- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
DPRD DKI Beberkan Anies Cuma Pakai BTT 10 Persen untuk Covid-19, Sisanya Buat Proyek


TS
physch00
DPRD DKI Beberkan Anies Cuma Pakai BTT 10 Persen untuk Covid-19, Sisanya Buat Proyek
Suara.com - Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Gilbert Simanjuntak membeberkan penggunaan dana Belanja Tak Terduga (BTT) DKI tahun 2020 yang tak tepat sasaran.
Gubernur Anies Baswedan disebut hanya menggunakan uang itu 10 persen saja untuk penanganan Covid-19. Padahal, dalam berbagai kesempatan, Anies menyatakan dana BTT dialokasikan untuk bidang kesehatan, pemulihan ekonomi, dan jaring pengaman sosial.
Namun, Gilbert menyebut 90 persen dari dana BTT itu digunakan untuk menggarap sejumlah proyek.
"Hanya sekitar 10 persen dari BTT 2020 Rp 5,2T yang dialokasikan ke sektor kesehatan dan sebagian besar juga proyek, tidak jelas berapa untuk Nakes. Sisanya yang sekitar 90 persen lebih banyak jadi proyek," ujar Gilbert kepada wartawan, Kamis (28/1/2021).
Baca Juga:Wagub DKI Minta Pemerintah Pusat Tingkatkan Kapasitas Rumah Sakit di Jabodetabek
Menurut Gilbert penggunaan BTT ini menunjukan tidak berpihaknya Anies pada para tenaga kesehatan (nakes). Padahal, saat ini angka kematian nakes di Indonesia cukup mengkhawatirkan.
"Keberpihakan kepada mereka yang berjuang dirasakan kurang," jelasnya.
Tak hanya itu, nakes yang dinilai paling rentan tertular virus corona ini masih banyak yang belum mendapatkan suntikan vaksin.
"Nakes yang gagal divaksin karena berbagai faktor sebaiknya tetap dijadwalkan dengan vaksin lain apabila vaksin yang ada sekarang membuat syarat mendapat vaksin tidak terpenuhi," ucapnya.
Mantan Wakil Rektor Universitas Kristen Indonesia (UKI) ini juga menilai ada kesalahan distribusi vaksin di fasilitas kesehatan untuk para nakes. Ia pun menuntut agar Pemprov melakukan perbaikan data.
Baca Juga:Anies Minta Pusat Ambil Alih Koordinasi Penanganan Covid-19 di Jabodetabek, Ini Pernyataan dari Kemenkes
"Beberapa RS mendapat jatah vaksinasi misalnya 3.000, tetapi data nakesnya hanya 1.000. Lalu data yang 2.000 tidak jelas dari mana," pungkasnya.
Sejak 22 januari hingga hari ini, tercatat kasus harian positif Covid-19 rata-rata diatas 3.000 orang. Pada Jumat (22/1) bertambah 3.792 orang. Angka ini lebih tinggi dari catatan rekor sebelumnya pada Rabu (20/1) yakni 3.786 kasus dan melampaui rekor pada Sabtu (16/1) dengan 3.536 kasus.
DKI Jakarta sejak awal pandemi berjangkit di Indonesia pada Maret 2020 menjadi penyumbang tertinggi dari akumulasi kasus.
https://www.suara.com/news/2021/01/2...ef=home_list_4
Abud sontoloyo ini biang kerok covid indonesia, 270 ribu di dki dari sejuta kasus. Itu akibat aturan2nya sendiri tidak diterapkan dan pengawasan. Sibuk pencitraan dan berkata2, apbd tidak tepat sasaran. Begitu juga dengan yang di jabar sibuk main medsos, tembus 5000/hari. Kerumunan puluh ribu fans rizieq tutup mata.
Panutan itu Mensos Risma dari zona hitam 1000/hari disurabaya kini hanya 50 kasus/hari padahal Apbd hanya 10 triliun tapi pengawasan covid bagus.

Gubernur Anies Baswedan disebut hanya menggunakan uang itu 10 persen saja untuk penanganan Covid-19. Padahal, dalam berbagai kesempatan, Anies menyatakan dana BTT dialokasikan untuk bidang kesehatan, pemulihan ekonomi, dan jaring pengaman sosial.
Namun, Gilbert menyebut 90 persen dari dana BTT itu digunakan untuk menggarap sejumlah proyek.
"Hanya sekitar 10 persen dari BTT 2020 Rp 5,2T yang dialokasikan ke sektor kesehatan dan sebagian besar juga proyek, tidak jelas berapa untuk Nakes. Sisanya yang sekitar 90 persen lebih banyak jadi proyek," ujar Gilbert kepada wartawan, Kamis (28/1/2021).
Baca Juga:Wagub DKI Minta Pemerintah Pusat Tingkatkan Kapasitas Rumah Sakit di Jabodetabek
Menurut Gilbert penggunaan BTT ini menunjukan tidak berpihaknya Anies pada para tenaga kesehatan (nakes). Padahal, saat ini angka kematian nakes di Indonesia cukup mengkhawatirkan.
"Keberpihakan kepada mereka yang berjuang dirasakan kurang," jelasnya.
Tak hanya itu, nakes yang dinilai paling rentan tertular virus corona ini masih banyak yang belum mendapatkan suntikan vaksin.
"Nakes yang gagal divaksin karena berbagai faktor sebaiknya tetap dijadwalkan dengan vaksin lain apabila vaksin yang ada sekarang membuat syarat mendapat vaksin tidak terpenuhi," ucapnya.
Mantan Wakil Rektor Universitas Kristen Indonesia (UKI) ini juga menilai ada kesalahan distribusi vaksin di fasilitas kesehatan untuk para nakes. Ia pun menuntut agar Pemprov melakukan perbaikan data.
Baca Juga:Anies Minta Pusat Ambil Alih Koordinasi Penanganan Covid-19 di Jabodetabek, Ini Pernyataan dari Kemenkes
"Beberapa RS mendapat jatah vaksinasi misalnya 3.000, tetapi data nakesnya hanya 1.000. Lalu data yang 2.000 tidak jelas dari mana," pungkasnya.
Sejak 22 januari hingga hari ini, tercatat kasus harian positif Covid-19 rata-rata diatas 3.000 orang. Pada Jumat (22/1) bertambah 3.792 orang. Angka ini lebih tinggi dari catatan rekor sebelumnya pada Rabu (20/1) yakni 3.786 kasus dan melampaui rekor pada Sabtu (16/1) dengan 3.536 kasus.
DKI Jakarta sejak awal pandemi berjangkit di Indonesia pada Maret 2020 menjadi penyumbang tertinggi dari akumulasi kasus.
https://www.suara.com/news/2021/01/2...ef=home_list_4
Abud sontoloyo ini biang kerok covid indonesia, 270 ribu di dki dari sejuta kasus. Itu akibat aturan2nya sendiri tidak diterapkan dan pengawasan. Sibuk pencitraan dan berkata2, apbd tidak tepat sasaran. Begitu juga dengan yang di jabar sibuk main medsos, tembus 5000/hari. Kerumunan puluh ribu fans rizieq tutup mata.
Panutan itu Mensos Risma dari zona hitam 1000/hari disurabaya kini hanya 50 kasus/hari padahal Apbd hanya 10 triliun tapi pengawasan covid bagus.

Diubah oleh physch00 28-01-2021 18:24






jims.bon007 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan