Gadis remaja SR (14) didampingi ayah kandungnya Hernando Siregar (33) mendatangi SPKT Polresta Deliserdang, Kamis (11/3/2021) siang.

Ia mengaku dianiaya setelah kepergok memasuki rumah warga di Jalan Pelak, Desa Sekip, Lubukpakam, Minggu (7/3/2021) lalu. Ia dipukul, ditendang, dijambak dan disiram oleh tetangganya.

Menurut keterangan bungsu dari dua bersaudara itu di SPKT Polresta Deliserdang, Minggu sore tersebut, ia masuk ke rumah Wiwid yang sedang kosong dengan niat mencuri.

Namun, belum sempat ia melakukannya, remaja yang hanya mengecap pendidikan hingga kelas 6 SD itu kepergok oleh tetangga Wiwid, yang menitipkan kunci rumah kepada Kendi dan Alim.

Kendi dan Alim tidak melakukan apapun saat itu. Namun, tak lama kemudian, datang AD dan isterinya ST serta seorang lain bernama IP.

IP langsung menampar pipi, mulut dan memelintir tangan kiri SR. Tak sampai di situ, ia juga menjambak rambut remaja tersebut.

AD kemudian mengambil air panas dan menyiramkannya ke tubuh remaja itu, lalu menampar pipi dan mulut SRS. Tak mau ketinggalan, istrinya ST ikut menampar dan menendang pinggang SR.

Ketiganya memaksa SR agar mengaku telah mengambil uang sebanyak Rp600 ribu, kalau tidak akan disiksa lagi. SR kemudian mengaku, meski menurutnya, ia tidak ada mengambil uang.

Selanjutnya, SR dibawa ke Kantor Kepala Desa Sekip. Di sana ID isteri dari Wiwid mengatakan bahwa warga sudah resah dan meminta keluar Hernando Siregar agar diusir dari kampung itu.

Mendengar hal itu, Hernando Siregar menantang ID agar mengumpulkan tandatangan warga yang keberatan keluarganya tinggal di kampung itu.

Kasat Reskrim Polresta Deliserdang, Kompol Muhammad Firdaus, ketika dikonfirmasi mengatakan, bahwa SR masih dibuatkan surat pengantar untuk visum.

“Divisum dulu dan setelah itu buat laporan pengaduan,” sebutnya. (*)

https://news.metro24jam.com/read/202...a-lapor-polisi
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mosok kegiatan adat istiadat remaja sumut dianiaya sik ?!

Saya sebagai budayawan mupet sumut mengkritik keras atas tindakan kebencian terhadap kearifan lokal dan budaya petak sumut

miris saya lihat kondisi rasis di deliserdang, sementara berbeda sekali di medan kota ,dimana terlihat toleransi sangat tinggi terhadap budaya dan adat istiadat mukapetak sumut, terlihat bocah2 cilik umur 7 tahunan badur/aur dengan bebas gembira ria lemparin hancur steling2 pedagang makanan penolak japrem, sambil tereak "anjeng kau chinese,fefek kaw jawak k0ntol",dan banyak becak barang yang dikendarai oleh bocah2 perempuan umur belasan tahun tanpa plat, muter2 sekitar jalan bandung hingga jalan kapten sumarsono untuk mungut "barang2 terlantar tak bertuan" di depan ruko2 sambil lenggang lenggok centil gaya bolu lemajah

Tolong bapaknya si siregar diberi penghargaan adat orang tua terbaik se sumut (kalau di NKRI, si siregar kenak pidana UU child neglect+abuse )



4 tahun lagi si lemajah bolu branak 4-5 calon preman parkir yang ikut join bersama saudara laki2 nya malak parkir, pecahin steling makanan dagang, malak aniaya bakar hidup2 istri pedagang makanan yang lagi hamil, jambret manula, dan pakai seragam loreng2 merah biru kuning, pink buat tereak perekbumih, putera daerah, anti kejawen bencong, sambil bakar gereja dan nikmati fefek chinese bakar saat pilkada/pilpres

generasi ampas dari genetik ampas khas mukakpetak sumut

Apa yang keluar dari mulut atas dan yang keluar dari mulut bawah,sama2 limbah beracun, meracuni agama dan negara selama 7 turunan

Makanya ane saranin penipisan sampah masyarakat sumut, dengan pelaksanaan ujian regional sumut dan pembangunan mining prison untuk tambang radioaktif,soalnya negara kita yang terletak di lempeng tektonik yang banyak gunung berapi, sangat kaya dengan sumber daya radioaktif

Ujian setiap 4 tahun sekali, dimana semua remaja sumut diwajibkan ikut, dan yang tidak lulus dikirim ke mining prisons,disana mereka bisa berguna utk bangsa dan negara

NORTH SUMATRA IS A RECEPTACLE FOR HUMAN WASTES