.
Kita datang ke masjid dan berkumpul, baca tahlil bersama lalu makan bersama setelahnya.
Namun, kali ini acara megengan tidak lagi seperti itu. Tetapi ane dan yang lain
mengirimkan kue, nasi, buah dan sayur dalam sebuah tempat, lalu kita kirimkan ke rumah tetangga masing-masing. Sebagai bentuk permohonan maaf. Dan tentu kue yang pasti ada di dalamnya yaitu kue Apem. Kue simbol permohonan maaf.
Oke gansis, begitulah bentuk acara megengan di daerah ane. Lalu, bagaimana acara megengandi daerah agansist? Sama ataukah berbeda?
Terima kasih untuk gansis yang sudah berkenan singgah di thread ane. Sampai jumpa di thread ane berikutnya.
Wassalam
Penulis: nibrasulhaq
Narasi : dokpri
Sumber gbr. : Google dan link sdh tercantum
Ramadan bulan mulia, karena di dalamnya ada satu hari yang nilai kemuliaannya setara dengan seribu bulan. Artinya seseorang yang beramal salih di hari itu akan mendapat pahala setara 84 tahun.
Semua kaum muslimin akan berharap memperoleh malam kemuliaan itu, yang dikenal dengan malam lailatul qodar.
Untuk itulah sebelum memasuki bulan mulia ini, ada beberapa daerah yang masih melestarikan budaya tertentu dalam penyambutannya. Seperti di daerah ane, ada budaya megengan.
Acara megengan, beragam caranya, kalau di daerah ane, biasanya sehari sebelum puasa Ramadan, orang-orang akan datang ke masjid untuk mengadakannya.
Biasanya, orang-orang akan datang dengan membawa nasi, lauk pauk, buah dan yang paling penting sebagai simbolnya adalah dengan membawa kue apem.
Mengapa pada tradisi megengankue apem jadi pilihan dan menjadi simbol tradisi ini?
Kata apem itu dipadankan dengan kata afwan dari Bahasa Arab, artinya maaf dari Bahasa Indonesia. Berharap dalam menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan, kita bisa tenang dan lancar karena hati sudah bersih karena sudah mendapatkan kemaafan baik dari Allah yang maha pemaaf, tetapi juga dari sesama.
Mungkin dari sesama ada kesalahan yang disengaja ataupun tidak disengaja melakukannya.
Sebenarnya megengan, tidak ada dalam ajaran Islam. Hanya saja, dahulu para sunan yang ingin mengajarkan Islam, terutama Sunan Kalijaga mengajarkan islam dengan mendekatkan pada ajaran agama sebelumnya, yaitu agama Hindu.
Sunan Kalijaga mengajak berpuasa dan ibadah ramadan, memodifikasi cara memulainya dengan kegiatan megengan. Kegiatan kenduri makan bersama di masjid dari makanan-makanan yang dibawa.
Selain kegiatan kenduri, di dalam acara megengan ada kegiatan tahlil bersama, biasanya lebih sering dinamakan (tahlilan).
Semua berharap agar ramadan kali ini adalah ramadan mulia dan #RamadanBerkah. Sehingga di akhir ramadan, segenap kita mendapat gelar muttaqiin.
Hanya saja, tahun ini adalah masuk tahun kedua adanya pandemi, sehingga #RamadanBerkah kali ini, kegiatan megengan, tidak lagi seperti dahulu.
Kita datang ke masjid dan berkumpul, baca tahlil bersama lalu makan bersama setelahnya.
Namun, kali ini acara megengan tidak lagi seperti itu. Tetapi ane dan yang lain
mengirimkan kue, nasi, buah dan sayur dalam sebuah tempat, lalu kita kirimkan ke rumah tetangga masing-masing. Sebagai bentuk permohonan maaf. Dan tentu kue yang pasti ada di dalamnya yaitu kue Apem. Kue simbol permohonan maaf.
Oke gansis, begitulah bentuk acara megengan di daerah ane. Lalu, bagaimana acara megengandi daerah agansist? Sama ataukah berbeda?
Terima kasih untuk gansis yang sudah berkenan singgah di thread ane. Sampai jumpa di thread ane berikutnya.
Wassalam
Penulis: nibrasulhaq
Narasi : dokpri
Sumber gbr. : Google dan link sdh tercantum


triwinarti memberi reputasi
1
348
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan