- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
SERAKAH MEMBAWA MUSIBAH


TS
hasanahchia12
SERAKAH MEMBAWA MUSIBAH
https://s.kaskus.id/images/2022/10/01/10412814_20221001110906.jpg
Pagi itu sinar mentari terang menusuk jiwa dari kegelapan malam yang kelam, kini sinar sang surya menghinggapi bumi di fajar hari. Seperti biasa di kala pagi menerpa orang-orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang berangkat bekerja, pergi ke sekolah, menyiapi barang dagangan, pergi ke pasar, menernak hewan, dan ada pula yang mulai bertani dan sebagainya. Begitu pula dengan keluarga pak Surya, ke tiga anaknya mulai bergegas pergi ke sekolah yang tak begitu jauh dari rumahnya. Sedangkan pak Surya mulai bergegas pergi menuju pematang sawah untuk menanam padi, begitu pula istrinya yang beranjak pergi ke pasar membeli bahan-bahan pokok. Hanya melewati jalan setapak dengan melewati bukit-bukit kecil untuk sampai ke sawah Pak Surya. Sawah pak surya berdekatan dengan sawah-sawah milik penduduk lain, namun di antara penduduk lain sawah milik pak Surya lah yang paling luas, itu lah yang membuatnya kelihatan sombong, di tambah kualitas padi dari hasil panennya cukup bagus. Langkah pak Surya yang agak terseok-seok karna tubuh gempalnya sudah terdengar oleh para petani lain.
”Lihat itu pak Surya sudah datang, pasti dia mau menanam padi lagi”, ucap pak Kasdi salah satu petani di desa itu, desa Buwek kecamatan Randuagung Jawa Timur.
”Selamat pagi pak”, sapa pak Kasdi, pak Wahid, dan beberapa petani lain. ”Ya selamat pagi, masih sibuk menanam padi, ahh hasilnya juga pasti tak sebagus padi-padi ku, lihatlah sawahku yang luas itu dengan padi-padi yang kualitasnya bagus, itu semua di karnakan pemilihan bibit padi yang baik dan benar”, jawab pak Surya.
”Ya tentu saja pak, kalau bukan dengan menanam padi apa lagi yang akan kami kerjakan? lagian soal padi bapak yang bagus bukan cuman punya bapak saja, petani lain pun kadang menghasilkan padi yang bagus, hanya saja di karnakan cuaca yang tak menentu membuat padi menjadi jelek atau kurang bagus”, ucap Pak Wahid.
”Ya tentu saja hanya bertani yang bisa kalian kerjakan, tidak seperti saya yang punya kontrakan dan ternak ayam”, ucap pak Surya. ”Sampeyan iki sombong sekali, masih punya sawah, kontrakan, dan ternak ayam saja sudah sombong”, ucap Pak Lukman dengan kesal. Mereka pun lalu menghiraukan pak Surya dengan lanjut menanam padi, sementara pak Surya berlalu menyusuri sawahnya.
Terik mentari di siang itu menyucurkan peluh di sekujur tubuh pak Surya yang masih sibuk menanam padi-padinya, lalu kemudian pak Surya duduk di gubuk kecil dekat pematang sawah sambil meminum air yang ia bawa dari rumahnya kemudian memakan bekal yang ia bawa. Sore pun datang, kini waktunya pak Surya pulang ke rumah. Sebelum pulang pak Surya singgah dulu menuju rumah kontrakannya untuk menagih uang kontrakan.
”Assalamualaikum”, ucap pak Surya. ”Wa’alaikumussalam”, terdengar suara menjawab dari dalam rumah dan kemudian membuka pintu.
”Bagaimana ini buk, sudah 2 bulan menunggak, mau kapan lagi di bayar, saya punya istri punya anak 3 harus di kasih makan, kalau menunggak terus saya yang rugi”, kata pak Surya dengan nada tinggi kepada bu Ana yang mengontrak di kontrakan pak Surya.
”Anu pak…iki loh, anak lanang saya baru aja masuk SMP, jadi biayanya habis kesitu semua”jawab bu Ana.
”Anak saya juga yang paling besar baru masuk SMA, lebih banyak biaya lagi, makanya kalau gak mampu menyekolahkan anak tidak perlu di sekolahkan, kalau minggu depan belum di bayar juga saya usir situ dari sini”, ucap pak Surya dengan marah sembari berlalu dari kontrakannya dan menagih pengontrak lainnya.
Malam pun kini datang menyambut, pak Surya masih saja tak bisa tidur padahal waktu menunjukkan pukul satu pagi sedangkan anak dan istrinya sudah terlelap. Namun ia masih saja terjaga dari tidurnya seraya memikirkan para pengontrak yang masih saja menunggak, namun perlahan tapi pasti kantuk itu menghinggapi matanya seraya tanpa sadar ia pun terpejam di keheningan malam. Kini fajar pun tiba dengan cuaca pagi yang sangat cerah dan suara kokokan ayam yang membangunkan semua orang di pagi itu. Singkat cerita senja mulai menyapa dengan rintikan air hujan, tak kala mata pak Surya menatap ke atas awan yang mendung dengan sedikit mengerutkan keningnya.
"Ahhh kalau setiap hari hujan begini bagaimana dengan sawah ku, bisa gagal panen ini di timpa hujan setiap hari, bisa-bisa membusuk padiku”, gerutu pak Surya.
”Ya namanya juga hujan pak, emang bisa di cegah kapan dia turun, hujan itu rahmat, jadi harus di syukuri toh pak”, jawab bu Merti istri dari pak Surya.
”Ya tapi bu kita bisa gagal panen ini, hujan terus setiap hari apa tidak busuk padinya”, sahut pak Surya dengan kesal.
Pak Surya pun mulai berfikir untuk memanggil pawang hujan untuk mencegah hujan di desanya yang terus menerus, pak Surya takut jika hujan terus menerus mendera akan membuat padinya menjadi rusak dan gagal panen.
Pada ke esokan harinya pak Surya pun pergi menemui pawang hujan seraya meminta agar hujan tak turun seminggu ini agar padinya tak membusuk di terpa hujan terus menerus. Lalu pawang hujan itu pun melakukan ritual-ritual untuk mencegah hujan turun. Kemudian sudah 3 minggu berlalu hujan pun tidak turun, namun sebaliknya cuaca menjadi panas sekali. Hal itu membuat pak Surya menjadi kebingungan karna mengapa sampai 3 minggu cuaca panas terus tak turun hujan padahal ia meminta kepada pawang hujan untuk seminggu saja mencegah hujan datang namun kini sudah sampai 3 minggu hujan tak kunjung datang. Sawah-sawah di desa itu pun menjadi kering termasuk sawah milik pak Surya, ia pun kini gagal panen di karnakan kualitas padi dari hasil sawahnya sangat jelek akibat kekeringan tersebut.
”Aduuuhhh…gagal panen iki buk, piye sawah kita ini gegara kekeringan hujan tak turun-turun”, keluh pak Surya.
”Bapak sih hujan salah tak hujan makin salah yaudah sana pak pergi ke pawang hujan minta hujan supaya turun”, jawab bu Merti.
Mendengar saran dari istrinya pak Surya pun segera kembali lagi ke pawang hujan tersebut, namun sang pawang mengatakan ini memang musim kemarau namun akan berusaha untuk mengatasinya, namun tentu saja ini juga kehendak sang pencipta.
Seperti biasa sabanari pak Surya hanya mengeluh dan menggerutu kemudian melampiaskan kemarahannya kepada para pengontrak rumahnya yang tak kunjung bayar, satu persatu mulai ia usir sampai pada akhirnya pengontrak yang lain pun pada pindah ke kontrakan lain dengan alasan di tempat lain lebih murah.
Pak Surya kini mulai kehabisan akal bagaimana cara untuk mencari uang, ternak ayamnya pun mulai tak berjalan dengan baik karna ia beberapa kali tertipu, sawahnya yang mengering membuat ia gagal panen, dan orang lain juga sudah tidak mau mengontrak di kontrakannya lagi. Hal tersebut membuat Pak Surya stress dan akirnya gelap mata, pak Surya melihat seorang wanita dengan kalung emas terjuntai di lehernya. Tanpa pikir panjang pak Surya pun merampas kalung wanita tersebut kemudian berlari kencang meninggalkan wanita itu. Wanita itu lalu berteriak meminta pertolongan, sontak saja banyak orang di sekitar pasar itu mengejar pak Surya. Pak Surya yang mulai ketakutan akan di kroyok masal tak dapat berlari lebih kencang lagi karna tubuhnya yang gemuk, saat melewati jembatan pak Surya pun mengambil jalan pintas, ia loncat dari jembatan untuk menghindari amukan warga yang mengejarnya. Ia fikir sungai tersebut tidak terlalu dalam maka ia bisa menepi ke tepi sungai, namun ternyata sungai tersebut arusnya cukup deras. Pak Surya pun tenggelam di sungai bersama dengan kalung jambretannya. Lambat laun tubuh gempal pak Surya tak terlihat lagi, barangkali ikut di telan arus sungai.
Pagi itu sinar mentari terang menusuk jiwa dari kegelapan malam yang kelam, kini sinar sang surya menghinggapi bumi di fajar hari. Seperti biasa di kala pagi menerpa orang-orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang berangkat bekerja, pergi ke sekolah, menyiapi barang dagangan, pergi ke pasar, menernak hewan, dan ada pula yang mulai bertani dan sebagainya. Begitu pula dengan keluarga pak Surya, ke tiga anaknya mulai bergegas pergi ke sekolah yang tak begitu jauh dari rumahnya. Sedangkan pak Surya mulai bergegas pergi menuju pematang sawah untuk menanam padi, begitu pula istrinya yang beranjak pergi ke pasar membeli bahan-bahan pokok. Hanya melewati jalan setapak dengan melewati bukit-bukit kecil untuk sampai ke sawah Pak Surya. Sawah pak surya berdekatan dengan sawah-sawah milik penduduk lain, namun di antara penduduk lain sawah milik pak Surya lah yang paling luas, itu lah yang membuatnya kelihatan sombong, di tambah kualitas padi dari hasil panennya cukup bagus. Langkah pak Surya yang agak terseok-seok karna tubuh gempalnya sudah terdengar oleh para petani lain.
”Lihat itu pak Surya sudah datang, pasti dia mau menanam padi lagi”, ucap pak Kasdi salah satu petani di desa itu, desa Buwek kecamatan Randuagung Jawa Timur.
”Selamat pagi pak”, sapa pak Kasdi, pak Wahid, dan beberapa petani lain. ”Ya selamat pagi, masih sibuk menanam padi, ahh hasilnya juga pasti tak sebagus padi-padi ku, lihatlah sawahku yang luas itu dengan padi-padi yang kualitasnya bagus, itu semua di karnakan pemilihan bibit padi yang baik dan benar”, jawab pak Surya.
”Ya tentu saja pak, kalau bukan dengan menanam padi apa lagi yang akan kami kerjakan? lagian soal padi bapak yang bagus bukan cuman punya bapak saja, petani lain pun kadang menghasilkan padi yang bagus, hanya saja di karnakan cuaca yang tak menentu membuat padi menjadi jelek atau kurang bagus”, ucap Pak Wahid.
”Ya tentu saja hanya bertani yang bisa kalian kerjakan, tidak seperti saya yang punya kontrakan dan ternak ayam”, ucap pak Surya. ”Sampeyan iki sombong sekali, masih punya sawah, kontrakan, dan ternak ayam saja sudah sombong”, ucap Pak Lukman dengan kesal. Mereka pun lalu menghiraukan pak Surya dengan lanjut menanam padi, sementara pak Surya berlalu menyusuri sawahnya.
Terik mentari di siang itu menyucurkan peluh di sekujur tubuh pak Surya yang masih sibuk menanam padi-padinya, lalu kemudian pak Surya duduk di gubuk kecil dekat pematang sawah sambil meminum air yang ia bawa dari rumahnya kemudian memakan bekal yang ia bawa. Sore pun datang, kini waktunya pak Surya pulang ke rumah. Sebelum pulang pak Surya singgah dulu menuju rumah kontrakannya untuk menagih uang kontrakan.
”Assalamualaikum”, ucap pak Surya. ”Wa’alaikumussalam”, terdengar suara menjawab dari dalam rumah dan kemudian membuka pintu.
”Bagaimana ini buk, sudah 2 bulan menunggak, mau kapan lagi di bayar, saya punya istri punya anak 3 harus di kasih makan, kalau menunggak terus saya yang rugi”, kata pak Surya dengan nada tinggi kepada bu Ana yang mengontrak di kontrakan pak Surya.
”Anu pak…iki loh, anak lanang saya baru aja masuk SMP, jadi biayanya habis kesitu semua”jawab bu Ana.
”Anak saya juga yang paling besar baru masuk SMA, lebih banyak biaya lagi, makanya kalau gak mampu menyekolahkan anak tidak perlu di sekolahkan, kalau minggu depan belum di bayar juga saya usir situ dari sini”, ucap pak Surya dengan marah sembari berlalu dari kontrakannya dan menagih pengontrak lainnya.
