TS
AF31FR
SALTA SALTA JIMMY JUMP

Ada banyak cara yang dilakukan oleh setiap orang untuk menunjukkan bentuk fanatisme yang mengidentifikasikan dirinya sebagai supporter sepakbola.
Di beberapa tempat, hal umum yang biasa terjadi adalah dengan mengenakan atribut kebesaran tim kesayangan, aktif dalam segala kegiatan yang berkaitan dengan organisasi supporter, atau hingga yang paling serius dengan mengorbankan segalanya untuk mencapai tujuan demi kepentingannya sebagai supporter sepakbola.
Ketika sepakbola terus berkembang pesat dengan peran besar para supporter, olahraga ini mengenal Jimmy Jump sebagai supporter yang punya tingkah unik yang tidak lagi berpengaruh dalam nilai-nilai dukungan dari kursi tribun stadion.
Pria bernama asli Jaume Marquet i Cot ini berasal dari wilayah otonomi Spanyol, Katalan, yang lahir pada 14 Maret 1976. Sebagai orang Katalan, dirinya tentu mengenal sepakbola yang oleh kedua orang tuanya diajari untuk mencintai FC Barcelona dan membenci Real Madrid CF. Tapi, nilai-nilai fanatisme sepakbola yang didapatinya ini malah membuatnya memiliki tingkah aneh sebagai pendukung FC Barcelona.
“Berlari ke lapangan, saya merasakan kekuatan saya yang sebenarnya untuk pertama kalinya. Sejak saat itulah Salta Salta Jimmy Jump lahir,” kata Jimmy kepada Bleacher Report dalam sebuah kesempatan.
Dalam hal kehidupan pribadinya, Jimmy adalah seorang yang terbuka dan menyukai kebebasan. Sejak kecil dia selalu memiliki keinginan kuat untuk setiap hal yang menarik perhatiannya.
Suatu kali saat usianya sekitar 10 tahun dia menghilang di Vatikan ketika sedang berlibur bersama keluarganya. Dia akhirnya ditemukan di kantor pribadi Takhta Suci setelah menyelinap ke ruangan tersebut. Jimmy menjelaskan kelakuannya itu karena penasaran dengan sesuatu istimewa yang dirasakan.
“Jimmy Jump adalah seorang "pelompat" dan dia sering melakukan aksinya di acara-acara publik. Dia melewati hambatan-hambatan dan berhasil menyusup ke zona yang tepat untuk mendukung aksinya dan bersiap untuk "lompatan" besarnya,” tulis Jimmy pada situs web pribadinya, www.jimmyjump.com.
“Tujuan dari aksi ini adalah membuat seluruh dunia tertawa dengan tindakannya yang lucu dan performanya yang luar biasa,” lanjut Jimmy menjelaskan maksud dari aksinya yang populer itu.
“Kami minta maaf bila tindakan ini tidak bisa dimengerti karena tampaknya tindakan ini merupakan cara yang radikal. Namun, Jimmy bangga dengan yang dia lakukan dan hanya dia yang paham bagaimana sulitnya untuk berpetualang sendirian untuk menggapai mimpinya, tanpa sponsor atau pun pendukung. Lakukan saja, Salta Salta (Lompat Lompat),” tutupnya.
Ya, Jimmy adalah penyusup. Menyusup bahkan adalah sebuah hobi bagi streaker yang menjuluki dirinya sendiri dengan sebutan "Jimmy Jump" itu. Dia menyatakan jika dirinya adalah penyusup yang berani. Itulah mengapa hampir setiap melakukan penyusupan, Jimmy selalu beraksi dengan melompat (yang jika di terjemahkan ke dalam bahasa Katalan disebut Salta) sebagai simbol kebebasannya.
Sebagai anak-anak yang tumbuh besar di tanah sepakbola seperti Katalan, suatu hari Jimmy bercita-cita ingin bermain di lapangan Stadion Camp Nou sebagai pemain FC Barcelona. Namun, cita-cita yang tidak terwujud itu justru menjadi dorongan kuat baginya untuk melakukan aksi lebih sebagai supporter, yakni dengan menyusup ke dalam lapangan.
Karena suatu aksi yang terus berulang berkali-kali, hal itu membuat keberadaan Jimmy di stadion selalu diwaspadai oleh setiap asosiasi, federasi, operator sepakbola karena aksinya yang sering mengacaukan jalannya pertandingan.
Dia pertama kali mendapat gagasan untuk melakukan invasi ke lapangan pada 18 Mei 2002 saat pertandingan antara Tim Nasional Katalan yang menghadapi Tim Nasional Brasil di Stadion Camp Nou.
Meski tidak berhasil, namun Jimmy mengatakan dia ingin melakukan aksinya saat itu agar bisa memberikan bendera FC Barcelona kepada Ronaldinho sebagai pesan terhadap pemain Brasil tersebut untuk bergabung dengan FC Barcelona di kemudian waktu.
Jimmy benar-benar melakukan kekacauan pertamanya beberapa bulan kemudian pada Oktober 2002 dalam pertandingan La Liga 2002–2003 antara FC Barcelona menjamu Deportivo Alavés di Stadion Camp Nou.
Jimmy yang beraksi dengan mengenakan kaos bertuliskan "Pitu Per Sempre" melompat dari tribun untuk menyampaikan pesan yang ditujukan kepada penggawa Deportivo Alavés, Abelardo Fernández. Pitu sendiri adalah panggilan akrab Abelardo Fernández yang juga merupakan mantan pemain FC Barcelona dan pernah memperkuat klub tersebut selama delapan tahun.
Sosok Pitu memang sangat berkesan bagi Jimmy yang beruntung memiliki seragam asli sang pemain. Itu terjadi ketika Jimmy pada 1997 melakukan perjalanan ke Belanda untuk mendukung FC Barcelona mengalahkan Paris Saint-Germain FC 1-0 di final Piala Pemenang UEFA. Di akhir pertandingan, Pitu melepaskan seragam yang dikenakannya itu ke kerumunan tribun dan Jimmy adalah orang yang berhasil mendapatkannya.
Selama satu atau dua tahun setelah invasi pertamanya, Jimmy mulai memikirkan ide dengan membuat persona Jimmy Jump. Namun, ada sisi politik kiri dalam aksinya sejak saat itu.
Ketika melakukan aksinya, Jimmy yang juga aktivis anti-rasisme sepakbola ini sering mengenakan kaos hitam yang menjadi ciri khasnya.
Dia juga mengenakan dan membawa atribut identitasnya sebuah topi tradisional Katalan yang dikenal sebagai Barretina. Topi itu dilambangkan olehnya sebagai bentuk kebebasan dan kesadaran yang mengakar untuk kemerdekaan Katalan dari Spanyol.
“Superman punya jubah, tapi saya memiliki kaos hitam dengan logo Jimmy Jump dan topi,” ujarnya.

Invasi besar pertama yang dilakukannya adalah pada pertandingan final Kejuaraan Sepakbola Eropa UEFA 2004 antara Portugal versus Yunani. Jimmy yang berhasil lolos dari pengawasan pihak keamanan itu berlari ke lapangan membawa bendera FC Barcelona dan melemparkannya ke wajah Luís Figo sebagai pesan kekecewaannya yang masih marah atas keputusan legenda sepakbola Portugal itu bergabung dengan Real Madrid CF pada 2000.
“Saya ingat melihat Luís Figo dengan wajah pahitnya saat itu,” kenang Jimmy.
Tidak sampai sekali, aksi serupa juga diulanginya pada duel El Clásico dalam pertandingan La Liga 2005–2006 antara Real Madrid CF dan FC Barcelona yang dilaksanakan November 2005 di Stadion Santiago Bernabéu.
Sejak itulah Jimmy mulai dikenal oleh banyak orang dan telah menjadi selebriti internasional setiap kali melakukan aksi di lapangan. Situs webnya pun diklaim pernah terdaftar sebagai salah satu dari 10 situs web yang paling banyak dikunjungi di dunia.
“Tapi keluarga saya terkadang kesal karena orang lain banyak berkata kepadanya: 'Kami melihat putra Anda di televisi'. Para wartawan terkenal menelepon ke rumah saya yang membuat keluargaku terganggu. Ibuku menghormati mereka semua. Begitu juga nenekku yang bahagia dengan popularitas saya. Tapi tidak dengan ayah yang kesal,” imbuhnya.
Ketika semi-final Liga Juara UEFA 2005–2006 mempertemukan Villarreal CF dengan Arsenal FC, Jimmy turut melakukan aksinya saat beberapa detik sebelum kick-off babak kedua dengan berlari membawa seragam FC Barcelona bernomor punggung 14 bertuliskan "Henry" dan melemparkannya ke Thierry Henry.
Aksi terhadap Thierry Henry itu sama seperti waktu Jimmy ingin memberikan bendera FC Barcelona kepada Ronaldinho beberapa tahun sebelumnya, sebagai bujukan agar sang pemain bisa bergabung dengan klub kebanggaan. Entah kebetulan atau tidak, upaya Jimmy nampaknya berhasil karena Thierry Henry benar-benar datang ke FC Barcelona setahun kemudian pada 2007.

Selain Abelardo Fernández, Luís Figo, dan Thierry Henry, beberapa nama-nama tenar lain seperti Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Samuel Eto'o juga pernah jadi korban keusilan Jimmy.
Jimmy juga beraksi pada final Liga Juara UEFA 2006–2007 saat AC Milan berjumpa Liverpool FC. Ketika laga yang digelar di Stadion Nasional, Athena, Yunani itu dia membawa bendera Yunani sebagai bentuk dukungan atas konflik di Siprus dengan Turki.
Contoh lainnya pada semi-final Kejuaraan Sepakbola Eropa UEFA 2008 antara Jerman bertemu Turki saat Jimmy masuk lapangan membawa bendera Tibet dan mengenakan kaos hijau bertuliskan "Tibet is not China". Hal yang sama juga dia sampaikan ketika obor Olimpiade 2008 di Beijing diarak keliling Eropa.
“Saya gila. Saya melihat diri saya sebagai seorang pejuang, seorang Spartan,” paparnya terkait hal-hal yang pernah dilakukannya.

Nuansa politis dan kebebasan kemanusiaan memang sangat melekat dalam setiap aksi pria yang terkenal dengan sebutan El Saltador ini. Dia selalu membawa isu-isu tersebut pada lompatan yang dilakukannya. Salah satunya seperti yang pernah terjadi saat pertandingan final Piala Dunia FIFA 2010 antara Belanda melawan Spanyol.
Dalam duel yang dilaksanakan pada 11 Juli 2010 di Stadion Soccer City, Johannesburg, Afrika Selatan dia berusaha meletakkan topi Barretina di trofi turnamen sebagai bentuk sindiran bahwa lawan yang dihadapi Tim Nasional Belanda bukanlah Tim Nasional Spanyol, tapi adalah Tim Nasional Katalan. Namun sayang, rencananya itu tidak berhasil karena langkahnya dapat dihalau dan dicegah oleh pihak keamanan.

Meski menikmati aksi gilanya di lapangan, bukan berarti Jimmy bisa dengan mudah menjalankan kehidupannya karena mengalami cedera serius akibat terjatuh maupun dianiaya oleh petugas keamanan yang menyergapnya.
“Saya tidak terlalu sering cedera, tetapi dalam kejadian biasanya pihak keamanan akan memukul saya dengan niat buruk,” tuturnya.
Persoalan lain yang dihadapinya adalah ancaman hukuman sanksi serta denda akibat ulahnya sendiri yang membuatnya bangkrut. Ketika tertangkap petugas saat beraksi, Jimmy selalu diminta membayar denda yang jumlahnya cukup besar. Karena jika tidak dia akan ditahan di penjara untuk hitungan minggu hingga bulan, dan juga ganjar larangan tidak diperbolehkan datang ke stadion.
“Saya tidak punya uang. Saya berhutang sekitar €250 ribu euro. Pengadilan di Spanyol telah memutuskan untuk menahan 50 persen dari gaji bulanan saya. Saya tidak akan pernah punya uang lagi,” ungkap Jimmy pada tahun 2014.
Selain sepakbola, Jimmy juga melakukan aksi-aksi aneh di banyak event ternama. Sebut saja Formula 1, khususnya GP Spanyol pada 2004. Lalu, final grand slam Prancis Terbuka 2009. Dia juga sempat hadir di Eurovision Song Contest 2010 serta Goya Award 2011.
“Dulu, semua yang saya lakukan spontan. Aku tidak tahu bagaimana dulu aku melakukan semua ini. Dulu aku merayap seperti ular,” terang Jimmy.
Meski ulahnya merugikan orang lain dan dirinya sendiri, Jimmy mengaku jika dia lebih kesal gajinya dipotong yang telah mengubah hidupnya. Keadaan itu telah menghambatnya dalam melakukan perjalanan ke berbagai tempat untuk melanjutkan aksinya dalam berkeliaran di sekitar stadion untuk kebebasan dan ketenaran di depan ribuan orang. “Saya ingin merasakan semuanya lagi." tutupnya.
Sumber/Referensi:
- https://sport.detik.com/sepakbola/se...ang-jimmy-jump
- https://bleacherreport.com/articles/...-to-jump-again
- https://m.tribunnews.com/piala-dunia...itu-jimmy-jump
- https://koran.tempo.co/read/olah-rag...a-pemain-idola
Diubah oleh AF31FR 14-03-2021 00:01
0
311
1
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan