Jakarta, CNBC Indonesia - Varian virus corona B117 yang ditemukan di Inggris dapat menjadi dominan dan menggantikan varian lain. Menurut peneliti geomik molekuler dan anggota Konsorsium Covid-19 Genomics Inggris, Riza Arief Putranto, sejumlah peneliti sudah memprediksi hal tersebut.

Jika hal tersebut terjadi, kemungkinan nya adalah siklus awal pandemi akan kembali terulang.

"B117 itu lebih cepat, kemungkinan besar hampir peneliti-peneliti besar di dunia memprediksi varian ini akan menggantikan varian yang dominan saat ini. Kalau dia dominan, lebih cepat, risikonya apa, akan lebih banyak orang ke rumah sakit, akan berulang lagi siklus yang kita alami di awal dulu pandemi," jelasnya beberapa waktu lalu.

Sementara itu, dia juga menyebutkan B117 memiliki potensi peningkatan gejala dan peningkatan mortalitas. Ucapan itu berasal dari Data terakhir New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory Group (NERVTAG).
Kelompok penasihat pemerintah Inggris soal varian baru itu mencatat adanya peningkatan dengan persentase maksimal 35%.
"Data terakhir dari New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory Group (NERVTAG), jadi grup yang memberikan nasihat kepada pemerintah Inggris terkait dengan varian baru, secara umum menunjukkan peningkatan gejala dan peningkatan mortalitas, tapi ini potensinya sebanyak maksimal 35%," kata Riza.
Tapi dia juga mencatat data itu masih jadi bahan perdebatan oleh para ahli. Karena belum ada kepastian penyebab hubungan peningkatan gejala dan angka kematian dengan B117.
Namun dengan adanya data tersebut, Riza mengatakan jadi indikasi untuk dapat lebih berhati-hati.
B117, awalnya disebut sebagai VUI-202012/01 atau yang diartikan varian udner investigation ditemukan pada Desember 2020. Saat itu varian masih dalam pemeriksaan.
Tak lama beberapa data dari ilmuwan dunia muncul, penularan B117 menunjukkan meningkat 50%-70%. Ini membuat sebutannya berubah menjadi VOC atau varian of concern.
"Varian yang menjadi perhatian karena penularannya lebih cepat. Ada potensi membuat orang lebih banyak ke RS, menimbulkan potensi kematian, meskipun risetnya masih terus berjalan," jelas Riza.

https://www.cnbcindonesia.com/tech/2...minan-di-dunia