- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Movies
The Birth Of A Nation : Film Bisu Paling Kontroversial Di Amerika Serikat


TS
diaz420
The Birth Of A Nation : Film Bisu Paling Kontroversial Di Amerika Serikat

Film bisu, sebuah film yang hanya menampilkan mimik, pergerakan karakter dan musik pengiringnya saja. Di beberapa film ada juga yang menyediakan "kartu dialog" yang digunakan untuk menjelaskan apa maksud dari mimik dan pergerakan si karakter dalam film. Satu hal yang menjadi ikon bagi film bisu adalah film-film yang dibintangi oleh Charlie Chaplin.

Tapi, Ane gak akan ngebahas soal Charlie Chaplin. Ngomongin soal film bisu, ada satu film bisu di Negeri Paman Sam yang dianggap sebagai "Film Bisu Paling Kontroversial" sepanjang sejarah perfilman AS. Apa itu? Langsung aja...
Spoiler for Seputar Film:
The Birth of a Nation, sebuah film karya sutradara David Wark Griffithyang dirilis pada tanggal 8 Februari 1915. Film ini diproduseri oleh Harry Aitken dan ditulis naskahnya oleh Frank E. Woods. Faktanya, film ini merupakan film adaptasi novel dan opera berjudul serupa karya Thomas Dixon Jr.
Di tahun 1911, pada awalnya film ini rencananya akan menggunakan kamera Kinemacolor, sebuah kamera dengan teknologi tercanggih pada saat itu, dimana dengan kamera tersebut, kualitas gambar yang didapat akan jauh lebih bagus. Selain itu, kamera tersebut dapat menghasilkan gambar ataupun video yang berwarna, ketimbang kamera konvensional pada saat itu yang masih menghasilkan gambar ataupun video hitam putih.


Sayangnya, karena harganya yang terlalu mahal dan budgetproduksi yang sedikit, jadinya proses pengambilan gambar pun terpaksa harus menggunakan kamera konvensional pada umumnya.
Proses syuting pun dilakukan di sebuah perkebunan bersejarah di kota Natchez, Mississippi, yaitu Homewood Plantation. Saat proses pembuatan film sudah berjalan separuhnya, tiba-tiba saja dibatalkan. Permasalahan budget diduga menjadi penyebab utamanya.
Saat itu di tahun 1911, film ini sempat dipegang oleh sutradara William F. Haddock dan produser George Brennan. Barulah di penghujung tahun 1913, produser Harry Aitken mulai tertarik untuk membuat film ini. Lalu, Harry Aitken menunjuk David Wark Griffith sebagai sutradaranya. Saat mengetahui film seperti apa yang akan Ia arahkan, Griffith mengaku kalau Ia sangat tertarik. Sedikit fun fact, David Wark Griffith dan sang pembuat novel, Thomas Dixon Jr rupanya merupakan keturunan pasukan Konfederasi pada masa Perang Saudara Amerika.

Setelah produser dan sutradara terpilih, proses selanjutnya adalah casting pemeran. Singkat cerita, terpilihlah Lillian Gishdan Henry Brazeale Walthall sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai, sekaligus tokoh utama dalam film. Sedikit fun fact, Lillian Gish ini adalah "Aktris Pertama dalam sejarah Perfilman Amerika".

Pemilihan bahan untuk naskah cerita film ini diambil berdasarkan opera karya Dixon. Tapi, ada beberapa bagian cerita yang mengambil inspirasi dari salah satu novel karya Thomas Dixon Jr lainnya, yaitu The Leopard's Spots. Semua rekaman yang sudah pernah direkam pada tahun 1911 tidak jadi digunakan. Karena proses syuting kedua dari film ini memiliki budgetyang besar, maka para kru film memutuskan untuk menggunakan kamera Kinemacolor dalam proses pengambilan gambarnya. Alhasil, hasil akhir dari film ini menjadi lebih berwarna ketimbang hasil rekaman sebelumnya yang masih hitam putih.
Untuk proses syutingnya sendiri hanya memakan waktu selama 3 bulan saja, mulai dari bulan Juli sampai Oktober 1914. Sementara lokasi pengambilan gambarnya dilakukan di 4 tempat sekitaran California, Amerika Serikat. Karena film ini mengambil latar waktu pada masa Perang Saudara Amerika, tentunya ada beberapa adegan peperangan yang dimasukkan ke dalam film ini. Untuk menciptakan rekonstruksi adegan perang yang realistis dan sejalan dengan alur sejarah, pihak kru film sampai berkonsultasi dengan pihak Akademi Militer Amerika Serikat atau yang biasa disebut sebagai West Point. Inspirasi Griffith dalam menciptakan adegan perang, Ia dapatkan dari beberapa novel ciptaan Robert Underwood Johnson dan foto-foto yang diambil oleh seorang fotografer bernama Matthew Brady

Pada awalnya, dengan kurs mata uang saat itu, film ini hanya memiliki budget sebesar $40.000, namun hingga akhir proses syuting, budget yang dikeluarkan pun mencapai $100.000. Setelah proses syuting rampung, film ini awalnya memiliki durasi selama 2.160 menit (36 jam). Dengan proses penyuntingan, akhirnya film ini hanya memiliki durasi 180 menit (3 jam) saja.
Seperti yang penulis sebutkan sebelumnya, dalam film bisu hanya ada gerakan si pemeran dan musik pengiringnya saja. Soal musik pengiring, Joseph Carl Breilyang bertanggung jawab penuh atas pembuatan musik pengiring dalam film ini. Dalam proses pembuatannya, Breil menggunakan 3 komposisi musik, musik klasik, musik terbaru dengan melodi yang terkenal di telinga masyarakat dan musik ciptaannya sendiri. Beberapa contoh musik klasik yang dijadikan inspirasi oleh Breil diantaranya Der Freischütz (karya Carl Maria von Weber), Leichte Kavallerie (karya Franz von Suppé), Symphony No.6 (karya Ludwig Van Beethoven) dan Ride of the Valkyries (karya Richard Wagner). Sementara contoh musik dengan melodi terkenal yang dipakai oleh Breil diantaranya "Maryland, My Maryland", "Dixie", "Old Folks at Home", "The Star-Spangled Banner", "America the Beautiful", "The Battle Hymn of the Republic", "Auld Lang Syne", dan "Where Did You Get That Hat?".
Di tahun 1911, pada awalnya film ini rencananya akan menggunakan kamera Kinemacolor, sebuah kamera dengan teknologi tercanggih pada saat itu, dimana dengan kamera tersebut, kualitas gambar yang didapat akan jauh lebih bagus. Selain itu, kamera tersebut dapat menghasilkan gambar ataupun video yang berwarna, ketimbang kamera konvensional pada saat itu yang masih menghasilkan gambar ataupun video hitam putih.

Kamera Kinemacolor

Begini hasil gambar yang dihasilkan dari Kamera Kinemacolor
Sayangnya, karena harganya yang terlalu mahal dan budgetproduksi yang sedikit, jadinya proses pengambilan gambar pun terpaksa harus menggunakan kamera konvensional pada umumnya.
Proses syuting pun dilakukan di sebuah perkebunan bersejarah di kota Natchez, Mississippi, yaitu Homewood Plantation. Saat proses pembuatan film sudah berjalan separuhnya, tiba-tiba saja dibatalkan. Permasalahan budget diduga menjadi penyebab utamanya.
Saat itu di tahun 1911, film ini sempat dipegang oleh sutradara William F. Haddock dan produser George Brennan. Barulah di penghujung tahun 1913, produser Harry Aitken mulai tertarik untuk membuat film ini. Lalu, Harry Aitken menunjuk David Wark Griffith sebagai sutradaranya. Saat mengetahui film seperti apa yang akan Ia arahkan, Griffith mengaku kalau Ia sangat tertarik. Sedikit fun fact, David Wark Griffith dan sang pembuat novel, Thomas Dixon Jr rupanya merupakan keturunan pasukan Konfederasi pada masa Perang Saudara Amerika.

David Wark Griffith (kiri), Harry Aitken (tengah) dan Thomas Dixon Jr (kanan)
Setelah produser dan sutradara terpilih, proses selanjutnya adalah casting pemeran. Singkat cerita, terpilihlah Lillian Gishdan Henry Brazeale Walthall sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai, sekaligus tokoh utama dalam film. Sedikit fun fact, Lillian Gish ini adalah "Aktris Pertama dalam sejarah Perfilman Amerika".

Lillian Gish (kiri) dan Henry Brazeale Walthall (kanan)
Pemilihan bahan untuk naskah cerita film ini diambil berdasarkan opera karya Dixon. Tapi, ada beberapa bagian cerita yang mengambil inspirasi dari salah satu novel karya Thomas Dixon Jr lainnya, yaitu The Leopard's Spots. Semua rekaman yang sudah pernah direkam pada tahun 1911 tidak jadi digunakan. Karena proses syuting kedua dari film ini memiliki budgetyang besar, maka para kru film memutuskan untuk menggunakan kamera Kinemacolor dalam proses pengambilan gambarnya. Alhasil, hasil akhir dari film ini menjadi lebih berwarna ketimbang hasil rekaman sebelumnya yang masih hitam putih.
Untuk proses syutingnya sendiri hanya memakan waktu selama 3 bulan saja, mulai dari bulan Juli sampai Oktober 1914. Sementara lokasi pengambilan gambarnya dilakukan di 4 tempat sekitaran California, Amerika Serikat. Karena film ini mengambil latar waktu pada masa Perang Saudara Amerika, tentunya ada beberapa adegan peperangan yang dimasukkan ke dalam film ini. Untuk menciptakan rekonstruksi adegan perang yang realistis dan sejalan dengan alur sejarah, pihak kru film sampai berkonsultasi dengan pihak Akademi Militer Amerika Serikat atau yang biasa disebut sebagai West Point. Inspirasi Griffith dalam menciptakan adegan perang, Ia dapatkan dari beberapa novel ciptaan Robert Underwood Johnson dan foto-foto yang diambil oleh seorang fotografer bernama Matthew Brady

Robert Underwood Johnson (kiri), seorang penulis novel asal Amerika Serikat dan Matthew Brady (kanan), seorang fotografer perang asal Amerika Serikat
Pada awalnya, dengan kurs mata uang saat itu, film ini hanya memiliki budget sebesar $40.000, namun hingga akhir proses syuting, budget yang dikeluarkan pun mencapai $100.000. Setelah proses syuting rampung, film ini awalnya memiliki durasi selama 2.160 menit (36 jam). Dengan proses penyuntingan, akhirnya film ini hanya memiliki durasi 180 menit (3 jam) saja.
Seperti yang penulis sebutkan sebelumnya, dalam film bisu hanya ada gerakan si pemeran dan musik pengiringnya saja. Soal musik pengiring, Joseph Carl Breilyang bertanggung jawab penuh atas pembuatan musik pengiring dalam film ini. Dalam proses pembuatannya, Breil menggunakan 3 komposisi musik, musik klasik, musik terbaru dengan melodi yang terkenal di telinga masyarakat dan musik ciptaannya sendiri. Beberapa contoh musik klasik yang dijadikan inspirasi oleh Breil diantaranya Der Freischütz (karya Carl Maria von Weber), Leichte Kavallerie (karya Franz von Suppé), Symphony No.6 (karya Ludwig Van Beethoven) dan Ride of the Valkyries (karya Richard Wagner). Sementara contoh musik dengan melodi terkenal yang dipakai oleh Breil diantaranya "Maryland, My Maryland", "Dixie", "Old Folks at Home", "The Star-Spangled Banner", "America the Beautiful", "The Battle Hymn of the Republic", "Auld Lang Syne", dan "Where Did You Get That Hat?".
Spoiler for Alur Cerita:
Oke, Ane rasa inilah bagian yang paling ditunggu-tunggu. Tapi, sebelum itu...

Film ini berlatar waktu pada masa Perang Saudara Amerika, menceritakan kehidupan antara 2 keluarga beda kubu. Kala itu, Amerika terpecah menjadi 2 kubu, Utara (Uni/Serikat) dan Selatan (Konfederasi). Keluarga Stoneman, yang memiliki 3 orang anak, Phil, Elsie dan Tod merupakan keluarga yang berpihak kepada kubu Utara. Kemudian ada keluarga Cameron yang berpihak kepada kubu Selatan. Keluarga ini terdiri dari Ayah, Ibu dan 5 orang anak, Margaret, Wade, Ben, Flora dan Duke.
Ada 2 pasangan yang saling mencintai dalam film ini, Phil dan Margaret, kemudian Elsie dan Ben. Mereka jatuh cinta pada pandangan pertama saat kedua keluarga saling berpapasan di South Carolina. Kedua keluarga pun terlibat dalam peperangan dan mewakili kubu masing-masing. Di akhir peperangan, Tod Stoneman, Wade Cameron dan Duke Cameron gugur membela kubunya. Sementara itu, Margaret dan Flora berhasil diamankan oleh tentara kubu Selatan. Di sisi lain, Ben tertangkap oleh kubu lawan dalam kondisi terluka parah. Ia pun dibawa ke Rumah Sakit untuk diobati.
Saat di Rumah Sakit, Ben sempat mendengar obrolan para prajurit kubu Utara yang hendak mengeksekusi mati para tahanan perang. Jika itu terjadi, maka Ben pun akan ikut dieksekusi mati. Di tengah kondisi hati yang gundah gulana, Ben pun bertemu dengan Elsie, sang pujaan hati. Rupanya, Elsie adalah salah satu suster di Rumah Sakit tersebut.
Singkat cerita, Ben mengabari Ibunya, termasuk berita soal eksekusi mati yang akan dijatuhkan kepadanya. Ibunya Ben dengan nekat datang menemui Ben. Akhirnya, Ibu dan anak itu pun bertemu. Demi menuntut keadilan sang anak, Ibunya Ben dengan beraninya menemui Presiden Amerika Serikat saat itu, Abraham Lincoln. Ia meminta Presiden Abe (panggilan Abraham Lincoln) untuk memberikan pengampunan kepada Ben. Untungnya, Presiden Abe menyetujuinya. Ia pun memberikan keringanan hukuman kepada Ben.
Namun, satu momen merusak segalanya. Berdasarkan sejarah, Abraham Lincoln wafat di tahun 1865 akibat ulah seorang pembunuh bayaran dari kubu Selatan bernama John Wilkes Booth. Hal tersebut memicu tensi tinggi antara kubu Utara dan Selatan. Begitu juga dengan hukuman yang diterima Ben. Ben pun dihantui oleh hukuman mati yang sudah siap menantinya.
Itu tadi babak pertama dalam film tersebut. Sekarang kita lanjut ke babak kedua. Jika di babak pertama film tersebut menceritakan masa Perang Saudara, di babak kedua ini menceritakan Masa Rekonstruksi. Masa Rekonstruksi adalah sebuah masa pasca Perang Saudara yang ditujukan untuk membangun kembali situasi dan kondisi negara yang kacau akibat perang. Berdasarkan catatan sejarah, masa ini berlangsung dari tahun 1865-1877.
Dalam film, kubu Utara menunjuk seorang pemimpin baru bernama Silas Lynch. Sebetulnya Lynch ini adalah seorang keturunan orang hitam dan putih (disebut sebagai orang Mullato), namun Ia adalah seorang pemimpin yang keji dan rasis. Ia memihak kepada orang kulit hitam dan bertindak semena-mena terhadap orang kulit putih.
Melihat kondisi negara yang semrawut, Ben Cameron pun berinisiatif untuk menggulingkan kekuasaan Silas Lynch. Ben pun memutar otaknya guna menemukan cara terbaik untuk menjatuhkan Lynch. Sampai satu waktu, Ben melihat 2 orang anak kecil tengah bermain. Yang satu anak berkulit putih dan yang satunya lagi berkulit hitam. Si anak yang berkulit putih berpura-pura menjadi hantu dengan menutupi dirinya dengan kain. Ia pun berlari mengejar si anak berkulit hitam dengan riangnya. Dari situlah Ben mendapat ide untuk menjatuhkan kekuatan Lynch. Kemudian, Ben bersama beberapa rekannya mendirikan sebuah perkumpulan yang disebut Ku Klux Klan. Faktanya, film ini menjadi inspirasi dari terbentuknya era baru Ku Klux Klan in real life.
Satu malam, Flora Cameron pergi ke hutan untuk mengambil air. Namun, tanpa sepengetahuan Flora, Ia sedang dibuntuti oleh seorang mantan budak kulit hitam bernama Gus. Kejar-kejaran antara Flora dan Gus pun terjadi setelahnya. Singkat cerita, Flora terpojokkan oleh sebuah jurang. Gus mengambil ancang-ancang untuk menangkap Flora, sementara Flora mengancam akan lompat ke jurang jika Gus berani mendekat. Tentu saja Gus berjalan mendekati Flora, alhasil Flora pun bunuh diri dengan cara melompat ke jurang. Gus merasa sangat sial karena tidak mendapatkan mangsanya. Tetapi, kesialan Gus bertambah saat Ia mengetahui kalau selama ini Ia juga dibuntuti oleh para anggota KKK karena tindakannya yang mencurigakan. Gus pun langsung ditangkap dan dibawa ke pimpinan mereka, yaitu Ben Cameron. Ben yang mengetahui kabar kematian adiknya pun marah besar kepada Gus. Ia segera memerintahkan anak buahnya untuk mengeksekusi mati Gus dengan cara digantung. Inilah adegan paling kontroversial di dalam film ini. Selain itu, aktor pemeran Gus, yaitu Walter Longrupanya adalah seorang berkulit putih yang didandani sedemikian rupa agar menyerupai orang kulit hitam.


Kabar kematian Gus akhirnya sampai ke telinga Lynch. Saat Ia mengetahui siapa pelakunya, Ia bergegas menangkap Ayahnya Ben dan langsung menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Kabar mengenai penangkapan Pak Cameron terdengar juga oleh Phil Stoneman. Ia yang sangat membenci pemerintahan Silas Lynch pun mengajak rekannya yang sepaham dengannya untuk melakukan aksi pembebasan terhadap Pak Cameron. Tak hanya itu, tujuan Phil melakukan itu juga demi mendapatkan cintanya Margaret Cameron, sang pujaan hati. Rencana pun dilakukan dan berjalan dengan lancar. Di tengah perjalanan, Phil bertemu dengan Margaret dan mengajaknya untuk pergi. Lalu Phil, Margaret dan Ayahnya pun dibawa ke sebuah gubuk tersembunyi di dalam hutan. Disana, sudah ada para warga AS yang rupanya menentang pemerintahan Silas Lynch. Mereka semua adalah orang kulit putih dan hitam yang hendak menuntut keadilan dan kehidupan yang layak serta harmonis di AS.
Di sisi lain, Elsie Stoneman ternyata mengetahui juga kabar penangkapan Pak Cameron. Elsie pun menghadap Silas Lynch dan memintanya untuk membebaskan Pak Cameron (padahal Elsie belum tahu kalau Pak Cameron sudah dibawa kabur oleh Kakak dan pacarnya). Saat Elsie menghadap ke ruangannya Lynch, ternyata...

Elsie pun diculik oleh Lynch. Alasannya sederhana, Lynch ingin memaksa Elsie untuk menikahinya. Lynch memerintahkan anak buahnya untuk membawa Elsie ke suatu tempat. Tak lama kemudian, Pak Stoneman, Ayahnya Elsie datang ke ruangannya Lynch. Saat itu Ia sama sekali tidak mengetahui kalau putrinya diculik. Tujuan kedatangannya Pak Stoneman adalah untuk membahas peraturan negara baru yang memperbolehkan pernikahan antar ras (kulit hitam dan putih). Saat ditanya oleh Pak Stoneman, Lynch menjawab kalau peraturannya sudah siap dan akan diberlakukan. Selain itu, Lynch juga mengatakan kalau dirinya akan menjadi orang pertama yang menerapkan aturan tersebut. Pak Stoneman pun senang mendengarnya, tapi saat Ia mengetahui siapa calon istrinya Lynch, Ia pun marah besar. Ya, Lynch secara terang-terangan mengatakan kalau Ia akan segera menikahi putrinya Pak Stoneman, yaitu Elsie.
Film pun beralih, kali ini kita ditunjukkan dengan kondisi Elsie saat ini. Rupanya, salah satu anak buahnya Lynch adalah anggota KKK yang sedang menyamar. Si mata-mata pun memberitahu Elsie kalau Ia akan mengabari Ben dan memintanya untuk membebaskan dirinya. Di sisi lain, Ben dan anak buahnya pergi ke kota dengan maksud untuk mengkudeta Silas Lynch. Tapi ditengah perjalanan, si mata-mata akhirnya tiba dan memberitahukan kondisi Elsie kepada Ben. Kelompok KKK pun dibagi dua, satu untuk melakukan kudeta dan satu lagi untuk membantu Ben dalam membebaskan Elsie.
Ben akhirnya berhasil membebaskan Elsie. Ia pun segera menyusul rekannya yang berada di kota. Namun, rencana kudeta KKK gagal. Mereka tidak menemukan Silas Lynch dan anak buahnya di gedung pemerintahan. Saat diusut, ternyata Lynch dan anak buahnya pergi ke hutan dan menyerang gubuk dimana Phil, Margaret, Pak Cameron dan beberapa warga AS lainnya bersembunyi. Ben mengetahui hal tersebut saat Ia tidak menemukan Ayahnya di sel tahanan. Ben bergegas mencari keberadaan Ayahnya, beruntung saat Ia dan anak buahnya pergi menyusuri hutan, Ia berhasil menemukan Lynch dan anak buahnya sedang menyerang sebuah gubuk. Ben melihat Ayah, Kakak Perempuan dan Phil berada di dalam gubuk tersebut. Pertempuran antara KKK melawan pasukan Silas Lynch pun tak dapat terhindarkan. Singkat cerita, KKK keluar sebagai pemenangnya.
Film pun ditutup dengan pemilihan pemimpin negara yang baru dan pernikahan antara 2 pasangan dalam film, Ben dan Elsie serta Phil dan Margaret.

Film ini berlatar waktu pada masa Perang Saudara Amerika, menceritakan kehidupan antara 2 keluarga beda kubu. Kala itu, Amerika terpecah menjadi 2 kubu, Utara (Uni/Serikat) dan Selatan (Konfederasi). Keluarga Stoneman, yang memiliki 3 orang anak, Phil, Elsie dan Tod merupakan keluarga yang berpihak kepada kubu Utara. Kemudian ada keluarga Cameron yang berpihak kepada kubu Selatan. Keluarga ini terdiri dari Ayah, Ibu dan 5 orang anak, Margaret, Wade, Ben, Flora dan Duke.
Ada 2 pasangan yang saling mencintai dalam film ini, Phil dan Margaret, kemudian Elsie dan Ben. Mereka jatuh cinta pada pandangan pertama saat kedua keluarga saling berpapasan di South Carolina. Kedua keluarga pun terlibat dalam peperangan dan mewakili kubu masing-masing. Di akhir peperangan, Tod Stoneman, Wade Cameron dan Duke Cameron gugur membela kubunya. Sementara itu, Margaret dan Flora berhasil diamankan oleh tentara kubu Selatan. Di sisi lain, Ben tertangkap oleh kubu lawan dalam kondisi terluka parah. Ia pun dibawa ke Rumah Sakit untuk diobati.
Saat di Rumah Sakit, Ben sempat mendengar obrolan para prajurit kubu Utara yang hendak mengeksekusi mati para tahanan perang. Jika itu terjadi, maka Ben pun akan ikut dieksekusi mati. Di tengah kondisi hati yang gundah gulana, Ben pun bertemu dengan Elsie, sang pujaan hati. Rupanya, Elsie adalah salah satu suster di Rumah Sakit tersebut.
Singkat cerita, Ben mengabari Ibunya, termasuk berita soal eksekusi mati yang akan dijatuhkan kepadanya. Ibunya Ben dengan nekat datang menemui Ben. Akhirnya, Ibu dan anak itu pun bertemu. Demi menuntut keadilan sang anak, Ibunya Ben dengan beraninya menemui Presiden Amerika Serikat saat itu, Abraham Lincoln. Ia meminta Presiden Abe (panggilan Abraham Lincoln) untuk memberikan pengampunan kepada Ben. Untungnya, Presiden Abe menyetujuinya. Ia pun memberikan keringanan hukuman kepada Ben.
Namun, satu momen merusak segalanya. Berdasarkan sejarah, Abraham Lincoln wafat di tahun 1865 akibat ulah seorang pembunuh bayaran dari kubu Selatan bernama John Wilkes Booth. Hal tersebut memicu tensi tinggi antara kubu Utara dan Selatan. Begitu juga dengan hukuman yang diterima Ben. Ben pun dihantui oleh hukuman mati yang sudah siap menantinya.
Itu tadi babak pertama dalam film tersebut. Sekarang kita lanjut ke babak kedua. Jika di babak pertama film tersebut menceritakan masa Perang Saudara, di babak kedua ini menceritakan Masa Rekonstruksi. Masa Rekonstruksi adalah sebuah masa pasca Perang Saudara yang ditujukan untuk membangun kembali situasi dan kondisi negara yang kacau akibat perang. Berdasarkan catatan sejarah, masa ini berlangsung dari tahun 1865-1877.
Dalam film, kubu Utara menunjuk seorang pemimpin baru bernama Silas Lynch. Sebetulnya Lynch ini adalah seorang keturunan orang hitam dan putih (disebut sebagai orang Mullato), namun Ia adalah seorang pemimpin yang keji dan rasis. Ia memihak kepada orang kulit hitam dan bertindak semena-mena terhadap orang kulit putih.
Melihat kondisi negara yang semrawut, Ben Cameron pun berinisiatif untuk menggulingkan kekuasaan Silas Lynch. Ben pun memutar otaknya guna menemukan cara terbaik untuk menjatuhkan Lynch. Sampai satu waktu, Ben melihat 2 orang anak kecil tengah bermain. Yang satu anak berkulit putih dan yang satunya lagi berkulit hitam. Si anak yang berkulit putih berpura-pura menjadi hantu dengan menutupi dirinya dengan kain. Ia pun berlari mengejar si anak berkulit hitam dengan riangnya. Dari situlah Ben mendapat ide untuk menjatuhkan kekuatan Lynch. Kemudian, Ben bersama beberapa rekannya mendirikan sebuah perkumpulan yang disebut Ku Klux Klan. Faktanya, film ini menjadi inspirasi dari terbentuknya era baru Ku Klux Klan in real life.
Satu malam, Flora Cameron pergi ke hutan untuk mengambil air. Namun, tanpa sepengetahuan Flora, Ia sedang dibuntuti oleh seorang mantan budak kulit hitam bernama Gus. Kejar-kejaran antara Flora dan Gus pun terjadi setelahnya. Singkat cerita, Flora terpojokkan oleh sebuah jurang. Gus mengambil ancang-ancang untuk menangkap Flora, sementara Flora mengancam akan lompat ke jurang jika Gus berani mendekat. Tentu saja Gus berjalan mendekati Flora, alhasil Flora pun bunuh diri dengan cara melompat ke jurang. Gus merasa sangat sial karena tidak mendapatkan mangsanya. Tetapi, kesialan Gus bertambah saat Ia mengetahui kalau selama ini Ia juga dibuntuti oleh para anggota KKK karena tindakannya yang mencurigakan. Gus pun langsung ditangkap dan dibawa ke pimpinan mereka, yaitu Ben Cameron. Ben yang mengetahui kabar kematian adiknya pun marah besar kepada Gus. Ia segera memerintahkan anak buahnya untuk mengeksekusi mati Gus dengan cara digantung. Inilah adegan paling kontroversial di dalam film ini. Selain itu, aktor pemeran Gus, yaitu Walter Longrupanya adalah seorang berkulit putih yang didandani sedemikian rupa agar menyerupai orang kulit hitam.

Nih orangnya

Foto Doi (yang dilingkari merah) yang diambil dari Foto Dibalik Layar (Behind The Scene) filmnya
Quote:
Bonus :


Kabar kematian Gus akhirnya sampai ke telinga Lynch. Saat Ia mengetahui siapa pelakunya, Ia bergegas menangkap Ayahnya Ben dan langsung menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Kabar mengenai penangkapan Pak Cameron terdengar juga oleh Phil Stoneman. Ia yang sangat membenci pemerintahan Silas Lynch pun mengajak rekannya yang sepaham dengannya untuk melakukan aksi pembebasan terhadap Pak Cameron. Tak hanya itu, tujuan Phil melakukan itu juga demi mendapatkan cintanya Margaret Cameron, sang pujaan hati. Rencana pun dilakukan dan berjalan dengan lancar. Di tengah perjalanan, Phil bertemu dengan Margaret dan mengajaknya untuk pergi. Lalu Phil, Margaret dan Ayahnya pun dibawa ke sebuah gubuk tersembunyi di dalam hutan. Disana, sudah ada para warga AS yang rupanya menentang pemerintahan Silas Lynch. Mereka semua adalah orang kulit putih dan hitam yang hendak menuntut keadilan dan kehidupan yang layak serta harmonis di AS.
Di sisi lain, Elsie Stoneman ternyata mengetahui juga kabar penangkapan Pak Cameron. Elsie pun menghadap Silas Lynch dan memintanya untuk membebaskan Pak Cameron (padahal Elsie belum tahu kalau Pak Cameron sudah dibawa kabur oleh Kakak dan pacarnya). Saat Elsie menghadap ke ruangannya Lynch, ternyata...

Elsie pun diculik oleh Lynch. Alasannya sederhana, Lynch ingin memaksa Elsie untuk menikahinya. Lynch memerintahkan anak buahnya untuk membawa Elsie ke suatu tempat. Tak lama kemudian, Pak Stoneman, Ayahnya Elsie datang ke ruangannya Lynch. Saat itu Ia sama sekali tidak mengetahui kalau putrinya diculik. Tujuan kedatangannya Pak Stoneman adalah untuk membahas peraturan negara baru yang memperbolehkan pernikahan antar ras (kulit hitam dan putih). Saat ditanya oleh Pak Stoneman, Lynch menjawab kalau peraturannya sudah siap dan akan diberlakukan. Selain itu, Lynch juga mengatakan kalau dirinya akan menjadi orang pertama yang menerapkan aturan tersebut. Pak Stoneman pun senang mendengarnya, tapi saat Ia mengetahui siapa calon istrinya Lynch, Ia pun marah besar. Ya, Lynch secara terang-terangan mengatakan kalau Ia akan segera menikahi putrinya Pak Stoneman, yaitu Elsie.
Film pun beralih, kali ini kita ditunjukkan dengan kondisi Elsie saat ini. Rupanya, salah satu anak buahnya Lynch adalah anggota KKK yang sedang menyamar. Si mata-mata pun memberitahu Elsie kalau Ia akan mengabari Ben dan memintanya untuk membebaskan dirinya. Di sisi lain, Ben dan anak buahnya pergi ke kota dengan maksud untuk mengkudeta Silas Lynch. Tapi ditengah perjalanan, si mata-mata akhirnya tiba dan memberitahukan kondisi Elsie kepada Ben. Kelompok KKK pun dibagi dua, satu untuk melakukan kudeta dan satu lagi untuk membantu Ben dalam membebaskan Elsie.
Ben akhirnya berhasil membebaskan Elsie. Ia pun segera menyusul rekannya yang berada di kota. Namun, rencana kudeta KKK gagal. Mereka tidak menemukan Silas Lynch dan anak buahnya di gedung pemerintahan. Saat diusut, ternyata Lynch dan anak buahnya pergi ke hutan dan menyerang gubuk dimana Phil, Margaret, Pak Cameron dan beberapa warga AS lainnya bersembunyi. Ben mengetahui hal tersebut saat Ia tidak menemukan Ayahnya di sel tahanan. Ben bergegas mencari keberadaan Ayahnya, beruntung saat Ia dan anak buahnya pergi menyusuri hutan, Ia berhasil menemukan Lynch dan anak buahnya sedang menyerang sebuah gubuk. Ben melihat Ayah, Kakak Perempuan dan Phil berada di dalam gubuk tersebut. Pertempuran antara KKK melawan pasukan Silas Lynch pun tak dapat terhindarkan. Singkat cerita, KKK keluar sebagai pemenangnya.
Film pun ditutup dengan pemilihan pemimpin negara yang baru dan pernikahan antara 2 pasangan dalam film, Ben dan Elsie serta Phil dan Margaret.
Spoiler for Fakta dan Kontroversi:
Ada beberapa fakta dan juga penyebab mengapa film ini bisa sangat kontroversial. Di bagian ini, Ane bakalan bikin menjadi beberapa poin. Berikut diantaranya.
1. Ada beberapa alasan yang menyebabkan mengapa film ini bisa menjadi sangat kontroversial. Pertama, di dalam film, Ku Klux Klan digambarkan sebagai organisasi jagoan yang berhasil mengakhiri kisah cinta antara para protagonis dengan happy ending. Tetapi, fakta tersebut berbeda 180° dengan Ku Klux Klan di dunia nyata yang dikenal sangat rasis. Kedua, adegan KKK menggantung Gus (yang notabenenya orang kulit hitam dalam film) dan fakta mengejutkan tentang aktor pemeran Gus (orang kulit putih yang didandani sedemikian rupa agar menyerupai orang kulit hitam). Ketiga, film ini menginspirasi Ku Klux Klan di dunia nyata untuk mendirikan generasi baru di dalam organisasinya. Generasi ini dinamakan Klan Kedua.
2. Film ini pernah ditayangkan di Gedung Putih Amerika Serikat. Para kru film tentunya berasumsi kalau ini adalah suatu kehormatan dan prestasi, karena film mereka ditampilkan di Istana Kepresidenan AS. Namun, inilah blunder yang paling fatal. Presiden AS saat itu, Woodrow Wilsonmengungkapkan kekecewaannya terhadap penayangan film tersebut. Tak hanya Presiden Wilson, sejumlah pejabat tinggi AS pun mengungkapkan perasaan yang sama. Alhasil, seluruh warga kulit hitam di AS pun menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran untuk menentang penayangan film ini di bioskop-bioskop.

3. Bukannya dihentikan, penayangan film ini masih terus berlanjut, meskipun sudah dikecam habis-habisan oleh warga. Bahkan, film ini mendapatkan respon positif dan pujian dari para kritikus film. Selain itu, film tersebut sempat menjadi "Film Terlaris Sepanjang Masa" pada saat itu, sebelum akhirnya titel tersebut direbut oleh film "Gone With The Wind" yang dirilis pada tahun 1939. Film tersebut berhasil masuk box officesetelah beberapa minggu penayangannya. Hingga akhir penayangan film tersebut, total pemasukan yang didapat mencapai 100 juta US Dollar.
4. Film ini menjadi inspirasi dari 4 film ternama lainnya, yakni Intolerance (1916), The Birth of a Race (1918), Within Our Gates (1920) dan yang terbaru adalah Django Unchained (2012)
5. Faktanya, film sempat dibuatkan sekuelnya yang berjudul The Fall of a Nation. Film tersebut dirilis di tahun 1916 dan merupakan "Film Sekuel Pertama Sepanjang Sejarah Perfilman Dunia". Sayangnya, eksistensi mengenai film tersebut sudah tidak ada. Yang tersisa cuma musik pengiringnya saja. Kalian bisa cek sendiri di YouTube dengan kata kunci "The Fall of a Nation".
1. Ada beberapa alasan yang menyebabkan mengapa film ini bisa menjadi sangat kontroversial. Pertama, di dalam film, Ku Klux Klan digambarkan sebagai organisasi jagoan yang berhasil mengakhiri kisah cinta antara para protagonis dengan happy ending. Tetapi, fakta tersebut berbeda 180° dengan Ku Klux Klan di dunia nyata yang dikenal sangat rasis. Kedua, adegan KKK menggantung Gus (yang notabenenya orang kulit hitam dalam film) dan fakta mengejutkan tentang aktor pemeran Gus (orang kulit putih yang didandani sedemikian rupa agar menyerupai orang kulit hitam). Ketiga, film ini menginspirasi Ku Klux Klan di dunia nyata untuk mendirikan generasi baru di dalam organisasinya. Generasi ini dinamakan Klan Kedua.
2. Film ini pernah ditayangkan di Gedung Putih Amerika Serikat. Para kru film tentunya berasumsi kalau ini adalah suatu kehormatan dan prestasi, karena film mereka ditampilkan di Istana Kepresidenan AS. Namun, inilah blunder yang paling fatal. Presiden AS saat itu, Woodrow Wilsonmengungkapkan kekecewaannya terhadap penayangan film tersebut. Tak hanya Presiden Wilson, sejumlah pejabat tinggi AS pun mengungkapkan perasaan yang sama. Alhasil, seluruh warga kulit hitam di AS pun menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran untuk menentang penayangan film ini di bioskop-bioskop.

Quote:
Reaksi Ane be like :


3. Bukannya dihentikan, penayangan film ini masih terus berlanjut, meskipun sudah dikecam habis-habisan oleh warga. Bahkan, film ini mendapatkan respon positif dan pujian dari para kritikus film. Selain itu, film tersebut sempat menjadi "Film Terlaris Sepanjang Masa" pada saat itu, sebelum akhirnya titel tersebut direbut oleh film "Gone With The Wind" yang dirilis pada tahun 1939. Film tersebut berhasil masuk box officesetelah beberapa minggu penayangannya. Hingga akhir penayangan film tersebut, total pemasukan yang didapat mencapai 100 juta US Dollar.
4. Film ini menjadi inspirasi dari 4 film ternama lainnya, yakni Intolerance (1916), The Birth of a Race (1918), Within Our Gates (1920) dan yang terbaru adalah Django Unchained (2012)
5. Faktanya, film sempat dibuatkan sekuelnya yang berjudul The Fall of a Nation. Film tersebut dirilis di tahun 1916 dan merupakan "Film Sekuel Pertama Sepanjang Sejarah Perfilman Dunia". Sayangnya, eksistensi mengenai film tersebut sudah tidak ada. Yang tersisa cuma musik pengiringnya saja. Kalian bisa cek sendiri di YouTube dengan kata kunci "The Fall of a Nation".
Yap, itu tadi sekilas tentang postingan kali ini. Kalau kalian punya pendapat, kritik dan saran, silahkan tulis aja di kolom komentar. Traktir Ane dengan segelas Cendol kalau kalian menyukai postingan ini, atau timpuk Ane pakai batu bata kalau kalian menganggap postingan ini kurang menarik.
Thanks for coming and see you on the next post.
-Diaz-
Source : The Birth of a Nation






tien212700 dan 24 lainnya memberi reputasi
25
5.7K
Kutip
60
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan