Kaskus

Entertainment

NegaraTerbaruAvatar border
TS
NegaraTerbaru
NU Tak Lagi Seperti Dulu
Spoiler for Alm Slamet Effendi Yusuf dan Said Aqil Siraj:


Spoiler for Video:


“Pada prinsipnya NU mengakui agama apapun. Pengakuan ini merupakan konsekuensi sikap NU yang berdasarkan toleransi (tasamuh) terhadap adanya perbedaan keyakinan agama” – Slamet Effendi Yusuf (mantan Waketum PBNU)

Pernyataan almarhum Slamet Effendi Yusuf pada 2014 tersebut ia lanjutkan dengan pengakuan eksistensi agama Baha’i. Begitulah hakekatnya pandangan NU terhadap keragaman beragama. PBNU berpedoman pada “lakum dinukum waliyaddin” yang artinya: “Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku”.

Akan tetapi, lain NU dulu lain pula NU kini. Ormas Islam yang didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari tersebut dewasa ini memiliki pandangan yang sempit soal keyakinan. NU kini seolah menjadi pemarah, merasa paling benar, yang lain dinilai sesat atau radikal dengan berbagai macam dalihnya.

Seperti yang terjadi pada aliran kepercayaan Hakekok Balakasuta yang diamankan usai ritual mandi bersama di rawa viral di media sosial. Atas temuan tersebut, Ketua PBNU Robikin Emhas mengatakan tidak ada ajaran agama apa pun di Indonesia yang punya ritual mandi bareng.

Robikin berharap pemuka agama memperkuat pemahaman masyarakat supaya tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dari nilai-nilai agama. Apalagi terkait dengan suatu ritual pembersihan dosa. Ia pun meminta aparat dan pemerintah setempat membina 16 pengikut Hakekok Balakasuta.

Sumber : Detik[PBNU soal Hakekok: Tak Ada Agama Punya Ritual Mandi Bareng Pria-Wanita]

Menganggap aliran kepercayaan Hakekok Balakasuta sebagai aliran sesat atau menyimpang tentu sangat bertolak belakang dengan prinsip NU yang mengakui agama apapun. Bukankah pengakuan eksistensi agama atau kepercayaan merupakan perwujudan dari toleransi NU terhadap perbedaan keyakinan agama?

Fenomena NU yang menjadi ‘keras’ ini pun menjadi perhatian Ketua Harian Pergerakan Penganut Khittah Nahdliyyah (PPKNU) H Tjetep Muhammad Yasin. Terutama usai melihat kemarahan sejumlah warga NU di medsos terkait flyer info Kajian Ramadhan yang digelar di PT PELNI dengan sejumlah ustad yang dinilai radikal atau memiliki ajaran wahabi.

Gus Yasin merasa heran dengan perubahan sikap NU yang kini merasa paling benar, yang lain dinilai radikal, mengancam eksistensi NKRI, dan sebagainya.

“Selama ini NU tidak pernah meminta pemerintah menutup pengajian. Baru saat ini NU menjadi pemarah, seakan menjadi penguasa segala-galanya. Lalu, minta yang lain dihabisi, tidak boleh hidup. Bukankah ini soal keilmuan. Dan NU, itu gudangnya orang alim. Hanya NU yang bisa menggelar Munas Alim-Ulama. Jadi, kalau soal Wahabi itu, kecil,” jelas Gus Yasin, yang juga alumni Ponpes Tebuireng.

Sumber : Gelora [Geger Kajian 'Ustad Radikal' di Pelni, Gus Yasin: Heran! Mengapa NU Merasa Paling Benar, Yang Lain Dinilai Radikal]

Dalam kedua contoh tersebut, kita dapat saksikan bahwa NU kini merasa sebagai pihak yang paling benar. Tak hanya menganggap aliran kepercayaan Hakekok sebagai aliran yang menyimpang, tapi juga menuduh ajaran Wahabi sebagai ajaran yang radikal dan tak boleh hidup di negeri ini.

Maka timbul pertanyaan di dalam benak kita semua. Jika dalam kedua contoh yang berlawanan tersebut saja NU telah merasa sebagai pihak yang paling benar, bagaimana dengan aliran kepercayaan yang menggabungkan antara ajaran Islam dengan Kristen seperti yang terjadi pada ajaran Lia Aminuddin alias Lia Eden?

Pada tanggal 9 April 2021, Lia Eden dikabarkan meninggal dunia. Kabar duka itu diinformasikan melalui akun Instagram Serikat Jurnalis Keberagaman (Sejuk). "Ratu Surga pengabar kesucian wahyu-wahyu Tuhan itu berpulang. Lia Eden (Lia Aminudin) yang sejak 1995 meyakini terus menerima bimbingan malaikat Jibril telah meninggal Jumat lalu," tulis Sejuk.

Sejuk menyebutkan pula bahwa Lia Eden bersama komunitas Salamullah adalah simbol perjuangan kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Sumber : Viva ['Ratu' Komunitas Salamullah Lia Eden Meninggal Dunia]

Sebagai informasi, Lia Eden yang pernah menyebutkan Ahok harus menjadi presiden Indonesia tersebut memiliki keyakinan yang ia namai dengan ajaran Takhta Suci Kerajaan Tuhan. Dalam ajaran tersebut, Lia menyebutkan salah satu pengikutnya sebagai reinkarnasi Nabi Muhammad.

Lia juga mensahkan salat dalam dua bahasa dengan bersandarkan pada Alquran surat Maryam ayat 97, serta menafsirkan Surat An Najm ayat 6 untuk membenarkan bahwa sosok malaikat Jibril telah bersemayam dalam dirinya.

Hal yang paling unik dari ajaran Lia Eden yakni menghalalkan daging babi karena menurutnya babi tidak haram lagi di zaman yang hewan ternaknya riskan dikonsumsi karena penyakit flu burung, sapi gila, dan antraks yang membahayakan.

Ajaran tersebut tentu saja berbeda dengan ajaran umat Islam pada umumnya. Namun jika kita melihat prinsip dasar dari NU yang mengakui agama apapun, seharusnya tidak akan terusik dengan adanya aliran kepercayaan, spiritual, maupun perbedaan ajaran yang terjadi di dalam agama Islam itu sendiri.

Bukankah NU gemar mengklaim terdepan soal Keragaman? Jika benar keragaman yang dikedepankan, maka sungguh aneh ketika NU paling sering pula menetapkan aliran spiritual tertentu sebagai sesat dan harus dimusnahkan.
Diubah oleh NegaraTerbaru 14-04-2021 10:48
inesyasiscaAvatar border
normankhalifAvatar border
keniapardedeAvatar border
keniapardede dan 6 lainnya memberi reputasi
5
841
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan