Para pencinta bulutangkis atau Badminton Lovers yang lahir di generasi Y dan Z pasti asing mendengar nama Minarni Soedarjanto. Jelas saja, karena masa jaya legenda bulutangkis yang satu ini adalah pada rentang tahun 1960-1970. Namun, jika bicara soal prestasi dan kontribusi yang Ia berikan untuk Indonesia... rasanya nih Gan Sis, ia pantas disebut sebagai Ratu Bulutangkis Nasional. Rajanya siapa? Hehehe cari sendiri ya~

Bisa dikatakan nih Gan Sis, Minarni merupakan jalan pembuka prestasi para atlet Tanah Air hingga kini. Kalau mengikuti gaya anak zaman sekarang, kita bisa sebut: Queen Minarni Paved The Way!

Ya bagaimana tidak? Wanita kelahiran Pasuruan, 10 Mei 1994 ini sudah memulai kariernya sejak usia 13 tahun atau pada 1956. Baru dua tahun berselang sejak pijakan pertamanya di bulutangkis, Minarni langsung dipanggil oleh Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) untuk segera bergabung dan menjadi atlet negara.

Benar saja nih Gan Sis, pada 1959 berbagai macam kejuaraan pun dibabat habis, salah satunya adalah Kejurnas Bulutangkis di Malang. Berbekal prestasi tersebut, Minarni yang baru berusia 16 tahun itu pun langsung dipercaya maju untuk berkompetisi di Piala Uber 1960. Meskipun belum berhasil meraih gelar, tapi bukankah bermain di ajang sebesar itu dengan usia semuda itu saja sudah prestasi yang luar biasa?

Sebagai atlet nasional, Minarni dipercaya menjadi atlet untuk dua sektor sekaligus, yakni tunggal dan ganda putri.

Pada Asian Games 1962, Minarni Soedarjanto/Retno Koestijah di sektor ganda putri sukses mengantongi medali emas.

Nah untuk turnamen yang lagi heboh-hebohnya diserang netizen Indonesia nih, yaitu All England, Minarni merupakan pebulutangkis putri Indonesia pertama yang melaju ke babak final pada tahun 1968. Nyaris menjadi Juara, Minarni harus mengakui kekalahannya usai ditekuk perwakilan Swedia, Eva Twedberg dan menjadi runner-up. Tetapi untuk sektor ganda putri, bersama Retno Koestijah, Minarni berhasil menjadi juara ganda putri All England pertama bagi Indonesia.

Pada tahun selanjutnya, banyak pertandingan Series Open yang berhasil ia sikat, mulai dari Malaysia Open, AS Open, hingga Kanada Open sebagai tunggal, ganda putri bersama Retno Koestijah, dan ganda campuran bersama Darmadi.

Sebagai salah satu tunggal putri andalan pada saat itu, Minarni tidak pernah absen tampil pada Piala Uber 1960, 1963, 1966, dan 1969, namun sayangnya Indonesia selalu gagal juara. Kemudian ketika didapuk menjadi tuan rumah pada Piala Uber 1975, rasanya memang Istora Senayan menjadi tempat yang paling tepat untuk mencetak sejarah.



Benar saja nih Gan Sis, Indonesia berhasil meraih gelar Juara Piala Uber setelah menaklukkan juara bertahan, Jepang, pada partai final dengan poin akhir 5-2. Selain pe raihan ini merupakan Piala Uber pertama buat Indonesia sepanjang sejarah, kemenangan ini juga menjadi akhir bagi Minarni Soedarjanto sebagai pemain. Piala Uber 1975 merupakan pertandingan terakhir Minarni sebelum ia memutuskan untuk pensiun.

Entah bagaimana jadinya bulutangkis tanpa kehadiran Minarni Soedarjanto dengan sederet kemenangan bersejarahnya.

Namun kini, kita semua hanya bisa mengenang jasa-jasanya karena Minarni Soedarjanto telah menghadap Sang Pencipta pada 14 Mei 2003, empat hari setelah hari ulang tahunnya yang ke-59 tahun.

Namanya sempat kembali menjadi perbincangan dua tahun lalu karena Google memperingati ulang tahunnya lewat Google Doodle.




Namamu abadi, Minarni Soedarjanto.

Berbagai sumber.