Malam pun kini datang menyambut, pak Surya masih saja tak bisa tidur padahal waktu menunjukkan pukul satu pagi sedangkan anak dan istrinya sudah terlelap. Namun ia masih saja terjaga dari tidurnya seraya memikirkan para pengontrak yang masih saja menunggak, namun perlahan tapi pasti kantuk itu menghinggapi matanya seraya tanpa sadar ia pun terpejam di keheningan malam. Kini fajar pun tiba dengan cuaca pagi yang sangat cerah dan suara kokokan ayam yang membangunkan semua orang di pagi itu. Singkat cerita senja mulai menyapa dengan rintikan air hujan, tak kala mata pak Surya menatap ke atas awan yang mendung dengan sedikit mengerutkan keningnya.
"Ahhh kalau setiap hari hujan begini bagaimana dengan sawah ku, bisa gagal panen ini di timpa hujan setiap hari, bisa-bisa membusuk padiku”, gerutu pak Surya.
”Ya namanya juga hujan pak, emang bisa di cegah kapan dia turun, hujan itu rahmat, jadi harus di syukuri toh pak”, jawab bu Merti istri dari pak Surya.
”Ya tapi bu kita bisa gagal panen ini, hujan terus setiap hari apa tidak busuk padinya”, sahut pak Surya dengan kesal.
Pak Surya pun mulai berfikir untuk memanggil pawang hujan untuk mencegah hujan di desanya yang terus menerus, pak Surya takut jika hujan terus menerus mendera akan membuat padinya menjadi rusak dan gagal panen.
Pada ke esokan harinya pak Surya pun pergi menemui pawang hujan seraya meminta agar hujan tak turun seminggu ini agar padinya tak membusuk di terpa hujan terus menerus. Lalu pawang hujan itu pun melakukan ritual-ritual untuk mencegah hujan turun. Kemudian sudah 3 minggu berlalu hujan pun tidak turun, namun sebaliknya cuaca menjadi panas sekali. Hal itu membuat pak Surya menjadi kebingungan karna mengapa sampai 3 minggu cuaca panas terus tak turun hujan padahal ia meminta kepada pawang hujan untuk seminggu saja mencegah hujan datang namun kini sudah sampai 3 minggu hujan tak kunjung datang. Sawah-sawah di desa itu pun menjadi kering termasuk sawah milik pak Surya, ia pun kini gagal panen di karnakan kualitas padi dari hasil sawahnya sangat jelek akibat kekeringan tersebut.
”Aduuuhhh…gagal panen iki buk, piye sawah kita ini gegara kekeringan hujan tak turun-turun”, keluh pak Surya.
”Bapak sih hujan salah tak hujan makin salah yaudah sana pak pergi ke pawang hujan minta hujan supaya turun”, jawab bu Merti.
Mendengar saran dari istrinya pak Surya pun segera kembali lagi ke pawang hujan tersebut, namun sang pawang mengatakan ini memang musim kemarau namun akan berusaha untuk mengatasinya, namun tentu saja ini juga kehendak sang pencipta.
Seperti biasa sabanari pak Surya hanya mengeluh dan menggerutu kemudian melampiaskan kemarahannya kepada para pengontrak rumahnya yang tak kunjung bayar, satu persatu mulai ia usir sampai pada akhirnya pengontrak yang lain pun pada pindah ke kontrakan lain dengan alasan di tempat lain lebih murah.
Pak Surya kini mulai kehabisan akal bagaimana cara untuk mencari uang, ternak ayamnya pun mulai tak berjalan dengan baik karna ia beberapa kali tertipu, sawahnya yang mengering membuat ia gagal panen, dan orang lain juga sudah tidak mau mengontrak di kontrakannya lagi. Hal tersebut membuat Pak Surya stress dan akirnya gelap mata, pak Surya melihat seorang wanita dengan kalung emas terjuntai di lehernya. Tanpa pikir panjang pak Surya pun merampas kalung wanita tersebut kemudian berlari kencang meninggalkan wanita itu. Wanita itu lalu berteriak meminta pertolongan, sontak saja banyak orang di sekitar pasar itu mengejar pak Surya. Pak Surya yang mulai ketakutan akan di kroyok masal tak dapat berlari lebih kencang lagi karna tubuhnya yang gemuk, saat melewati jembatan pak Surya pun mengambil jalan pintas, ia loncat dari jembatan untuk menghindari amukan warga yang mengejarnya. Ia fikir sungai tersebut tidak terlalu dalam maka ia bisa menepi ke tepi sungai, namun ternyata sungai tersebut arusnya cukup deras. Pak Surya pun tenggelam di sungai bersama dengan kalung jambretannya. Lambat laun tubuh gempal pak Surya tak terlihat lagi, barangkali ikut di telan arus sungai.
Diubah oleh hasanahchia12 01-10-2022 11:09






shoopstoree02 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
2.1K
12


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan