Picture: Japoni

Hidup telah mengajarkan banyak hal pada saya. Selalu ada manis dan getir di setiap langkah hidup. Semanis apapun bahagia yang aku rasa akan ada sedikit rasa getir dan pahit yang terecap. Begitu pula rasa pahit dari cobaan yang bertubi-tubi, selalu ada sedikit rasa manis bak gula-gula kapas yang menyentuh lidah.

Perjalanan hidup saya sejak kecil bisa dibilang cukup keras. Tak selalu bahagia tapi tak pernah menderita tanpa kesudahan. Sehingga banyak pengalaman hidup yang bisa kupetik dari waktu ke waktu.

Miris rasanya ketika melihat dan mendengar bahwasanya banyak orang yang memutuskan mengakhiri hidupnya hanya karena merasa kesepian di dunia. Entah itu karena alasan ekonomi atau kesedihan karena ditinggal orang terkasih.

Picture: Rappler

Buat saya, bunuh diri bukanlah sebuah solusi dari segala permasahan yang ada. Ironis rasanya jika meninggalkan dunia demi menghindari masalah.

Terlebih jika bunuh diri dengan mengajak anggota keluarga. Bunuh diri adalah tindakan para pengecut yang tidak percaya bahwa Tuhan itu ada. Padahal setiap permasalahn pasti ada solusi.

Jika mengingat masa lalu, tak munafik. Saya sendiri pun pernah ada di titik terlemah dalam hidup saya. Saya sempat hendak melakukan tindakan super pengecut ini. Bunuh diri pernah terpikirkan dan hampir saja kuwujudkan.

Sebuah tindakan yang dulu pernah kuambil ketika masih berusia belasan. Hidup kesepian, ditinggal sahabat dari kecil hingga diperlakukan dengan buruk oleh keluarga menjadi alasan saya mengambil sebilah pisau kala itu.

Pisau yang biasanya dipakai memasak itu sudah menempel di pergelangan tanganku. Gagang kayu dan sedikit berkarat di beberapa sisi sudah siap menyayat kulit terluar.

Tepat di pembuluh nadi, sebuah titik paling tepat untuk mengakhiri hidup. "Potong nadi dan bunuh diri." Hanya itu pikiran yang terbesit dalam otak kecilku.



Untungnya apa yang hendak kulakukan saat itu, urung seketika. Saat kata basmallahkeluar dari mulut kakuku yang pedih menahan getir. Sontak saja aku menghentikan gerak pisau di tangan kananku yang sudah siap menyayat.



Bismillah~dengan menyebut nama Allah.

Sebuah kata yang menyelamatkan saya kala itu. Sebuah kata yang mengingatkanku bahwa aku tak pernah sendirian di dunia. Ada Tuhan yang lebih dekat dari urat nadi ini. So, percobaan bunuh diri saya kala itu telah gagal oleh bacaan basmallah.

Mungkin terdengar klise tapi itulah kenyataan yang hanya saya bagi disini. Percobaan bunuh diri itulah salah satu perjalanan hidup yang pernah saya lalui. Dan takkan pernah kutempuh sebagai bukti syukur akan anugerah ilahi.

Sebuah perjalanan yang semakin mendewasakan dan mendekatkan diri saya kepada Sang Ilahi. Sebuah langkah salah namun jadi titik balik kehidupan saya kala itu.

Allah tak kan menguji manusia di luar batas kemampuannya.

Picture: fajerweb.org

Setelah kejadian itu saya mulai mengurai permasalahan saya pada tulisan. Memohon pertolongan pada Allah agar diangkat beban di hati saya. Setelab itu saya menemukan solusi untuk tiap permasalahan. Glethek, solusi itu sudah ada didiri saya, namun saya terlalu pesimis untuk menyelesaikan bpermasalahan saya.

Saya mulai memaafkan diri saya sendiri. Berdamai dengan keadaan. Teman yang mulai acuh aku tinggalkan dan lebih menyibukkan diri dengan belajar dan beribadah.

Jadi Gan Sis, boleh kita di dunia ini tak memiliki seorang teman baik atau orang yang bisa kita percaya. Boleh kita merasa terasing dengan lingkungan baru atau suasana baru. Boleh kita merasa tak berdaya dengan segala permasalahan yang ada.

Tapi jangan putus asa. Percayalah kita punya Tuhan untuk membantu di setiap langkah kita. Tuhanlah tempat kita bersandar ketika semua manusia meninggal kita.

Jadi jangan pernah putus asa atau merasa sedih ketika teman yang kau miliki berpaling darimu atau tiba-tiba meninggalkanmu sendirian. Masih ada Tuhan, penciptamu dan pencipta kita semua

Wassalam...



Bonus buat kalian❤️❤️