sumber gambar : pixabay.com/tumisu
Baru-baru ini hampir dua pekan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) yang saat ini berganti nama menjadi PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) dilakukan dan mengalami masa perpanjang. Namun kenyataanya pelaksanaanya jauh dari kata efektif. Hal ini diakui langsung oleh Presiden Joko Widodo. Dilansir cnnindonesia.com (1/2) presiden mengungkapkan bahwa pelaksanaan PPKM selama dua pekan ini tidak efektif dan itu apa adanya. Hal ini berbanding terbalik dengan pernyataan beliau sebelumnya sebagaimana dilansir oleh liputan6.com (25/1) yang menyatakan ucapakan syukur bahwa Indonesia bisa mengendalikan krisis kesehatan. Padahal kenyataanya jumlah kasus covid-19 saat ini melonjak menyentuh angka satu juta. Hal ini diperparah oleh rilis penelitian dilansir dari dw.com (29/1) yang menyebutkan Indonesia berada di peringkat 85 penanganan pandemi dari 98 negara yang artinya peringkat 13 dari bawah.

Merujuk pada data dan fakta di atas memang harus diakui oleh kita semua bahwa menangani pandemi di Indonesia memanglah sulit dan harus membutuhkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan juga ahli di bidangnya. Beberapa penyebab upaya pembatasan seperti PPKM itu bisa gagal atau tidak efektif antara lain pertama adalah mobilisasi masyarakat yang masih tinggi. Masyarakat tentu sangat ingin memperbaiki kondisi ekonomi yang terdampak karena covid-19. Mereka ingin mempertahankan hidup demi mencari sesuap nasi. Itulah yang membuat pergerakan masyarakat akan sulit dibatasi . Yang kedua adalah penegakan displin yang kurang maksimal dan masih abainya masyarakat dengan protokol kesehatan. 

Walalupun banyak personel dan aparat yang bertugas untuk melakukan tindakan disiplin oleh masyarakat namun penegakan dispilin masih kurang maksimal dan masih banyak masyarakat yang abai dengan protokol. Hal inilah yang membuat Satgas Penanganan Covid-19 sebagaimana dilansir republika.com (27/1) meminta pemerintah daerah untuk lebih tegas dalam menegakkan aturan protokol kesehatan serta meminta untuk melakukan edukasi yang baik agar menurunkan angka covid-19.
Harus diakui masyarakat kita saat ini sudah begitu lelah dengan kebijakan pembatasan ini. Sudah lebih hampir setahun mereka dikurung oleh pembatasan seperti PSBB dan namanya diganti menjadi PPKM. Rasa bosan tentu akan ada di benak masyarakat sehingga mobilitas atau pergerakan akan susah dihindari. Konsep memang mudah dibentuk dalam penanganan pandemi, namun yang sulit adalah implementasinya yang tidak sesuai dengan konsep. Mengatur kehidupan seorang manusia dengan pembatasan merupakan hal yang paling sulit dan tidak bisa dilakukan tanpa adanya kerjasama yang apik antara pemerintah, masyarakat, dan juga para ahli kesehatan.  Hal ini diperkuat oleh pernyataan ahli epidemilog Pandu Riono dilansir dari tempo (1/2) yang menyebutkan bahwa penularan covid -19 sudah mengerucut ke hal yang terkecil yaitu kluster keluarga sehingga penting pemerintah mencegah kluster tersebut dengan tentunya harus melakukan edukasi yang masif sampai langkungan keluarga .
Lalu apa solusi dari penanganan pandemi ini ? Lockdownkah ? Mungkin jika kita menerka memang itulah jalan yang bisa diambil. Apalagi Presiden mengatakan bahwa tidak masalah ekonomi turun asal covid juga turun. Namun kenyataan yang kita hadapi adalah covid menanjak ekonomi tidak stabil. Jadi jika memang pemerintah harus lockdown dan memang itu pilihan terbaik dari yang terburuk,  lakukan saja namun, jika kita menerka-nerka memang akan terlambat. Yang jelas peran semua pihak sangat dibutuhkan untuk menangani pandemi ini.

Sumber Artikel :
PPKM Jawa-Bali Tak Efektif, Jokowi Minta Evaluasi (cnnindonesia.com)
Jokowi: Kita Bersyukur, Indonesia Bisa Kendalikan Krisis Kesehatan dan Ekonomi - News Liputan6.com
Penanganan Pandemi COVID-19: Dari 98 Negara, Indonesia di Urutan 85 | INDONESIA: Laporan topik-topik yang menjadi berita utama | DW | 29.01.2021
PPKM Belum Efektif, Ini Permintaan Satgas ke Pemda | Republika Online
Jokowi Sebut PPKM Tak Efektif, Epidemiolog: Kebijakan Setengah Hati - Bisnis Tempo.co

 Sumber Gambar :
Coronavirus Virus Topeng - Foto gratis di Pixabay