- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
SCARY STORIES


TS
Lovembers
SCARY STORIES

Sinopsis:
Sebuah Cerita Anthology bergenre horor thriller yang menyajikan cerita yang penuh misteri juga dibumbui oleh drama-drama keluarga yang akan membuat pembaca penasaran setengah mati. Novel ini bercerita tentang; Rumah Berhantu kehidupan di rumah sakit jiwa perkumpulan para penyihir modern juga tentang komunitas aliran sesat memiliki alur maju dan mundur karena ditambahkan beberapa flash back yang menjelaskan kejadian di masa kini. Setiap judul akan memiliki tema yang berbeda. Selamat membaca!
Sebuah Cerita Anthology bergenre horor thriller yang menyajikan cerita yang penuh misteri juga dibumbui oleh drama-drama keluarga yang akan membuat pembaca penasaran setengah mati. Novel ini bercerita tentang; Rumah Berhantu kehidupan di rumah sakit jiwa perkumpulan para penyihir modern juga tentang komunitas aliran sesat memiliki alur maju dan mundur karena ditambahkan beberapa flash back yang menjelaskan kejadian di masa kini. Setiap judul akan memiliki tema yang berbeda. Selamat membaca!
(RUMAH BERHANTU) PART 1
1978
Rumah besar bergaya klasik itu berdiri kokoh diantara rumah-rumah lainnya di daerah puncak Cisarua Bogor. Dengan arsitektur bergaya Eropa, dinding yang menjulang tinggi bermotif bata menambah keangkeran rumah yang telah diterlantarkan oleh penghuninya ini.
Rumput-rumput liar dibiarkan tinggi tanpa ada yang merawat, daun-daun kering yang jatuh dari sebuah pohon beringin besar di depan rumah berserakan dimana-mana. Gerbang besi bercat hitam mulai lusuh berkarat karena dimakan usia.
Seorang gadis kecil berumur 5 tahun tampak asyik memandangi rumah itu. Entah apa yang ia perhatikan, akan tetapi seolah-olah dia begitu enggan meninggalkan halaman rumah besar ini.
Praaaang...
Bunyi kaca jendela pecah mengagetkan gadis kecil dengan down syndrome yang bernama Adeline ini.
"Hey Dio, dasar bodoh, jangan kau pecahkan jendelanya!"
"Diam kau!" Dio menyuruh kembarannya diam. "Hallo anak aneh!" sapa Dio pada Adie.
Dio dan Rio hendak masuk ke dalam rumah kosong itu.
"Hei kalian, kalian akan mati di dalam sana," kata Adie
"Tutup mulutmu atau kami akan memukulmu! dengan tongkat kami!" Teriak Roy.
"Kalian akan menyesalinya, Kalian akan menyesalinya..." gumam Adie berulang-ulang.
Tapi Dio dan Rio adalah sepasang anak kembar yang nakal, mereka tidak mengindahkan kata-kata Adie. Dengan berbekal tongkat pemukul kasti, Dio dan Rio menghancurkan semua bagian rumah.
Cermin-cermin berbingkai ukiran klasik pun kini menjadi pecah berantakan. Bangku-bangku kayu yang mulai dimakan rayap makin empuk jadi sasaran pukulan mereka.
Setelah puas mengobrak abrik lantai dasar mereka naik menuju lantai dua, ada beberapa kamar di lantai dua, salah satu kamar yang menarik perhatian mereka salah kamar yang di dalamnya penuh toples-toples berisi cairan kimia pengawet dan bagian organ manusia.
Ada telinga yang diawetkan, lalu usus, jantung, jari, dan masih banyak lagi.
"Dio, sebaiknya kita keluar dari ruangan ini, disini baunya sangat busuk," Rio mengajak saudaranya keluar.
"Sebentar, aku penasaran dengan toples agak besar yang ditutupi kain itu," Dio mendekati tabung dari rak paling belakang lalu membukanya perlahan-lahan.
Dan...
"Aaaaa!!" kedua anak bandel itu menjerit dan mecahkan tabung-tabung yang di dekatnya, ternyata isi toples kaca paling besar itu adalah kepala bayi yang dikuliti dengan mata yang hampir lepas.
Rio berlari ke bawah menuju pintu keluar, namun saat hendak membuka pintu, dia sadar bahwa saudaranya tidak ada di dekatnya.
"Kemana Dio?" gumam Rio, dia mulai memanggil manggil saudaranya.
"Dio...dio kamu dimana?"
Tak ada jawaban, Roy memutuskan kembali ke lantai dua sambil terus menerus memanggil Dio.
Tetap tak ada jawaban dari Dio, Rio hanya mendengar suara decit dari kamar ujung dilantai dua. Dia menghampiri kamar itu berharap menemukan saudaranya.
Ya, Rio menemukan tongkat milik Dio diluar kamar, dia yakin Dio ada di dalam. Perlahan pintu dibuka, Rio mendengar rintihan, itu rintihan Dio.
Benar saja Dio tergelak di lantai dengan posisi menelungkup dan merintih, Rio memegang bahu Dio hendak mengajaknya pulang.
Perlahan Dio membalikan wajahnya.
"Diooo...!" Rio menjerit karena melihat muka Dio yang dikuliti, darah meleleh menutupi wajahnya dan kini dia sedang sekarat.
Tanpa membuang waktu Rio membalikan badan hendak berlari tapi kemudian, sebuah bayangan hitam, sangat besar menutupi kedua saudara kembar ini dan membunuh mereka berdua.
***
2020
Vivian Herman adalah seorang IRT berusia 40 tahun dan sedang melakukan pemeriksaan rutin di dokter kandungan pribadinya.
“Bagaimana menstruasimu sekarang? Sudah lancar?” tanya dr. Ray.
“Dua bulan sekali dok,” jawab Vivian. “Bukannya aku mengeluh dok, setelah mengalami keguguran, Ben sangat membenci darah, apalagi darah yang banyak,” ujar Vivian.
“Ada masalah dengan gairah?” lanjut dr Ray.
“Tidak saat sendirian,” canda Vivian.
“Belakangan ini aku berhasil merawat wanita seusiamu dengan terapi hormon bio-identik,” dr Ray memasangkan spekulum untuk memeriksa alat reproduksi Vivian.
“Untuk apa?” tanya Vivian.
“Ini hanya semacam pencegahan, tubuh manusia itu ibarat rumah, kau bisa memperbaiki ubin di kamar mandi atau dapur tapi jika pondasinya rusak itu akan sia-sia,” ujar dr Ray.
“Apa ada efek sampingnya?” Vivian lanjut bertanya pada dokter kepercayaanya.
“Sekarang duduklah,” dr Ray menyuruh Vivian duduk di kursi pasien. "Jadi TPHB tidak saja memperbaiki kulit dan organ vitalmu, tapi juga mencegah tubuh terserang penyakit, hampir semua pasien yang ku terapi mengatakan mereka merasa 10 tahun lebih muda," tutur dr Ray.
“Entahlah, aku bahkan tidak membiarkan keluargaku minum dari botol plastik, saking ingin hidup sehat, menggunakan hormon tanpa tahu efek sampingnya kurasa…”
“Merasa 10 tahun lebih muda,” sela dr Ray.
“Aku tidak butuh hormon dok, aku hanya berusaha bisa mengendalikan tubuhku sendiri, setelah apa yang terjadi,” sahut Vivian.
“Aku hanya berusaha membantu, Vivian apa sebenarnya yang kau takutkan?” dr Ray memberikan resep untuk Vivian.
Benak Vivian mengingat kembali bagaimana setelah mengalami keguguran dia memergoki dengan mata kepalanya sendiri, Beni Herman… suaminya tidur dengan perempuan bernama Heydi yang merupakan mahasiswinya di kampus, mereka bercinta diatas ranjang pribadi, di rumahnya sendiri di sebuah kawasan Elita Darmo Permai Surabaya. saat itu Vivian lebih awal pulang dari Malang dan berniat memberi kejutan pada Beni dengan tidak mengabari kepulangan nya, tapi ternyata malah Ben yang berhasil mengejutkannya.
Kejadian itu sangat menggoyahkan Rumah Tangga Beni dan Vivian. Beni tidak mau kehilangan Vivian terlebih Violet, anak mereka. Dia benar-benar berusaha menebus kesalahannya pada Vivian dengan melakukan segala hal. Termasuk menjual rumahnya di tengah kota Surabaya dan pindah ke tempat baru yang sedikit ke pinggir kota di daerah Cisarua Bogor supaya Vivian bisa menenangkan diri dan melupakan insiden nya.
Sebagai psikiater terkenal, Beni juga berhenti mengajar di kampus tempat dia bertemu dengan Heydi lalu memilih hanya buka praktek di rumah barunya di bogor supaya lebih dekat dengan Vivian dan Violet.
Tapi rupanya semua pengorbanan Ben belum bisa meluluhkan hati Vivian, seolah olah Vivian bertahan hanya karena Violet, bukan karena masih mencintai Ben.
Hari itu Beni, Vivian dan Violet untuk pertama kalinya berkunjung ke rumah baru mereka.
“Aku suka rumah ini, begitu antik, kau menyukainya sayang?” tanya Beni.
“Ya, bahkan ini terlihat lebih bagus daripada iklan di internet,” ujar Vivian.
“Bagus, sekarang kita mirip Adam's Family,” cetus Violet yang tampak kurang senang dengan rumah barunya yang tampak angker itu.
“Hey, tukang ngeluh kemari…sedang apa kau berdiri disana!” Beni memanggil Violet.
Pintu rumah terbuka, seorang wanita separuh baya memperkenalkan dirinya dan mengajak mereka bertiga berkeliling rumah.
“Selamat datang…silahkan masuk, nama saya Marni dari agen properti, mari ikut saya,” Marni masuk rumah diikuti Beni, Vivian dan Violet. “Rumah bergaya klasik ini dibangun 1920 oleh dokter Belanda yang terkenal pada masa itu, pemilik sebelumnya sepasang kekasih pria memugar total rumah ini,” kata Marni
“Pasangan homoseksual?” celetuk Violet.
“Ya seperti itu,” jawab Marni. "Ini dapurnya, kau suka masak?" tanya Marni.
"Vivi hobby sekali masak, masakannya enak sekali," puji Beni, “Oh ya, kau katakan disini ada ruangan yang bisa kupakai untuk bekerja? Karena aku berniat hanya kerja di rumah dan dekat dengan keluarga.” Sahut Beni.
“Oh ya ada, ruangannya sebelah kanan kamar utama, kau seorang psikolog ya?” tanya Marni.
“Saya seorang psikiater remaja,” jawab Beni.
Vivian melepaskan Heli, Heli adalah anjing mungil jenis cihuahua kesayangan Vivian. Heli memang anjing yang lincah, dia langsung berlari mengelilingi rumah selepas dari pelukan Vivian.
Guk…guk…guk
Terdengar gonggongan Heli dari arah belakang rumah..
“Sayang, tolong lihat Heli…kenapa dia menggonggong.” Vivian menyuruh Violet.
Violet menuruti ibunya dan segera mencari Heli ke belakang.
"Ada apa Heli? Mengapa kau menggonggong?" Violet mendapati Heli sedang menggonggong di depan sebuah pintu di belakang rumah.
Bersambung...






franssinaga dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.3K
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan