

TS
embritz
Sepedaku, Teman Setiaku Sepanjang Masa!

Ini sepedaku, Mana sepedamu? Gowes yuk...

Di saat ini, sepeda menjadi satu barang yang kembali banyak dicari. Banyak faktor penyebab kenapa sepeda kembali eksis keberadaannya.
Ada yang memang pecinta sepeda sejati, ada yang bersepeda memang ingin mendapat manfaat kesehatan dari olahraga bersepeda, dan tentu ada juga yang hanya sekedar ikut trend bersepeda di masa pandemi.
Akibatnya begitu banyak jenis sepeda yang ada di pasaran dan tentu saja dengan harga yang berbeda sesuai kualitasnya.
Melihat trend bersepeda di masa pandemi covid 19 ini, aku jadi teringat lagi dengan sepedaku. Di lingkunganku, sepeda menjadi alat transportasi utama.

Orang dewasa dan anak- anak sudah sangat terbiasa dengan jenis transportasi sepeda ini.
Tentu saja karena situasi daerah kami yang sepi dari kendaraan bermotor yang menyebabkan anak-anak aman dan leluasa bersepeda di jalan. Orangtua mereka juga bersepeda kala pergi bekerja ke sawah.
Daerahku memang mayoritas penduduknya adalah petani. Dikala pagi hari, mereka berbondong- bondong pergi ke sawah dengan bersepeda. Dengan memakai topi capil dan sekantong bekal makanan yang disangkutkan di stang sepeda, mereka pergi ke sawah untuk beraktifitas. Tidak heran bila dipinggir sawah mereka, berjejer sepeda seperti tempat parkir.
Sampai saat sekarang pun, para petani di daerahku masih menggunakan sepeda untuk berkegiatan ke sawah mereka. Sepeda yang mereka gunakan kebanyakan sepeda onthel yang model lama.
Kami menyebutnya sepeda kumbang. Sepedanya cukup tinggi dan besar. Kebanyakan sepeda mereka adalah sepeda lama yang sudah puluhan tahun dipakai tetapi masih bagus kondisinya.

Aku sendiri punya banyak cerita dengan sepeda. Aku punya hubungan yang sangat erat, tak terpisahkan dengan sepeda. Dari kecil tahun 70an sampai sekarang di era pandemi covid 19 ini, aku masih setia naik sepeda.
Dulu ketika aku masih sekolah, sepedaku selalu mengantarku dengan setia. Sejak SD, SMP dan SMA selalu bersepeda. Lumayan juga tiap pagi dan siang bolak- balik sekitar 10 km tiap hari.
Sepeda kesayanganku yang setia itu termasuk jenis sepeda jengki. Orang di lingkunganku menyebutnya demikian. Sepeda jengki ini agak pendek dibandingkan sepeda kumbang.
Jadi untuk anak- anak lebih cocok, tidak ketinggian. Warnanyapun banyak variasinya. Waktu aku sekolah dulu, belum banyak yang punya sepeda gunung, atau sepeda BMX. Ya, kebanyakan aku dan temanku bersepeda jengki. Ada satu dua teman yang memakai sepeda balap.
Selain pas untuk posturku yang tidak terlalu tinggi, naik sepeda jengki ini amat nyaman. Stangnya juga pas kalau dipegang. Tidak terlalu membungkuk postur tubuh pengendaranya.

Di bagian depan bisa dipasang keranjang tempat berbagai barang bawaan. Juga bisa lho untuk memboncengkan teman yang ingin menumpang.
Ada kunci pengaman yang berupa semacam selang plastik dan dilingkarkan disela ruji sepeda. Dan tentu saja ada bel yang ditaruh di stang bagian kanan. Sehingga bila kita lewat bisa menyibak atau memberi tanda agar orang- orang didepan kita minggir.
Tidak ketinggalan, spare part sepeda yang sangat penting yaitu lampu sepeda. Penting karena pada masanya dulu, daerah tempatku tinggal belum tersentuh listrik dan tentu saja kehadiran lampu sepeda mutlak perlu bila ingin bersepeda di malam hari.
Ada kejadian seram yang kualami sewaktu masih mengenyam pendidikan di SMP sehubungan dengan lampu sepeda. Pada masa itu aku masuk sekolah siang hari dan pulang di sore hari.
Ada satu saat, aku ada kegiatan tambahan yang baru selesai ketika hari sudah menjelang gelap. Karena jarak sekolah dan rumahku sekitar 5 km, ketika gelap sudah menyelubungi bumi, aku belum tiba di rumah. Padahal sepedaku tidak ada lampunya. Jadi aku bersepeda dalam gelap.

Perasaan takut terjerembab atau terperosok mengiringi setiap kayuhan pedal. Aku genjot sepedaku dengan amat pelan. Dan setelah kejadian itu, aku selalu membawa lampu senter kecil dalam tas sekolahku.
Sampai sekarangpun, aku dan sepedaku tetap seiring sejalan. Apalagi memang aku tidak bisa naik motor, maka mau tidak mau harus mengayuh sepeda bila bepergian.
Sekarangpun aku tetap pergi kesekolah dengan naik sepeda. Tentu saja bukan untuk bersekolah, tetapi untuk mengantar - jemput anak ke sekolah. Bukan mengikuti trend bersepeda, tetapi memang aku lebih suka bersepeda. Selain sehat, pasti juga lebih hemat. Dan ikut berperan dalam menjaga lingkungan dari pencemaran udara.
Terimakasih sepedaku dan selamat bersepeda teman- teman semua.
Bicycle..Bicycle..
I want to ride my bicycle!
I want to ride my bicycle!
🚲🚲🚲
Magetan, 15 Maret 2021
Sumber ide : opri by @embritz
Sumber gambar : dokpri




firdainayah dan novikikirizkia memberi reputasi
2
1.1K
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan