Karena bahasannya ke hukum logika dan prima causa, mau numpang nanya.
Misalkan ada statement: "Ada kalimat yang panjangnya tidak terhingga." Contohnya: "Saya tahu bahwa kamu tahu bahwa saya tahu bahwa kamu tahu ... dst."
Secara intuitif bisa dibilang bahwa kalimat di atas pasti tidak terhingga kalau diteruskan. Tapi tidak mungkin kalimat ini ditulis karena alam semesta ini akan penuh dengan huruf, dan kalau diucapkan tidak akan pernah selesai. Jadi sebenarnya statement ini tidak bisa buktikan.
Kalau saya bilang: "Murni menurut aturan tata bahasa, ada kalimat yang panjangnya tidak terhingga." ini berarti bukan pembuktian. Karena ini mirip kalau saya bilang "menurut aturan catur, pion bisa bergerak 2 langkah." Statement ini tidak mengandung statement apapun mengenai dunia eksternal. Konten empirisnya nol.
Kembali ke topik.
Prima causa adalah kebalikan dari problem di atas tadi. Kalau dibilang bahwa "kausalitas infinite regress tidak mungkin karena tidak sesuai hukum logika." Apakah statement ini mengandung statement mengenai dunia eksternal? Atau kita cuma mengikuti aturan logika?
Lalu, apa itu hukum logika? Apakah hukum logika ada di dunia eksternal? Dalam artian apa hukum logika ditaati atau dilanggar?
Original Posted By nihil.obstat►Karena bahasannya ke hukum logika dan prima causa, mau numpang nanya.
Misalkan ada statement: "Ada kalimat yang panjangnya tidak terhingga." Contohnya: "Saya tahu bahwa kamu tahu bahwa saya tahu bahwa kamu tahu ... dst."
Secara intuitif bisa dibilang bahwa kalimat di atas pasti tidak terhingga kalau diteruskan. Tapi tidak mungkin kalimat ini ditulis karena alam semesta ini akan penuh dengan huruf, dan kalau diucapkan tidak akan pernah selesai. Jadi sebenarnya statement ini tidak bisa buktikan.
Kalau saya bilang: "Murni menurut aturan tata bahasa, ada kalimat yang panjangnya tidak terhingga." ini berarti bukan pembuktian. Karena ini mirip kalau saya bilang "menurut aturan catur, pion bisa bergerak 2 langkah." Statement ini tidak mengandung statement apapun mengenai dunia eksternal. Konten empirisnya nol.
Kembali ke topik.
Prima causa adalah kebalikan dari problem di atas tadi. Kalau dibilang bahwa "kausalitas infinite regress tidak mungkin karena tidak sesuai hukum logika." Apakah statement ini mengandung statement mengenai dunia eksternal? Atau kita cuma mengikuti aturan logika?
Lalu, apa itu hukum logika? Apakah hukum logika ada di dunia eksternal? Dalam artian apa hukum logika ditaati atau dilanggar?
ukuran mungkin/tidak justru realitas. kalo memang bisa tanpa ada gesekan, benda yg bergerak bakal bergerak scr infinite. jadi kondisi ideal hanya utk memperjelas apa itu gerak dan parameter lain (gesekan dll)
jadi kalo misal ada fisikawan yg memprediksi kiamat itu adalah big freeze (misalnya) justru krn berangkat dari kenyataan
1. Hukum identitas -> A ya A .. gak mungkin A adalah B
2. Hukum cukup alasan -> setiap kejadian atau perubahan pasti ada alasannya .. mau alasannya diketahui atau belum diketahui, tapi pasti ada alasannya
3. Hukum non kontradiksi -> tidak mungkin True = False emoticon-Big Grin
Klo dari ke 3 hukum logika tsb ada yg gak berlaku di alam.. kasih tau aja contohnya apa ???
asal jangan salah tapi ngotot -> true = false ... hia ha ha ha
Cuma sebagai catatan, hukum non kontradiksi itu berlaku pada hal yang sifatnya absolut. Kalau 1 +1 =2 nilainya benar maka 1+1=3 salah.
Ada seorang filsuf namanya hegel. Dia memperkenalkan ttg dialektika dimana tesis dan antitesis bersintesis.
Gambarannya gini, telur itu ayam apa bukan?
Kalau dilihat bahwa telur itu berasal dari ayam maka ya, telur itu ayam (tesis).
Tapi kalau dilihat bahwa telur tidak memiliki sifat2 ayam (bulet, bercangkang) maka telur itu beda dgn ayam (antitesis).
Sintesis dari dua hal itu adalah telur itu bagian dari perkembangan ayam. Dan nantinya ayam menghasilkan telur. Sintesis menghasilkan pemahaman yg lebih menyeluruh ttg telur dan ayam.
Ini mirip seperti cerita 7 orang buta yg berusaha melihat gajah.
Belum jelas dalam artian apa hukum logika itu berdasarkan apa yang ada di alam. Kalau dibilang logika mengatur proses berpikir, tapi proses berpikir dan koridornya itu bukan sesuatu yang ada di alam. Berlogika juga tidak menambah pengetahuan empiris.
Misalkan Hukum Identitas, A=A tidak mendeskripsikan apapun. Deskripsinya mengenai A itu sendiri. Konten empirisnya nol. Seperti apa pelanggarannya kalau mungkin dilanggar? Misalkan contoh klasik air=air (A=A) dan H2O=H2O (B=B) tapi kemudian kita tahu bahwa A=B. Apakah ini kasus pelanggaran?
True dan False itu juga bukan properti dunia eksternal, tapi properti proposisi. Proposisi tidak ada di dunia eksternal.
Gaya gesek mungkin agak beda ya. Gaya gesek itu hukum alam (deskripsi mengenai fenomena alam). Rumusnya dihasilkan dari eksperimen. Kita bisa buat eksperimennya dan kita hitung jarak berhentinya.
Tapi, kalau kita bilang bahwa dengan gesekan nol, suatu benda akan bergerak dengan jarak yang infinite, ini bukannya tidak bisa dibuktikan (ditunjukkan)? Karena infinity tidak ada di alam. Jadi lagi-lagi kita cuma bisa bilang "Berdasarkan deskripsi yang telah kita buat, maka ..." Ini berarti membuktikan sesuatu berdasarkan aturan yang sudah kita buat sendiri.
Mengenai infinite regress, tidak ada maksud apa-apa. Cuma membandingkan dengan infinite progress saja. Topik yang saya bawa lebih ke sifat dari logika itu sendiri dan hubungannya dengan dunia eksternal. Jangan terlalu serius lah emoticon-Big Grin
Jadi kalau disimpulkan ada dua hal, bener secara ide (logika) dan bener secara empiris? Btw proses mengetahui air = h2o itu empiris lo. Kayanya salah ngasih contoh atau saya yg nggak paham.
1. Telur berasal dari ayam -> telur itu ayam, atau telur ya ayam, atau telur = ayam (tesis)
2. Bentuk & sifat telur beda dengan ayam -> telur ya telur, ayam ya ayam (antitesis)
Menurut gw yg no.1 menghasilkan kesalahan logika informal .. dlm arti 2 hal yg berbeda tidak bisa jadi 1 identitas .. bakal ambigu nanti, contoh : nasi goreng telur =/= nasi goreng ayam .. gimana pesennya klo sama ? emoticon-Big Grin
Makanya ada syarat2 dimana dialektika ini berlaku. Bedanya di bagaimana sesuatu itu diidentifikasikan.
Yang no 1 diidentifikasikan secara turunan, apa ini istilahnya. Kalau misal telur memang sesuatu yg beda dgn ayam, maka kita bakal liat telur berkembang dari telur kecil jadi telur besar, gak pernah jadi ayam wkwk.
telur itu unggas bukan sih?, telur itu hewan bukan sih?
gak tau deh emoticon-Big Grin .. yg gw tau telur adalah produk hewan, telur ayam, telur burung, telur dinosaurus emoticon-Big Grin
produk hewan gak cuma telur ada juga kotorannya ... wk wk wk
identitas harusnya unik .. sama2 telur tidak wajib identik .. ada telur kotor, telur retak, ukuran beda2, warna beda2 tipis, dst,, dst,,,, emang ada yg identik di alam ????
Proses identifikasi memang proses pembedaan, tapi selalu based on something. Binomial nomenclatur contohnya. Kalau prosesnya diteruskan ya mungkin nggak ada satu hal yang bener2 sama. Entahlah. Tapi ini udah out of topik kayanya.
Kira-kira begitu. Ada gap besar antara yang logis dan yang empiris. Kalau pinjam istilah yang anda pakai, bisa dibilang ada dialektika emoticon-Big Grin
Aku ada masalah baru, yg terus terang juga masih bingung.
Kalau sintesis dibuatkan kontranya dan melahirkan sebuah sintesis baru, dan diulang terus menerus, apakah suatu saat akan ada ujungnya?
Maksudnya apakah suatu saat akan ditemukan sebuah kesimpulan yang nggak punya kontra argumen?
Original Posted By nihil.obstat►Karena bahasannya ke hukum logika dan prima causa, mau numpang nanya.
Misalkan ada statement: "Ada kalimat yang panjangnya tidak terhingga." Contohnya: "Saya tahu bahwa kamu tahu bahwa saya tahu bahwa kamu tahu ... dst."
Secara intuitif bisa dibilang bahwa kalimat di atas pasti tidak terhingga kalau diteruskan. Tapi tidak mungkin kalimat ini ditulis karena alam semesta ini akan penuh dengan huruf, dan kalau diucapkan tidak akan pernah selesai. Jadi sebenarnya statement ini tidak bisa buktikan.
Ada satu kutipan dari Archimedes yang berbunyi
Quote:
“Give me but a firm spot on which to stand, and I shall move the earth.”
disitu archimedes sedang mencoba membuktikan bahwa tuas yang dia temukan sanggup untuk memindahkan bumi KALAU SAJA ada tempat yang cukup baginya untuk berpijak dan mengoperasikan tuas.
Poinnya disini adalah,meskipun perkataan dari archimedes tidak terbukti secara empiris,karena keterbatasan space dan resources yang dimiliki,tidak semata-mata menjadikan pernyataan archimedes menjadi salah..Mengapa demikian?karena kita sendiri telah melihat bagaimana tuas bekerja dalam kehidupan sehari-hari,dan prinsip itulah yang memungkinkan kita untuk memproyeksikan sesuatu yang belum bisa kita buktikan secara empiris,namun secara teori dapat dihubungkan dengan konsep2 sederhana dalam kehidupan.
Nah sekarang balik ke kasus agan tentang kalimat yang tidak terhingga..
Menurut saya kalo agan berpikiran secara materialistis,maka seharusnya juga agan berpikir secara deterministik,artinya,jika segala sesuatu di alam semesta dapat diukur dengan mekanisme matematis,maka hal-hal yang belum terbukti secara empiris juga seharusnya sah secara logis,karena variabelnya adalah materi yang dapat diukur.
Agan menulis tentang ketidakmungkinan menulis kalimat matematis yang amat panjang,karena alam semesta akan penuh dengan huruf,
bagi saya itu dapat saja terjadi JIKA ALAM SEMESTA punya space untuk dapat menampung semua tulisan itu..dan karena sepertinya pekerjaan menulis kalimat tersebut tidak mungkin dilakukan oleh manusia,bukan berarti logikanya menjadi salah..Dari awal ane mengutip archimedes sebagai pembanding bahwa,sekalipun pekerjaan memindahkan dunia merupakan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan karena keterbatasan space,namun secara teoritis itu bisa diterima oleh logika,
Demikian juga dengan statement linear yang tiada akhir seperti yang agan contohkan..Sekalipun belum ada satu manusiapun yang bisa menuliskan keseluruhan kalimat tersebut,namun secara teoritis logikanya adalah sah..
Semua laporan yang masuk akan kami proses dalam 1-7 hari kerja. Kami mencatat IP pelapor untuk alasan keamanan. Barang siapa memberikan laporan palsu akan dikenakan sanksi banned.