- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Tembus Rp 14.000/US$, Rupiah Juara Asia!


TS
juraganind0
Tembus Rp 14.000/US$, Rupiah Juara Asia!

Quote:
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (3/2/2021). Sentimen pelaku pasar yang membaik menopang pergerakan rupiah hari ini. Sementara itu, indeks dolar AS yang menguat dalam 3 hari terakhir mengalami koreksi, yang membuat rupiah sekali lagi menembus ke bawah Rp 14.000/US$.
Melansir data Refinitiv, rupiah langsung menguat 0,14% di Rp 14.000/US$ saat pembukaan perdagangan. Setelahnya, rupiah menguat hingga 0,25% ke Rp 13.985/US$, sebelum mengendur ke Rp 14.010/US$.
Sepanjang perdagangan rupiah tidak pernah masuk ke zona merah, hingga penutupan pasar berada di level Rp 14.000/US$, menguat 0,14% di pasar spot.
Dengan penguatan tersebut, rupiah menjadi juara Asia, alias mata uang dengan kinerja terbaik hari ini.Maklum saja, hingga pukul 15:03 WIB, mayoritas mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS. Selain rupiah, ada won Korea Selatan, dolar Singapura dan dolar Taiwan yang menguat, itu pun nyaris stagnan.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Membaiknya sentimen pelaku pasar terlhat dari menguatnya bursa saham global dalam 2 hari terakhir, serta menurunnya indeks volatilitas (volatility index/VIX), atau yang dikenal dengan indeks yang mencerminkan ketakutan pelaku pasar.
Selasa kemarin, volatility index, turun tajam hingga lebih dari 15%. Artinya pelaku pasar kini sudah mulai tenang melihat gejolak di pasar finansial belakang ini sudah mulai mereda, dan kembali masuk ke aset-aset berisiko.
Rupiah merupakan aset negara emerging market, yang tentunya dianggap lebih berisiko. Tetapi imbal hasil (yield) yang diberikan juga tinggi, sehingga ketika sentimen pelaku pasar sedang bagus aliran investasi akan masuk ke Indonesia yang menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.
Besarnya aliran investasi terlihat dari lelang obligasi yang dilakukan pemerintah Indonesia Selasa kemarin. Target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 35 triliun, dan dimenangkan dengan nilai yang sama.
Dalam proses lelang tersebut, pemerintah mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscription) 3 kali lipat dengan total penawaran yang masuk sebesar Rp 83,79 triliun.
Selain itu, indeks dolar AS meski kemarin mencatat penguatan 3 hari beruntun, dan berada di level tertinggi sejak awal Desember 2020. Tetapi sejak awal perdagangan hari ini hingga sore berbalik ke zona merah, berada di level 91,065 melemah 0,2%. Indeks tersebut merupakan tolak ukur kekuatan dolar AS, sehingga ketika menurun maka rupiah lebih mudah menguat.
Melansir data Refinitiv, rupiah langsung menguat 0,14% di Rp 14.000/US$ saat pembukaan perdagangan. Setelahnya, rupiah menguat hingga 0,25% ke Rp 13.985/US$, sebelum mengendur ke Rp 14.010/US$.
Sepanjang perdagangan rupiah tidak pernah masuk ke zona merah, hingga penutupan pasar berada di level Rp 14.000/US$, menguat 0,14% di pasar spot.
Dengan penguatan tersebut, rupiah menjadi juara Asia, alias mata uang dengan kinerja terbaik hari ini.Maklum saja, hingga pukul 15:03 WIB, mayoritas mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS. Selain rupiah, ada won Korea Selatan, dolar Singapura dan dolar Taiwan yang menguat, itu pun nyaris stagnan.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Membaiknya sentimen pelaku pasar terlhat dari menguatnya bursa saham global dalam 2 hari terakhir, serta menurunnya indeks volatilitas (volatility index/VIX), atau yang dikenal dengan indeks yang mencerminkan ketakutan pelaku pasar.
Selasa kemarin, volatility index, turun tajam hingga lebih dari 15%. Artinya pelaku pasar kini sudah mulai tenang melihat gejolak di pasar finansial belakang ini sudah mulai mereda, dan kembali masuk ke aset-aset berisiko.
Rupiah merupakan aset negara emerging market, yang tentunya dianggap lebih berisiko. Tetapi imbal hasil (yield) yang diberikan juga tinggi, sehingga ketika sentimen pelaku pasar sedang bagus aliran investasi akan masuk ke Indonesia yang menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.
Besarnya aliran investasi terlihat dari lelang obligasi yang dilakukan pemerintah Indonesia Selasa kemarin. Target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 35 triliun, dan dimenangkan dengan nilai yang sama.
Dalam proses lelang tersebut, pemerintah mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscription) 3 kali lipat dengan total penawaran yang masuk sebesar Rp 83,79 triliun.
Selain itu, indeks dolar AS meski kemarin mencatat penguatan 3 hari beruntun, dan berada di level tertinggi sejak awal Desember 2020. Tetapi sejak awal perdagangan hari ini hingga sore berbalik ke zona merah, berada di level 91,065 melemah 0,2%. Indeks tersebut merupakan tolak ukur kekuatan dolar AS, sehingga ketika menurun maka rupiah lebih mudah menguat.
Sumber
https://www.cnbcindonesia.com/market...iah-juara-asia
Sip
0
807
Kutip
8
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan