- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
BI Turunkan Bunga, Rupiah Jadi Kurang 'Seksi'


TS
koruptor.1
BI Turunkan Bunga, Rupiah Jadi Kurang 'Seksi'

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Sepertinya penurunan suku bunga acuan membuat rupiah jadi kurang 'seksi'.
Pada Jumat (19/2/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.030 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot di posisi Rp 14.010/US$. Sama persis dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya alias stagnan.
Sepertinya investor harap-harap cemas menantikan hasil rapat bulanan Bank Indonesia. Pasar sudah berekspektasi Gubernur Perry Warjiyo dan kawan-kawan akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,5%.
Ekspektasi itu terwujud. Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Februari 2021 sesuai dengan perkiraan, BI 7 Day Reverse Repo Rate turun ke 3,5%.
Namun ternyata BI memberi 'kejutan' lain. Satu, BI membebaskan uang muka untuk pemberian kendaraan bermotor baru. Nol persen, nol rupiah. Silakan bawa pulang mobil atau sepeda motor yang Anda inginkan, tidak usah bayar uang muka langsung bayar cicilan bulanan.
Kado ketiga, mirip-mirip dengan yang kedua, BI menetapkan Loan to Value (LTV) dan Financing to Value (FTV) sebesar 100% untuk kredit properti. Artinya, seluruh kebutuhan dana dalam memperoleh Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ditanggung oleh bank, konsumen tidak perlu membayar uang muka.
Dua 'kado' itu berlaku mulai 1 Maret 2021 hingga 31 Desember 2021. Selepas itu akan dievaluasi untuk menentukan apakah perlu dilanjutkan atau tidak.
Tujuan dari penurunan suku bunga acuan serta pembebasan uang muka kredit otomotif dan KPR adalah untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Maklum, BI juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik untuk sepanjang 2021 dari 4,8-5,8% menjadi 4,3-5.3%. Perekonomian nasional memang butuh pertolongan dari berbagai sisi, termasuk kebijakan moneter.
BI Tak Turunkan Bunga Lagi?
Namun ke depan, rupiah masih punya ruang untuk menguat. Soalnya, Perry mengungkapkan bahwa dengan 'obral' kemarin, rasanya ke depan ruang pelonggaran moneter menjadi lebih sempit.
"Dengan penurunan hari ini, ruang penurunan suku bunga semakin terbatas," katanya.
Tanpa penurunan suku bunga acuan lebih lanjut, maka imbalan berinvestasi di aset-aset berbasis rupiah (terutama di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) akan tetap menarik. Investor asing akan tetap berkenan masuk ke pasar keuangan Indonesia karena masih ada harapan cuan gede.
Dalam tiga hari terakhir, selisih imbal hasil (yield) antara obligasi pemerintah Indonesia dan AS tenor 10 tahun semakin melebar. Pada pukul 07:46 WIB, selisih atau spread mencapai 513,84 bps, tertinggi sejak 26 Januari 2021.
Tidak adanya penurunan suku bunga acuan lagi (setidaknya dalam waktu dekat) akan membuat selisih itu tetap lebar. Artinya, investor masih akan memperoleh keuntungan besar jika menanamkan modal di Indonesia.
Ketika minat investor asing terhadap aset keuangan Indonesia tinggi, otomatis permintaan rupiah akan meningkat. Kala permintaan rupiah meningkat, nilai tukarnya niscaya menguat.
https://www.cnbcindonesia.com/market...kurang-seksi/1
0
354
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan