Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lonelylontongAvatar border
TS
lonelylontong
Cara Membuka "Mata Batin" Untuk "Melihat" Yg Ghaib (Jilid-2)
Cara Membuka "Mata Batin" Untuk "Melihat" Yg Ghaib (Jilid-2)
Gbr diambil dr : Medium.com


Latar Belakang

Kenapa Jilid 2, karena ada yang pertama. ( Kalau mau baca trit yang pertama : "Cara Membuka "Mata Batin" Untuk "Melihat" Yg Ghaib")

Apa perlu baca yang pertama baru baca yang kedua? Nggak juga, bisa dibaca secara terpisah, tapi kedua tulisan ini saling melengkapi.

Kenapa muncul yang kedua? Apakah ini lanjutan dari yang pertama? Bukan kelanjutan dari jilid pertama, tapi lebih tepatnya melengkapi yang pertama. Yang kedua ini ditulis, karena dari banyak komentar-komentar yang muncul di tulisan yang pertama, TS pikir masih banyak yang salah paham dengan apa yang dimaksudkan TS.

Banyak yang komplain karena "melihat" yang TS jelaskan, tidak berupa sesuatu yang visual.

Padahal sudah TS kasih tanda kutip baik itu kata "Mata Batin", maupun kata "Melihat".

Sehingga setelah vakum cukup lama dari nge-trit, TS mikir2 untuk ngetrit tentang topik ini lagi, tapi dari sudut yang sedikit berbeda, moga-moga bisa lebih jelas apa yang ada di kepala TS, ketika menuliskan topik melihat yang ghaib.


Hubungan yang Fisik - Spiritual/Ghaib/Roh

(Disclaimer : Ini cuma ide/pemikiran TS, jadi tidak ada jaminan bahwa ini sebuah "kebenaran".)

Menurut pemikiran TS, hubungan antara yang fisik dengan yang ghaib atau roh, itu bisa digambarkan atau dianalogikan seperti sebuah aplikasi di komputer atau HP kita.

(Ingat analogi itu cuma alat bantu untuk memahami, tidak kemudian apa yang dianalogikan 100% sama dengan yang dipakai sebagai analogi).

Sebuah aplikasi itu pasti lahir dari "ide" programmer, yang kemudian dia buat algoritmanya, dia buat yang namanya rancangan.

Sampai di titik ini, ketika sudah ada algoritma, ada rancangannya, maka aplikasi itu secara "ide" sudah ada wujudnya, karena sudah lengkap hukum2nya, kalau pertama kali run, maka akan muncul tampilan dan menu blablabla. Kalau ditekan menu ini di layar akan muncul blablabla.

Kalau yang bekerja di dunia programming, mungkin bisa membayangkan, bahwa di tahap ini, sudah ada 1 buku/proposal yang lengkap dan detail tentang aplikasi itu. Meskipun semuanya itu masih di tataran yang tidak terlihat dan belum muncul dalam "realita".

Setelah oleh tim programmer dicoding, dicompile, dst, setelah jadi sebuah APK, atau sebuah .EXE, maka program/aplikasi itu sudah hadir dalam "realita", tapi tetap belum bisa "dinikmati" oleh penggunanya, tanpa adanya sebuah perangkat keras (HP, PC, Tablet, dll).

Setelah di-install, maka secara fisik barulah pengguna itu bisa melihat, berinteraksi dan memiliki pengalaman tentang aplikasi itu secara jasmani. Meskipun pengguna tidak bersentuhan langsung dengan "algoritma2 dan kode2 pemrograman" yang menjadi "roh" dari aplikasi tersebut.


Melihat yang Ghaib, bukan melihat secara visual

Atas dasar ide tentang hubungan antara yang jasmani dan rohani, antara yang ghaib dan yang fisik inilah maka muncul tulisan TS yang sebelumnya.

Kalau pemikirannya tentang sesuatu yang ghaib itu masih terikat dengan pemikiran yang jasmani, menurut TS, maka selamanya tidak akan bisa "melihat" yang ghaib itu tadi.

Akan selalu sibuk dengan yang ada di permukaan.

Kalau mendalami agama, maka hanya akan sibuk dengan aturan dan syariat. Kalau berusaha menerawang yang ghaib, malah terjebak pada halusinasi dan ilusi. Kalau bermeditasi akan terjebak pada imajinasinya sendiri. Kalau puasa yang didapat adalah laparnya saja (dan mungkin badan jadi langsing). Dst.


Meluruskan pemahaman "melihat" di tulisan yang pertama

Kata melihat dalam tulisan yang pertama, diberi tanda petik, karena "melihat" yang "Ghaib", bukanlah "melihat" secara visual.

Melihat di sini, lebih pada upaya untuk memahami "algoritma" yang menjadi sebab-musabab, atau yang melatar-belakangi munculnya berbagai fenomena yang fisik, yang bisa diamati.

Mirip seperti Einstein berusaha memahami hukum gravitasi. Hukumnya itu tidak terlihat, tapi efek-nya secara fisik itu terlihat.

Belajar "melihat yang ghaib" dalam konteks ini, artinya tidak berhenti pada apa yang terlihat oleh mata dan dialami secara jasmani, tapi terus berupaya untuk mengupas, ada apa dibalik fenomena yang dialami itu. Artinya belajar berpikir kritis dan berusaha memahami lebih dalam tentang suatu peristiwa dan fenomena.

Kembali ke analogi tentang pembuatan sebuah aplikasi tadi, dengan mengamati dan terus menerus menggunakan sebuah aplikasi, perlahan-lahan kita akan menemukan "algoritma"-nya.

Dengan merenungkan mengapa "algoritma"-nya dibuat sedemikian rupa, perlahan-lahan, kita bisa menebak, apa sebenarnya latar belakang dan tujuan programmer, membuat "algoritma"-nya seperti itu.

Dengan merenungkan motivasi dan cara algoritma itu dibuat, maka perlahan-lahan kita bisa mendapatkan bayangan, programmer-nya itu punya karakter/kepribadian seperti apa.

Jadi menurut pemikiran TS, dengan mengamati dan merenungkan fenomena-fenomena fisik/jasmani yang ada di sekitar kita, pada satu titik, pada satu level, kita bisa bersentuhan dengan yang ghaib, yang tidak bisa digambarkan secara jasmani (karena ghaib), tapi keberadaannya melahirkan berbagai fenomena jasmani.

Menurut TS, yang ghaib itu yang bagaimana, bisa dibaca di tulisan TS yang pertama.
Diubah oleh lonelylontong 08-01-2021 08:47
BebehMania
pulaukapok
tien212700
tien212700 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.2K
26
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan