Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

darmawati040Avatar border
TS
darmawati040 
Aku Suka Kamu, Kamu Suka Dia, Dia Ada yang Punya, Akankah Bisa Bersama?
Quote:


Hallo, Agan Sista ...



Kalian pasti tahu seperti apa serunya masa muda. Di masa ini banyak hal terjadi, termasuk perihal kisah cinta yang cukup rumit bagi sebagian orang.

2012, usiaku menginjak 19 tahun. Saat itu aku ingin sekali melanjutkan pendidikan, sayangnya, tak punya biaya. Keinginan itu tak luntur begitu saja, dengan berani aku mencari pekerjaan. Niatnya, sih, mengumpulkan modal agar bisa kuliah. Akan tetapi, tidak berhasil juga.

Di tengah kesedihan dan kekecewaan itu, seorang laki-laki datang. Ia menjadi pramuniaga di salah satu toko dekat tempat aku bekerja. Dari awal ia datang, kepribadiannya cukup ramah. Setiap hari menyapaku layaknya seorang teman. Lama kelamaan, kami menjadi akrab. Namun, keakraban yang tak lebih dari hubungan pertemanan.

Benar kata orang, tak ada pertemanan atau persahabatan antara laki-laki dan perempuan. Jika bukan dia yang terjebak, maka itu adalah kamu.Aku terjebak begitu saja. Melalui hari-hari bersama seorang teman ini membuatku lebih semangat dan bahagia. Ditambah ia orangnya sangat baik, konyol, perhatian, dan hobi bercerita banyak hal, termasuk seseorang yang ia sukai dan menyukainya.


Sumber Gambar

Suatu hari ia membahas tentang seorang perempuan yang bekerja di toko seberang jalan dekat tempat kami bekerja,

"Ra, bagaimana cewek itu menurutmu?"

"Cantik dan tampan," jawabku singkat.

"Haha! Yang benar saja, dari mana tampannya?"

"Lihat potongan rambutnya, bukankah seperti laki-laki?" ujarku lagi.

"Ya, kamu benar. Tapi dia nembak aku, loh, kemarin sore."


Seketika aku terdiam. Menatap temanku dengan mimik terkejut.

"Why?"

"A-a-terus, kamu nerima?" tanyaku terbata.

"Belum!"

"Hah?! Belum?!"

"Haha! Kamu, kok, kaget-kagetan gitu, sih? Lucu tahu, nggak?" Ia mengacak-acak rambutku.

"Lihat, dia mengirimiku banyak SMS. Baru kali ini aku ditembak cewek," lanjutnya sambil memerlihatkan isi pesan di ponselnya.

"Yasudah, kalau kamu suka terima saja. Lagipula dia cantik, tapi nggak tahu baik atau enggak," tanggapku santai.


Pada akhirnya, teman yang aku sukai diam-diam ini jadian juga dengan perempuan yang menembaknya. Namun, tak lama mereka putus. Hanya bertahan selama satu bulan. Perempuan itu pindah ke jakarta, katanya, sih mau kuliah.

Ada sedikit rasa senang di hati. Hal itu membuatku merasa menjadi seseorang yang jahat. Tetapi, mau bagaimana lagi, bukankah cinta merupakan sesuatu yang tak bisa dibagi?

Hari-hari kami kembali seperti awal menjalin hubungan pertemanan. Setiap hari SMS-an. Membahas hal-hal konyol dan tertawa. Sesekali pergi jalan-jalan di saat hari libur, dan nongkrong di kafe kecil untuk sekadar ngopi. Menyenangkan sekali. Aku dibuat semakin menyukainya, tapi dia tidak sadar dan masih menganggap diriku hanyalah seorang teman.

Beberapa minggu kemudian, seorang gadis bertubuh mungil, kulit putih bersih, rambut panjang dan wajah penuh ceria datang. Ia adalah pramuniaga baru di toko milik kakak dari bosku. Toko itu berada di tengah-tengah, antara tempat aku bekerja dan laki-laki yang aku sukai, Bobi.

Ketika gadis itu datang, Bobi sedang libur selama tiga hari. Ia tidak bisa masuk karena kurang sehat.

****

"Permisi!"

Seseorang berdiri di depan pintu kaca yang terbuka. Aku yang sedang sibuk membersihkan etalase, menoleh denga cepat.

"Aa, masuk saja," ujarku.

"Aku yang kerja di toko sebelah, bos memintaku membawakan ini," jelasnya dan menyerahkan tiga lembar baju yang terbungkus plastik.

"Okay,"


Aku menerima barang tersebut dan tersenyum padanya. Tak disangka, senyumanku malah membuat gadis mungkil itu merasa senang dan langsung mengajakku berteman. Ia bahkan meminta untuk selalu pulang bareng usai bekerja seharian.

Tiga hari berlalu, aku dan gadis tersebut sudah seperti sahabat yang saling kenal bertahun-tahun. Sangat dekat dan satu server. Hanya dengan saling pandang kami sudah bisa tertawa.

Pukul 08:18, hari masih pagi. Aku dan gadis mungil menunggu bos datang membuka toko. Dari kejauhan aku melihat Bobi. Ia berjalan cepat ke arahku. Seketika teman perempuanku berbalik badan saat melihat Bobi. Ia tampak gelisah.

"Hei, kenapa?" tanyaku berbisik.

"Aa, enggak. Nggak apa-apa," ujarnya dengan tubuh membelakangi Bobi.

"Ra, siapa?" tanya Bobi menatap ke arah teman perempuanku.

"Oo, temanku. Dia kerja di toko Bu Lis," jelasku.

"Vi, kenalin. Ini temanku, Bobi."


Aku membalikkan badan Devi, gadis mungil yang tiga hari terakhir menjadi teman baik dan konyolku.

"Aa, ha-hai, kamu temannya istri kakakku, kan? Dulu kamu sering ke rumah bersama temanmu itu. Ingat aku, kan?"

Aku melongo mendengar pernyataan Bobi. Ternyata Devi dan Bobi sudah saling kenal. Entah apa hubungan mereka sebenarnya. Aku mulai menerka-nerka.

Usai pulang kerja, Devi menjelaskan hubungannya dengan Bobi tanpa aku minta. Katanya, di tahun 2010 Bobi pernah menyatakan cinta padanya, tetapi ia menolak. Sekarang, Devi sudah memiliki pacar. Meski begitu, setelah lama tidak bertemu, Bobi rupanya tak menyerah. Ia mengaku masih menyukai Devi. Setiap hari ia menceritakan padaku perihal perasaannya terhadap Devi.

Jujur saja, aku kembali patah hati mendengarnya. Tetapi, sebagai seorang teman, aku mendengar dan berusaha menghibur Bobi.

Ra, gimana, dong? Bantu aku agar Devi mau menerimaku.

Bunyi pesan teks dari Bobi.

Menyerah saja. Devi sudah punya pacar. Aku sudah melihat pacarnya. Dia tampan, haha!

Aku menghibur Bobi sambil bercanda. Padahal, sebenarnya aku ingin bilang, berhenti mengejarnya, ada aku di sini.

Devi akan jadi milikku, percayalah. Haha!

Jangan terlalu berharap, jatuhnya pasti sakit, loh!

Tapi bagaimana, aku sangat menyukainya. Aku mohon bantu aku, Ra.


Kalian tahu bagaimana rasanya dimintai bantuan seperti itu oleh orang yang kita sukai? Meminta perempuan lain untuk mencintainya, padahal kamu mencintai dia. Sangat menyedihkan, bukan? Aku sungguh patah hati saat itu.


Sumber Gambar

***

"Vi, bagaimana jika Bobi masih menyukaimu? Mau tidak, menerimanya?" tanyaku sebelum toko dibuka.

"Bicara apa, sih, Ra? Terus, Kak Fan mau aku kemanain?" sahutnya sambil tertawa.


Aku merasa bingung. Antara lega, bahagia, dan perasaan lainnya.

"O ya, Bobi minta nomormu. Sudah aku kasi. Maaf, ya," kataku.

"Nggak apa-apa. Kita semua, kan, bisa berteman. Lihat, SMS Bobi sangat banyak. Setiap hari menyapaku dengan Beb segala. Dia sangat konyol," jelas Devi panjang lebar.

"Yasudah, kenapa tidak sama Bobi saja? Lagipula Kak Fan jauh, kan? Dia jarang ke rumahmu.


Aku berusaha meyakinkan Devi agar menerima Bobi.

"Kita lihat nanti. Haha!"

Devi tertawa. Aku? Aku hanya senyum seadanya. Aku berharap dia menolak Bobi, tapi ternyata ...?

Balasan pesannya begitu romantis. Bikin Bobi semakin berharap dan terus maju. Dari bulan ke bulan, mereka menjadi sangat dekat. Aku kerap diabaikan.

Hubungan mereka rupanya tak lagi sebatas teman. Devi dan Bobi diam-diam menjadi pasangan kekasih. Aku bahkan tidak mengetahuinya. Setelah satu minggu jadian, barulah Bobi bercerita. Sementara Devi? Ia menyembunyikannya dariku. Ia merasa tidak enak karena pernah mengaku tidak mencintai Bobi.

Aku ingin marah, tapi tak mampu. Salahku jatuh cinta pada orang yang mencintai orang lain. Ya, begitulah cinta pertama yang aku alami. Cinta bertepuk sebelah tangan. Untuk menghindari mereka, aku akhirnya pindah tempat kerja.

Aku tak sanggup menyaksikan kebahagiaan mereka, juga tak bisa menyakitinya dengan apa pun juga. Sehingga, pilihan terbaik hanyalah menghilang, membawa semua perasaan sedih dan menanggungnya sendirian.


Gambar: Dokpri

End ...

Penulis: @darmawati040
Narasi Pribadi Sepenuhnya
raeuki
andrerain5
tien212700
tien212700 dan 18 lainnya memberi reputasi
19
2.1K
45
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan