- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Siluet Berhantu Saat Matahari Terbenam


TS
gangel160487
Siluet Berhantu Saat Matahari Terbenam
Spoiler for Permulaan:
Ini adalah cerita lama ku, ketika itu aku sedang off dari schedule liputan, dimana seperti biasa kalau lagi libur begini, aku lebih suka untuk bersih-bersih rumah. Mencuci baju, menyapu, mengepel, kadang juga bersihin kaca jendela kalau sudah mulai berdebu.
Setelah beberes rumah kadang aku suka pergi ke warung dekat rukan untuk duduk dan nongkrong sambil ngobrol bareng warga sekitar.
Di depan warung sedang duduk beberapa ibu-ibu dan ada dua bapak-bapak waktu itu. Dari pembicaraan mereka seperti nya mereka sedang membahas topik mistis or hantu begitu.

Berikut penuturan dari Hansip sekitar Area Rukan:
Suasana sepi memang begitu terasa di komplek gang dan area sekitar rukan ini, walaupun di tengah perkotaan tetapi letak nya yang di area esklusif itu di malam hari selalu nampak sedikit menyeramkan. Terlebih karena gelap yang datang di tengah rindangnya pepohonan, selepas Maghrib menjelang maka setiap orang akan memilih masuk ke rumah dan mengurangi kegiatan di luar rumah yang tak perlu.
Namun entah mengapa malam ini terasa berbeda. Lebih dingin dibandingkan biasanya, setidaknya itu yang dirasakan Pak Kasino, lelaki paruh baya yang tengah menjalankan tugas ronda. Dia tengah kesal menanti Mang Udin, rekannya yang harusnya bersama sama untuk melaksanakan patroli keliling. Pak Kasino merapatkan sarung yang sejak tadi dipakainya untuk mengusir dingin, dan menyeruput kopinya, sambil menghidupkan rokok di kantong baju nya. Dua jam menanti Mang Udin tanpa kabar seperti ini membuatnya gelisah, apalagi hanya seorang diri di pos jaga hansip ini. Akhirnya dia pun memutuskan untuk pergi berkeliling area seorang diri.
Cahaya rembulan hanya temaram menyinari jalan setapak yang baru dibasahi hujan gerimis malam, menemani langkah Kasino. Dia mendongak menatap langit yang sebagian tertutup gumpalan awan pekat. Setengah berharap sang rembulan kembali berbaik hati memancarkan terang, karena cahaya senter yang dipakainya sebagai penuntun jalan tidaklah cukup, dan lampu jalanan yang padam. Dia memutuskan untuk mengambil jalan itu semata demi mempersingkat waktu, walaupun dia tahu bahwa dia harus melewati jalanan depan sebuah rumah tak berpenghuni dan terletak cukup jauh dari rumah penduduk di sekitarnya. Cukup banyak cerita menyeramkan yang didengarnya dari penduduk setempat, namun Kasino tak mempercayainya. Dia membulatkan tekadnya dan memberanikan diri, tapi ketika rumah itu terlihat dari jauh dengan kegelapan yang melingkupinya, tak urung dia gentar juga. Pria itu mempercepat langkahnya dan hampir melewati pohon besar di depan rumah itu ketika tiba-tiba matanya menangkap sesosok bayangan putih berdiri di bawah pohon itu sambil menatapnya. Seketika dia berteriak spontan dan berlari, meninggalkan sosok tersebut.
Setelah beberes rumah kadang aku suka pergi ke warung dekat rukan untuk duduk dan nongkrong sambil ngobrol bareng warga sekitar.
Di depan warung sedang duduk beberapa ibu-ibu dan ada dua bapak-bapak waktu itu. Dari pembicaraan mereka seperti nya mereka sedang membahas topik mistis or hantu begitu.

Berikut penuturan dari Hansip sekitar Area Rukan:
Suasana sepi memang begitu terasa di komplek gang dan area sekitar rukan ini, walaupun di tengah perkotaan tetapi letak nya yang di area esklusif itu di malam hari selalu nampak sedikit menyeramkan. Terlebih karena gelap yang datang di tengah rindangnya pepohonan, selepas Maghrib menjelang maka setiap orang akan memilih masuk ke rumah dan mengurangi kegiatan di luar rumah yang tak perlu.
Namun entah mengapa malam ini terasa berbeda. Lebih dingin dibandingkan biasanya, setidaknya itu yang dirasakan Pak Kasino, lelaki paruh baya yang tengah menjalankan tugas ronda. Dia tengah kesal menanti Mang Udin, rekannya yang harusnya bersama sama untuk melaksanakan patroli keliling. Pak Kasino merapatkan sarung yang sejak tadi dipakainya untuk mengusir dingin, dan menyeruput kopinya, sambil menghidupkan rokok di kantong baju nya. Dua jam menanti Mang Udin tanpa kabar seperti ini membuatnya gelisah, apalagi hanya seorang diri di pos jaga hansip ini. Akhirnya dia pun memutuskan untuk pergi berkeliling area seorang diri.
Cahaya rembulan hanya temaram menyinari jalan setapak yang baru dibasahi hujan gerimis malam, menemani langkah Kasino. Dia mendongak menatap langit yang sebagian tertutup gumpalan awan pekat. Setengah berharap sang rembulan kembali berbaik hati memancarkan terang, karena cahaya senter yang dipakainya sebagai penuntun jalan tidaklah cukup, dan lampu jalanan yang padam. Dia memutuskan untuk mengambil jalan itu semata demi mempersingkat waktu, walaupun dia tahu bahwa dia harus melewati jalanan depan sebuah rumah tak berpenghuni dan terletak cukup jauh dari rumah penduduk di sekitarnya. Cukup banyak cerita menyeramkan yang didengarnya dari penduduk setempat, namun Kasino tak mempercayainya. Dia membulatkan tekadnya dan memberanikan diri, tapi ketika rumah itu terlihat dari jauh dengan kegelapan yang melingkupinya, tak urung dia gentar juga. Pria itu mempercepat langkahnya dan hampir melewati pohon besar di depan rumah itu ketika tiba-tiba matanya menangkap sesosok bayangan putih berdiri di bawah pohon itu sambil menatapnya. Seketika dia berteriak spontan dan berlari, meninggalkan sosok tersebut.

Spoiler for Bapak Penyapu Setelah Magrib:
Adzan magrib sudah selesai berkumandang. Matahari hari itu juga sudah jauh tenggelam. Langit pun sudah mulai gelap. Aku pun mulai nimbrung dalam pembicaraan para pelanggan warung tersebut.

Jurnal Nina
Diubah oleh gangel160487 14-01-2021 08:23






read51843848 dan 5 lainnya memberi reputasi
4
644
Kutip
4
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan