- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ikuti China, BI Akan Terbitkan Rupiah Digital! Ini 3 Modelnya


TS
juraganind0
Ikuti China, BI Akan Terbitkan Rupiah Digital! Ini 3 Modelnya

Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia) Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Quote:
Jakarta, CNBC Indonesia - Semenjak kemunculan cryptocurrency bitcoin, mata uang digital menjadi semarak. Beberapa negara sudah memulai proyek mata uang digital guna menandingi bitcoin. Kini Indonesia bakal punya mata uang digital sendiri.
Hal tersebut diungkapkan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjawab pertanyaan dari Founder/Chairman CT Corp Chairul Tanjung mengenai cryptocurrency dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook, Kamis (25/2/2021).
"Kami rumuskan Central Bank Digital Currency (CBDC) yang BI akan terbitkan dan edarkan dengan bank-bank dan fintech secara wholesales dan ritel," ujar Perry.
Menurut Perry, BI akan berkoordinasi dengan bank sentral lainnya untuk mengeluarkan mata uang digital ini.
Sebelum Indonesia, banyak negara-negara yang sudah mengembangkan mata uang digital atau Central Bank Digital Currency (CBDC). Dalam hal ini, China menjadi yang terdepan.
Pada April 2020, bank sentral China (PBoC) meluncurkan pilot project mata uang digital China atau yang lebih dikenal dengan Digital Currence/ Electronic Payment (DCEP) atau e-CNY.
e-CNY yang diterbitkan tersebut tanpa suku bunga, dan biaya hanya dibebankan pada transaksi dengan nilai yang besar.
China memang sudah mengambil langkah cepat menyusul munculnya bitcoin. CSIS melaporkan PBoC mulai membentuk tim untuk melakukan studi pengembangan mata yang digital pada 2014.
Kemudian di tahun 2017, anggota dewan memberi izin PBoC untuk mendesain mata uang digital itu melalui kerja sama dengan bank komersial. PBoC juga membentuk institusi riset yang dinamai Digital Currency Research Institute di tahun yang sama setelah mendapat lampu hijau dari anggota dewannya.
Mei tahun lalu, Gubernur PBoC Yi Gang mengatakan bahwa proses top level design mata digital China tersebut sudah selesai dan siap diinisiasi di Chengdu, Shenzhen, Suzhou, dan Xiong'an.
Kota Chengdu di barat daya China mengumumkan akan membagikan US$6 juta atau setara Rp 84 miliar ke warganya dalam tes terbaru.
Dalam pengumumannya, pemerintah kota Chengdu mengatakan penduduk setempat dapat bergabung dalam program undian untuk mendapatkan 200.000 voucher. Masing-masing voucher akan berisi Yuan digital dengan nilai US$27 hingga US$37.
Uji coba Chengdu terkait dengan Tahun Baru Imlek dan akan bekerja dengan pengecer lokal dan aplikasi e-commerce JD.com. Pemenang undian dapat menggunakan voucher dari 3-19 Maret, melansir CNBC International, Rabu (24/2/2021).
HALAMAN SELANJUTNYA >>> 3 Model Mata Uang Digital
3 Model Mata Uang Digital

Pada bulan Maret 2020, Bank for International Settlement (BIS) dalam sebuah laporan menyebutkan dalam pembuatan CBDC harus mengedepankan kebutuhan nasabah.
Dalam laporan tersebut, BIS menyebutkan ada 6 kebutuhan utama nasabah, yakni privasi, mudah digunakan, aman seperti uang tunai, memiliki akses universal, pembayaran luar negeri (cross-border), serta kegunaan peer-to-peer.
Berdasarkan kebutuhan utama tersebut, ada 3 model CBDC yang disajikan yakni:
Indirect CBDC dimana tagihan (claim) dilakukan ke perantara (bank komersial), sementara bank sentral hanya melakukan pembayaran ke bank komersial
Direct CBDC dimana tagihan dilakukan langsung ke bank sentral
Hybrid CBDC dimana tagihan dilakukan ke bank sentral, tetapi bank komersial yang melakukan pembayaran
idrFoto: Bank for International Settlements, Moody's Investors Service
Menurut Moody's dalam model indirect CBDC tidak ada perubahan besar dari peran bank sentral. Model indirect CBCD hampir sama dengan sistem finansial saat ini. Transaksi finansial dilakukan melalui perantara (dalam hal ini bank komersial).
Bank sentral di sini hanya merilis CBDC dan disalurkan ke bank komersial yang perannya tidak banyak berubah dari saat ini. Bank komersial tetap melakukan peran Mengetahui Nasabah (Know Your Customer), verifikasi, hingga pembayaran transaksi pengguna CBDC.
Mengingat model ini hampir sama dengan sistem finansial saat ini, maka ancaman yang diberikan ke bank komersial menjadi paling kecil. Pada prakteknya indirect CBDC tidak memberikan banyak perubahan bagi pengguna, sehingga dianggap tidak akan menarik.
idrFoto: Bank for International Settlements, Moody's Investors Service
Sementara itu model direct CBDC akan membuat perubahan besar di sistem finansial, sebab individu, merchant, hingga korporasi dapat memiliki rekening langsung di bank sentral, sehingga semua transaksi akan melalui bank sentral. Hal tersebut tentunya mengubah peran bank sentral saat ini yang hanya menangani transaksi antar bank komersial.
Bank sentral akan bertanggung jawab memproses hingga memvalidasi transaksi dengan volume jauh lebih besar. Untuk dapat menerapkan direct CBDC bank sentral perlu menggunakan teknologi seperti centralised ledger atau distributed ledger technology (DLT).
Bank sentral juga akan mengambil alih peran "Know Your Customer" untuk mencegah dan memberantas pencucian uang serta pendanaan terorisme, dimana hal tersebut yang sebelumnya dilakukan oleh bank komersial.
Menurut Moody's, model direct CBDC akan menguntungkan bagi individu maupun pelaku usaha, sebab akan mengurangi risiko maupun biaya transaksi. Tetapi di sisi lain, jika jumlah saldo bisa ditempatkan di bank sentral tidak terbatas, maka bank komersial akan menghadapi risiko kekurangan likuiditas akibat menurunnya dana pihak ketiga (DPK).
idrFoto: Bank for International Settlements, Moody's Investors Service
Terakhir, model Hybrid CBDC, yang ini menggabungkan antara direct dan indirect CBDC. Model ini diterapkan oleh PBoC dalam menerbitkan e-CNY.
Tagihan pemilik CBDC langsung ditujukan ke bank sentral artinya nasabah memiliki rekening langsung di bank sentral sama seperti direct CBDC. Sementara "Know Your Customer" dan semua proses pembayaran dilakukan oleh bank komersial, seperti indirect CBDC.
Menurut Moody's model Hybird menimbulkan disrupsi lebih rendah terhadap sistem finansial saat ini ketimbang direct CBDC. Bank komersial berperan sebagai perantara, menjalankan sistem pembayaran atas nama bank sentral.
Bank sentral akan selalu memperoleh data transaksi atau pun secara real time, sehingga saat terjadi kegagalan akan diteruskan ke pihak ketiga sehingga integritas pembayaran dapat dipertahankan.
Menurut Moody's, model Hybrid CBDC ini yang paling mungkin diterapkan saat ini. Meski demikian, model Hybrid tetap menimbulkan disrupsi bagi industri perbankan, sebab akan terjadi penurunan DPK sama seperti direct CBDC.
Sumber
https://www.cnbcindonesia.com/tech/2...ini-3-modelnya
China memang hebat
Salut dengan China
Be like China
Indonesia juga mantap dan keren, tidak mau ketinggalan, dan berani maju.






gta007 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
7.6K
Kutip
51
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan