- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Myanmar Bak Zona Pertempuran Usai Darurat Militer Diberlakukan


TS
Mimin.Gadungan
Myanmar Bak Zona Pertempuran Usai Darurat Militer Diberlakukan
Quote:

Sejak junta militer memberlakukan darurat militer, kondisi kota terbesar, Yangon, Myanmar berubah bak zona pertempuran dengan pemandangan kepulan asap di langit-langit kota. Kondisi ini menyebabkan para penduduk yang mengalami trauma melarikan diri dari lokasi tersebut.
Seperti dilansir AFP, Rabu (17/3/2021), hari Minggu (14/3) lalu disebut sebagai hari paling mematikan sejak kudeta, dengan kelompok pemantau lokal mendokumentasikan lebih dari 70 orang tewas - sebagian besar dari mereka tewas di kota industri Hlaing Tharyar, Yangon yang telah berubah layaknya zona pertempuran.
Sejak hari itu, junta memberlakukan darurat militer di Hlaing Tharyar dan di kota-kota lainnya, yang menempatkan hampir dua juta orang di bawah kendali penuh komandan militer. Banyak penduduk melarikan diri, sementara mereka yang tetap tinggal melaporkan adegan yang mirip dengan kondisi perang.
"Ada tembakan terus-menerus sepanjang malam dan kami tidak bisa tidur," kata seorang warga kepada AFP, sembari menambahkan bahwa orang-orang khawatir karena takut menjadi sasaran pasukan keamanan.
"Saat ini, sangat sedikit orang yang turun ke jalanan," imbuhnya.
Pada Selasa (16/3) malam waktu setempat, sejumlah pengunjuk rasa anti-kudeta bahkan berkemah di jembatan menuju ke jalan utama kota, sambil mengenakan helm pelindung, masker gas, dan membawa tameng rakitan. Mereka juga memasang barikade yang terbuat dari ban, kayu, karung pasir dan tiang bambu.
Beberapa dari barikade itu terbakar, menyebabkan asap hitam tebal membumbung di atas jalan-jalan yang kini mulai sepi. Sejumlah pengunjuk rasa melemparkan bom bensin ke pasukan keamanan, sembari bersembunyi di balik tameng rakitan.
Di daerah pemukiman di kota lainnya, sebuah rekaman video yang diverifikasi oleh AFP menunjukkan tembakan-tembakan terus dilepaskan tanpa henti dalam kurun waktu sekitar 15 detik.
Arus informasi mulai melambat karena junta militer membatasi penggunaan internet sejak Senin (15/3) dini hari. Bahkan setiap malam, selama 8 jam, akses internet mati total.
Menurut kelompok pemantau lokal, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, lebih dari 200 orang tewas dalam kerusuhan anti-kudeta.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga kembali mengutuk kematian demonstran di Myanmar, dan menambahkan bahwa mereka mengkhawatirkan laporan penyiksaan dan kematian bagi mereka yang ditahan.
"Jumlah korban tewas melonjak selama sepekan terakhir di Myanmar, di mana pasukan keamanan telah menggunakan kekuatan mematikan secara agresif terhadap pengunjuk rasa damai," kata juru bicara kantor hak asasi PBB Ravina Shamdasani kepada wartawan.
"Laporan penyiksaan yang sangat menyedihkan di dalam tahanan juga telah muncul."
Kantor tersebut telah menetapkan bahwa setidaknya lima kematian dalam tahanan terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Ditambahkan bahwa "setidaknya dua tubuh korban telah menunjukkan tanda-tanda penganiayaan fisik yang parah yang menunjukkan bahwa mereka disiksa."
SUMBER
SADIS BETUL BRAY









tien212700 dan 7 lainnya memberi reputasi
4
3.2K
Kutip
57
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan