- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Dikasi Telur Sama Orang Bunian. Kisah Nyata!


TS
ayuwandira05
Dikasi Telur Sama Orang Bunian. Kisah Nyata!
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Gansist. Apa kabar? Semoga sehat di mana pun berada, ya. Aamiin.
[URL=[img]https://s.kaskus.id/images/2021/02/05/10988471_202102050726580766.png[/img]]Fb Da'an Maulana[/URL]
Gansist, tahu orang bunian? Sependek pengetahuan ane, 'mereka' sama halnya seperti manusia pada umumnya. Punya organ tubuh yang lengkap, rumah dan pakaian. Bahkan, bercocok tanam serta beternak.
Hanya saja, dimensinya yang berbeda, juga kalo untuk manusia 'nyata' tumit berada di belakang. Sedangkan 'mereka' di depan. Terbalik gitu. Mereka biasanya tinggal di tempat terpencil atau hutan.
Tak sedikit yang baik, tapi yang usil juga banyak. 'Mereka' suka menutup penglihatan manusia, lalu membawa ke alamnya. Sependek sepengetahuan ane pula, sedikit sekali manusia bisa keluar jika sudah masuk ke alam mereka. Hanya Tuhan yang bisa membantu.
***
Tahun 1998, satu keluarga datang ke pelosok tanah Riau membawa serta anaknya yang berusia tiga dan satu tahun. Tepatnya di Kec. Mandau, sebut saja W (suami), S (istri), D (anak pertama), dan N (anak kedua).
Tujuan W ke sana adalah untuk mengelola 2 hektar tanah milik sang kakak untuk ditanam kelapa sawit (saat ini Riau penghasil terbanyak kelapa sawit di Indonesia). Suasana saat itu masih berupa hutan dengan pohon besar yang masih berdiri kokoh.
Dengan bermodal kapak dan parang(golok) dan keuletan sang istri, perlahan pohon-pohon itu mulai di robohkan. Saat itu masih banyak gajah yang besar, ular yang bersuara bak ayam jago yang sedang berkokok, dan hewan-hewan yang lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, S mulai bercocok tanam dan beternak ayam. Jarang sekali mereka makan nasi, sampai D menangis ketika terus-menerus makan singkong, tiwul atau telur yang hanya direbus dan ditambahkan garam saja. Mau bagaimana lagi, mereka pindah dengan membawa perbekalan pas-pasan.
Singkat cerita, tahun 2000, S melahirkan anak ke tiga, dan anak pertama laki-laki. Panggil saja dia A.
Saat itu usia A sudah beberapa minggu, S menitipkan kepada D dan N karena ia hendak mencuci baju di sumur. Jarak sumur dan rumah lumayan jauh, harus melewati jalan menurun.
Saat S pulang mencuci, D yang masih berusia lima tahun langsung berceloteh.
"Mak, tadi ada Kakak-kakak cantik ngasi telur."
S langsung terkejut mendengarkannya, siapa yang ngasi? Tak mungkin tetangga, pasalnya jarak tetangga satu ke yang lain paling dekat 2 km. Kalau pun memang tetangga tidak mungkin langsung pulang. Untuk apa datang hanya memberi telur saja? Sedangkan tetangga tahu ia pun memiliki banyak telur ayam.
Kejadian itu pun diperkuat ketika D mengatakan bahwa sang pemberi memakai 'sepatu kaca cantik' dan ia tak sendirian. Ada banyak orang yang lewat, ada yang memanggul kasur, ternak, baju, seperti orang pindahan.
"Kakak itu tanya, 'mana mamaknya?' Terus aku bilang nyuci. Terus kakak itu bilang lagi 'itu siapa yang di ayunan', adek kubilang. 'Oh, jaga yang betul, ya, adiknya. Ini kakak kasi telur'. Dikasi dua. Aku satu, N satu. Terus katanya, jangan kasi tahu mamak ya kalau dikasih telur." Kurang lebih begitulah tuturan D saat diintrogasi S.
S yang sudah was-was langsung mendatangi tempat di mana D membuang kulit telur, tetapi saat dicari kulit tersebut sudah tidak ada. Bekas tapak kaki orang lewat pun tak ada. Awalnya S mengira D hanya halusinasi. Namun, saat ditanyakan pada 'kakek tua' yang sudah lama tinggal di sana, ternyata D memang tidak berbohong.
Alhamdulillah, 'mereka' tak ada niatan untuk berbuat jahat.
Wallahualam.❤❤
Ah, iya, ane baru inget kalo S itu ternyata emak kandung ane
Penulis: Ayu Wandira
Sumber tulisan: Pribadi
Sumber gambar: Fb Da'an Maulana
[URL=[img]https://s.kaskus.id/images/2021/02/05/10988471_202102050726580766.png[/img]]Fb Da'an Maulana[/URL]
Gansist, tahu orang bunian? Sependek pengetahuan ane, 'mereka' sama halnya seperti manusia pada umumnya. Punya organ tubuh yang lengkap, rumah dan pakaian. Bahkan, bercocok tanam serta beternak.
Hanya saja, dimensinya yang berbeda, juga kalo untuk manusia 'nyata' tumit berada di belakang. Sedangkan 'mereka' di depan. Terbalik gitu. Mereka biasanya tinggal di tempat terpencil atau hutan.
Tak sedikit yang baik, tapi yang usil juga banyak. 'Mereka' suka menutup penglihatan manusia, lalu membawa ke alamnya. Sependek sepengetahuan ane pula, sedikit sekali manusia bisa keluar jika sudah masuk ke alam mereka. Hanya Tuhan yang bisa membantu.
***
Tahun 1998, satu keluarga datang ke pelosok tanah Riau membawa serta anaknya yang berusia tiga dan satu tahun. Tepatnya di Kec. Mandau, sebut saja W (suami), S (istri), D (anak pertama), dan N (anak kedua).
Tujuan W ke sana adalah untuk mengelola 2 hektar tanah milik sang kakak untuk ditanam kelapa sawit (saat ini Riau penghasil terbanyak kelapa sawit di Indonesia). Suasana saat itu masih berupa hutan dengan pohon besar yang masih berdiri kokoh.
Dengan bermodal kapak dan parang(golok) dan keuletan sang istri, perlahan pohon-pohon itu mulai di robohkan. Saat itu masih banyak gajah yang besar, ular yang bersuara bak ayam jago yang sedang berkokok, dan hewan-hewan yang lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, S mulai bercocok tanam dan beternak ayam. Jarang sekali mereka makan nasi, sampai D menangis ketika terus-menerus makan singkong, tiwul atau telur yang hanya direbus dan ditambahkan garam saja. Mau bagaimana lagi, mereka pindah dengan membawa perbekalan pas-pasan.
Singkat cerita, tahun 2000, S melahirkan anak ke tiga, dan anak pertama laki-laki. Panggil saja dia A.
Saat itu usia A sudah beberapa minggu, S menitipkan kepada D dan N karena ia hendak mencuci baju di sumur. Jarak sumur dan rumah lumayan jauh, harus melewati jalan menurun.
Saat S pulang mencuci, D yang masih berusia lima tahun langsung berceloteh.
"Mak, tadi ada Kakak-kakak cantik ngasi telur."
S langsung terkejut mendengarkannya, siapa yang ngasi? Tak mungkin tetangga, pasalnya jarak tetangga satu ke yang lain paling dekat 2 km. Kalau pun memang tetangga tidak mungkin langsung pulang. Untuk apa datang hanya memberi telur saja? Sedangkan tetangga tahu ia pun memiliki banyak telur ayam.
Kejadian itu pun diperkuat ketika D mengatakan bahwa sang pemberi memakai 'sepatu kaca cantik' dan ia tak sendirian. Ada banyak orang yang lewat, ada yang memanggul kasur, ternak, baju, seperti orang pindahan.
"Kakak itu tanya, 'mana mamaknya?' Terus aku bilang nyuci. Terus kakak itu bilang lagi 'itu siapa yang di ayunan', adek kubilang. 'Oh, jaga yang betul, ya, adiknya. Ini kakak kasi telur'. Dikasi dua. Aku satu, N satu. Terus katanya, jangan kasi tahu mamak ya kalau dikasih telur." Kurang lebih begitulah tuturan D saat diintrogasi S.
S yang sudah was-was langsung mendatangi tempat di mana D membuang kulit telur, tetapi saat dicari kulit tersebut sudah tidak ada. Bekas tapak kaki orang lewat pun tak ada. Awalnya S mengira D hanya halusinasi. Namun, saat ditanyakan pada 'kakek tua' yang sudah lama tinggal di sana, ternyata D memang tidak berbohong.
Alhamdulillah, 'mereka' tak ada niatan untuk berbuat jahat.
Wallahualam.❤❤
Ah, iya, ane baru inget kalo S itu ternyata emak kandung ane

Penulis: Ayu Wandira
Sumber tulisan: Pribadi
Sumber gambar: Fb Da'an Maulana
Diubah oleh ayuwandira05 05-02-2021 21:58






padasw dan 15 lainnya memberi reputasi
14
5.7K
46


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan