[ASK] Apakah Menurut Agan MUI Memiliki PrivilegeTertentu?
TS
RickyAdr
[ASK] Apakah Menurut Agan MUI Memiliki PrivilegeTertentu?
Sesaat setelah sarapan bubur ayam, dan ditutup dengan secangkir teh daun mint, Ane pun langsung melakukan rutinitas keseharian Ane yaitu melihat-lihat apa yang sedang terjadi di media sosial. Ya, mau gimana lagi Gan, kalau kerja di bidang industri kreatif berbasis digital, emang perlu banget untuk selalu update perkembangan yang ada di dunia maya, hehe..
Beberapa menit setelah membuka media sosial, Ane pun tertarik dengan sebuah pembahasan dari Luqman Hakim yang merupakan anggota DPR RI dari Fraksi PKB. Melalui akun Twitter-nya, Luqman mencuit sebuah isu pembahasan tentang Majelis Ulama Indonesia (MUI). Berikut ini cuitan yang disampaikan oleh Luqman pada 7 April 2021, pukul 12.32 AM.
"MUI itu ormas, bukan Kementerian/Lembaga Negara. Clear ya kedudukan MUI. Sbg ormas, negara harus perlakukan MUI sama seperti ormas2 lain. Jika negara beri previlige tertentu, pasti akan ada pihak2 yg gunakan MUI utk cari untung pribadi/kelompok. Apakah sdh terjadi? Ada yg tahu?"
Cuitan tersebut langsung menjadi pembahasan hangat netizen. Beberapa netizen menyampaikan pandangannya atas MUI mengenai sertifikasi halal yang seharisnya diatur dan dikeluarkan oleh Kementerian Agama, bukan oleh ormas. Beberapa netizen lain juga mengatakan bahwa MUI terkesan sangat kebal sekali dan negara seperti takut jika MUI dibubarkan.
Mengenai sertifikasi halal, terdapat juga netizen yang geli terhadap sertifikasi halal kulkas. Menurutnya, sertifikasi halal kulkas terkesan menggelikan tapi ya sudahlah. Pokoknya, banyak sertifikasi dari MUI yang menurut mereka terkesan aneh.
Tak hanya soal sertifikasi saja, netizen lain pun juga membalas cuitan dari Luqman dengan pandangan Gus Dur dan Gus Mus terhadap MUI. Ada netizen yang mengungkit bahwa Gus Dur dulu pernah berkata untuk "bubarkan saja MUI", dan perkataan Gus Mus yang mengatakan bahwa MUI itu sebenarnya makhluk apa.
Mantan Presiden RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), di Jakarta, Minggu, menyorot kritis kiprah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dinilainya, antara lain suka membuat fatwa sesat, sehingga mengusulkan pembubaran atas lembaga itu.
"Jadi, bubarkan MUI. Dia bukan satu-satunya lembaga kok. Masih banyak lembaga lain, seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah. Jadi, jangan gegabah keluarkan pendapat," ujarnya.
Dalam orasi akhir tahunnya, Gus Dur juga berpendapat, organisasi ulama tersebut sudah terbiasa mengeluarkan fatwa secara serampangan, terutama terkait dengan fatwa aliran sesat.
"Makanya, MUI bubarin sajalah kalau caranya begini. MUI kan hanya satu dari sekian ormas Islam. Oleh karena itu, jangan gegabah mengeluarkan pendapat. Karena hal itu bisa membuat kesalahpahaman semakin melebar," katanya.
Bagi Gus Dur, sikap MUI semacam itu ikut memicu timbulnya radikalisme dan fundametalisme di Indonesia.
"Beberapa waktu lalu, Sekjen MUI Ikhwan Syam mengatakan, MUI kan tugasnya bikin fatwa. Pendapat tersebut saya bantah," ujar Gus Dur.
Gus Dur, yang juga Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), lalu menunjuk contoh dalam kasus Ahmadiyah.
Sebaiknya, menurut Gus Dur, MUI tidak menggunakan kata sesat, karena Undang Undang Dasar (UUD) telah mengatur kebebasan berbicara dan kemerdekaan berpendapat.
"Kita bukan negara Islam tapi nasionalis," ujarnya.
Sejumlah tokoh hadir pada acara pidato akhir tahun tersebut yang dimulai sekitar pukul jam 13.00 WIB, antara lain Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Soetrisno Bachir, Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar (juga Ketua Umum DPP PKB), dan Ketua Komisi Yudisial (KY), Busyro Muqodas, serta Agum Gumelar.
Gus Mus: MUI Itu Sebenarnya Makhluk Apa?(01/04/2015, Tempo)
Spoiler for Gus Mus: MUI Itu Sebenarnya Makhluk Apa?:
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Ahmad Mustofa Bisri, mempertanyakan keberadaan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Menurut Gus Mus—panggilan akrab Mustofa Bisri, hingga kini status keberadaan MUI tidak jelas. Padahal MUI mengatasnamakan diri sebagai ulama.
"MUI itu sebenarnya makhluk apa? Enggak pernah dijelaskan. Ujuk-ujuk (tiba-tiba) dijadikan lembaga fatwa, aneh sekali," kata Gus Mus dalam pengajian dalam rangka ulang tahun unit kegiatan mahasiswa di kampus III Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, Senin malam, 30 Maret 2015.
Di hadapan ratusan hadirin, Gus Mus mempertanyakan sebenarnya apa status MUI. Ia pun bertanya kepada para hadirin, "Itu MUI makhluk apa? Instansi pemerintah? Ormas? Orsospol? Lembaga pemerintahankah? Tidak jelas, kan? Tapi ada anggaran APBN. Ini jadi bingungi (membingungkan)."
Menurut Gus Mus, penggunaan nama ulama bisa disalahgunakan. Di MUI, kata dia, asal bisa jadi pengurus MUI maka akan disebut sebagai ulama, meski hanya menjadi sekretaris maupun juru tulis. "Ya, juru tulis itu akan disebut ulama. Mosok pengurus majelis ulama tidak ulama," kata Gus Mus, yang disambut tawa para hadirin.
Gus Mus juga resah terhadap penyematan panggilan ustad untuk orang yang sebenarnya belum layak. Ia mencontohkan ada seseorang yang hanya paham satu ayat sudah disebut ustad. "Kalau sudah pernah tampil di TV adalah ustad. Asal pinter jubahan meski kelakuane (kelakuannya) preman," kata Gus Mus.
Gus Mus menambahkan, melakukan dakwah tidak bisa hanya dengan memahami satu potong ayat Al-Quran. Maka, Gus Mus menyatakan tidak setuju jika ayat-ayat Al-Quran diterjemahkan. Anehnya, penerjemahan Al-Quran dimulai oleh Kementerian Agama.
"Kalau Al-Quran diterjemahkan maka balagohnya hilang," kata Gus Mus. Menurut Gus Mus, banyak orang yang memaknai Al-Quran hanya melalui terjemahan ayat per ayat sehingga yang disampaikan cenderung salah kaprah.
Menanggapi pembahasan mengenai MUI ini, bagaimana tanggapan Agan?
Apakah Agan sepakat dengan argumen netizen-netizen tersebut, atau Agan punya pandangan sendiri dalam menyikapi terkait MUI?