- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
KEMBALINYA CINTA YANG PERGI


TS
agusmulyanti
KEMBALINYA CINTA YANG PERGI
Langkah kaki Luna terhenti di padang ilalang, tangisnya pecah dan ia berteriak sekuat-kuatnya..
Akhhhhh.........akhhhhhh......aakkhhhhh....
Lalu ia terduduk, tak kuasa menahan rasa yang bergejolak dalam dada. Air matanya tak jua terhenti. Padang ilalang menjadi saksi, hancurnya hati seorang istri.
*******
Luna adalah seorang istri shalihah. Ia selalu setia menjalani hari-hari bersama Indra suami yang sangat dicintainya. Laki-laki yang telah bersumpah didepan kedua orang tuanya, akan menjaga, mengasihi dan menjadi imam buat buah hati mereka. Ayah Lunapun mantap menyerahkan anaknya kepada laki-laki yang sangat dicintai putri mereka.
*******
Hari-hari bahagia mewarnai kehidupan Luna. Seiring berjalannya waktu dan hadirnya buah hati, membuat kebutuhan mereka semakin bertambah, sementara penghasilan Indra, tak mencukupi untuk memenuhi semuanya.
Suatu hari dengan berbekal tekad yang kuat dan keinginan untuk membantu kehidupan rumah tangganya, Luna meminta ijin kepada suaminya untuk berusaha kecil-kecilan.
"Mas !,"
"Ada apa ?," jawab Indra tanpa mengalihkan pandangannya dari koran yang tengah dibacanya.
Luna terdiam sejenak, dipandanginya wajah Indra lekat-lekat, lalu dengan sangat hati-hati ia mulai membicarakan keinginan yang terpendam dalam hatinya.
"Begitu mas..aku ingin menjahit baju-baju muslimah dan menjualnya."
Indra menatap Luna, dan menarik nafas dalam-dalam.
"Sayang mas tau, mas belum bisa membahagiakan kamu dan putri kita. Berat bagi mas mengijinkan kamu bekerja, tapi karena kamu sudah bertekad dan kamu yakin akan bisa membagi waktu, mas ijinkan. Dengan catatan jika kamu sudah tidak kuat, jangan dilanjutkan ya."
"Alhamdulillah !, terimakasih mas. Aku janji, aku tidak akan melalaikan kewajibanku sebagai seorang istri dan ibu mas," ujar Luna dengan gembira sambil memeluk Indra.
Indra mendekap Luna dengan penuh rasa cinta. Ia sangat tau, bahwa Luna akan sangat kecewa dan bersedih jika keinginannya tidak dipenuhi, meski ia tidak mengungkapkannya. Indra selalu ingin Luna bahagia, apapun keinginan Luna akan diturutinya, sepanjang istrinya itu berjalan di jalan yang benar.
******
Hari berganti bulan. Bulan berganti tahun, usaha konveksi Luna berkembang pesat. Usaha Luna yang tadinya hanya bermodalkan sebuah mesin jahit tua, kini telah memiliki beberapa mesin jahit dan pekerja yang membantunya dalam konveksi yang dirintisnya. Pemasarannya pun semakin luas, hingga keluar daerah. Indra sangat kagum dengan perkembangan pesat usaha Luna. Ia sangat bangga dengan istrinya. Disebuah senja, kala mereka tengah bercengkrama.
"Mas !, alhamdulillah usahaku semakin hari semakin berkembang."
"Alhamdulillah, mas ikut senang sayang. Kamu hebat, mas bangga sama kamu."
"Itukan karena ridho dan dukungan mas, makanya Allah beri aku kemudahan dalam menjalankannya."
Luna meremas jemari Indra dan menatap laki-laki yang sangat dicintainya.
"Gini mas, aku rencananya mau membuka usaha ditempat lain, buat cabang gitu mas, biar usaha kita tambah maju, dan aku ingin mas yang kelola disana. Gimana menurut mas?."
Indra diam sejenak...
"Terus kerjaan mas gimana sayang. Maskan masih kerja. Gak mungkin juga mas mondar mandir dengan jarak yang cukup jauh."
"Mas keluar saja. Mas fokus di bisnis kita. Mau ya mas ?."
"Keluar ?,"
"Iya mas..keluar. Ayolah mas, maskan sudah lihat hasilnya. Usaha kita akan tambah maju, kalau kita jalanin berdua mas. Mau ya mas...please !!."
Indra berfikir keras. Dahinya terlihat berkerut, matanya terpejam. Ia harus memilih, keluar dari pekerjaan yang telah ditekuninya bertahun-tahun dengan gaji tak seberapa atau membantu bisnis istrinya yang sudah jelas terlihat hasilnya. Dipandanginya wajah Luna, lalu dengan senyum penuh rasa cinta ia mengangguk.
"Baiklah..mas akan keluar dan bantu usaha kamu."
"Usaha kita mas, bukan usaha aku."
"Iya usaha kita."
"Alhamdulillah. Terimakasih ya mas."
Luna memeluk tubuh Indra, sambil menghujaninya dengan kecupan hangat.
*******
Setelah keluar dari pekerjaannya. Indra menekuni usaha yang dijalaninya. Jarak yang teramat jauh, membuah hubungan mereka harus dijalani secara LDR. Indra menjadi jarang pulang. Luna yang kini sedang hamil anak kedua mereka, merasa sedih dengan situasi ini, tapi itulah konsekwensi dari keputusan yang telah mereka sepakati dan harus dijalani.
********
Indra menikmati usaha yang kini ia geluti. Ia semakin jarang pulang, karena terlalu jauh jarak yang harus ditempuh dan banyaknya pesanan yang harus diselesaikan. Hari-hari tanpa belahan hati, merupakan hari yang sangat berat bagi seorang lelaki, karena ia harus memenuhi kebutuhannya seorang diri, hingga akhirnya seorang gadis belia hadir dan siap mewarnai sepi harinya.
*******
Halimah, gadis cantik dengan lesung pipi menghias wajahnya, telah membuat Indra jatuh hati. Ia lupa kalau sudah ada istri setia, yang selalu menanti ia kembali.
Indra semakin jarang pulang. Luna sebagai seorang istri merasakan kejanggalan dan ketidaksehatan hubungan mereka. Dan ia merasa, bahwa hubungan mereka tidak sedang baik-baik saja.
********
Kendaraan yang dikemudikan pak Jarot, melaju dengan kecepatan sedang, menyusuri jalan berkelok. Luna sedikit mual. Perutnya seperti dikocok-kocok.
"Pak, berhenti sebentar ya, saya seperti mau muntah, saya mual sekali pak."
"Baik bu. Kita berhenti di rumah makan depan saja ya bu, biar ibu bisa beristirahat dan minum teh hangat."
"Iya pak Jarot."
*******
Pak Jarot memarkir kendaraannya, dan membuka pintu untuk Luna.
"Saya masuk dulu ya pak. Pak Jarot kalau mau ngopi, pesan saja ya."
"Iya bu, gampang, saya mau istirahat di mobil saja."
Luna melangkah memasuki restoran yang cukup besar, dengan beberapa saung diatas kolam besar. Luna memilih sebuah saung kecil. Dihempaskan tubuhnya disaung itu. Perjalanan yang berkelok-kelok, membuat dirinya yang tengah hamil sedikit kepayahan dan lelah. Gunung berselimutkan mega putih terlihat cantik dikejauhan. Luna menarik nafas dalam-dalam.
"Akh...segernya udara disini, pemandangannya juga bagus. Maha besar Engkau ya Allah."
******
Seorang pramusaji datang dan menghidangkan menu yang dipesan Luna.
Saat Luna tengah asik menikmati hidangannya, netranya menangkap sosok yang sangat dikenalnya tengah asik bercanda dikejauhan.
"Mas Indra !. Siapa gadis yang berjalan disampingnya ?, kenapa mereka begitu mesra ?.".
Luna menyembunyikan wajahnya dibalik kertas menu, saat dua insan yang sedang dimabuk asmara melintas di depannya.
"Mas, kapan kamu mau nikahin aku."
"Sabar sayang, pasti aku akan nikahin kamu."
"Bener ya, awas kalo bohong." Ujar gadis itu sambil mencubit mesra tubuh mas Indra.
"Sakit dong sayang."
"Biarin..biar mas tau sakitnya hati aku, dijanjiin terus," ujar gadis itu sambil mengerucutkan bibirnya
"Aduh tuan putri ngambek. Udah ah, sekarang kita balik dulu ke kantor, mas masih banyak kerjaan nih."
*******
Luna menitikan air mata. Hatinya terasa hancur melihat pemandangan yang tidak pernah terbayangkan akan terjadi dalam hidupnya.
"Ya Allah, kenapa suamiku tega menduakanku...huhu....huhu."
Ia tak kuasa menahan kesedihan. Tangisnya tak dapat dibendung, ia menangis hingga bahunya berguncang. Seorang wanita paruh baya yang melihatnya, datang menghampiri dan mengelus bahunya.
"Ada apa nak ?, kenapa menangis ?, ibu mintakan teh hangat ya." Ujarnya lembut.
Luna mengangkat wajahnya, dan memandang ibu tua yang menyapanya.
"Gak apa-apa bu, saya hanya sedih ternyata orang yang sangat saya cintai, menghianati saya bu, dia selingkuh."
Wanita paruh baya itu diam lalu berkata..
"Apa dia sudah menikah lagi?."
"Saya gak tau bu, saya betul-betul gak tau...huhuhu, karena kami tinggal terpisah. Saya baru tau hari ini bu."
"Dengar ya nak, hal seperti ini sering terjadi, karena kurangnya komunikasi dan ego pribadi. Coba tanyakan baik-baik dengan suamimu dan apa yang ia mau. Dan ingat tak ada asap, jika tak ada api. Bersabarlah dan tawakal."
Luna mengangguk, dan pamit hendak melanjutkan perjalanan. Hatinya yang hancur membuatnya berjalan sedikit limbung.
******
Pak Jarot agak khawatir melihat wajah Luna yang terlihat habis menangis.
"Ibu gak apa-apa ?."
"Nggak pak. Ayo kita berangkat !."
Pak Jarot mengangguk, dilajukannya kendaraannya keluar dari halaman parkir. Setelah melewati jalan yang berkelok, akhirnya mobil mereka memasuki halaman parkir sebuah ruko tiga lantai
Luna turun dari mobil. Dilangkahkan kakinya memasuki kantor tempat suaminya bekerja, tempat usaha mereka. Dihembuskan nafasnya perlahan. Seorang satpam menghampiri dan menyalaminya dengan hormat.
"Selamat datang bu."
"Apa kabar pak imam ?."
"Baik bu."
"Bapak ada ?."
"Ada bu, baru saja masuk kantor."
"Baik pak, saya langsung ke atas ya."
"Siap bu...silahkan."
Luna masuk, dilihatnya para pekerja tengah mengerjakan produk yang akan mereka luncurkan. Luna berbincang sejenak dengan mereka dan memberikan arahan. Tanpa sengaja netranya menangkap seraut wajah yang tadi ia lihat dengan suaminya, tengah asik memainkan pena. Wajahnya terus menunduk dan tak berani menatapnya
********
Luna menaiki tangga. Dengan ekor matanya, ia bisa melihat gadis itu yang terus menatapnya. Kalau saja ia tidak malu, sudah ia tarik gadis itu, dan melemparkannya ke jalan. Tapi Luna berusaha untuk bersikap setenang mungkin, meski hatinya bergejolak.
*********
Indra terhenyak kaget saat sosok Luna hadir di depannya.
"Loh sayang, kapan datang ?, kok gak bilang sih mau kemari?. Kamukan lagi hamil sayang, kenapa kemari?, jauh loh, kamu pasti capek. Mas baru mau pulang minggu ini. Maafin mas ya, mas gak bisa sering-sering pulang, soalnya kerjaan mas banyak," Ujar Indra dengan gugup.
Luna tersenyum getir. Dipandangnya wajah suaminya.
"Mas, aku bukan orang yang suka berbasa basi. Aku langsung saja kepada intinya."
"Ada apa sayang, kok wajah kamu tegang gitu."
Luna menepis tangan Indra yang hendak membelai rambutnya. Indra kaget, Luna tak pernah memperlakukannya seperti ini. Ada apa ini ?, Apa Luna sudah tau hubungannya dengan Halimah ?. Berbagai pertanyaan berkecamuk dikepala Indra.
"Mas...aku mau tanya, mengapa kamu menghianati aku?,"
"Menghianati kamu ?, kamu bicara apa sih sayang."
"Mas gak usah pura-pura bodoh. Siapa gadis yang ada dibawah itu?."
"Gadis yang mana?, kok mas makin gak ngerti sih."
"Mas !!.S E N S O Rengar !, aku sudah tau kamu punya hubungan dengan seorang gadis. Aku melihat jelas kamu bermesraan dengan gadis itu. Hari ini, di restoran dipertigaan jalan, siapa dia ?, jawab mas !!, jawab !!," ujar Luna sambil menahan amarah yang siap dia muntahkan. Tapi ia tidak ingin mempermalukan suaminya. Hingga ia memperkecil volume suaranya
Indra diam. Ternyata Luna sudah tau hubungannya dengan Halimah.
"Sekarang aku mau, kamu ikut aku pulang ke jakarta mas. Aku ingin kamu bekerja di jakarta saja. Aku ingin kamu tinggalkan dia. Biar yang disini, dipegang Adit, mandor kita, tadi aku sudah bicara. Bagaimana mas ?, kamu mau tetap disini atau ikut aku pulang ?."
Indra diam...
"Mas !!."
"Iya sayang, mas ikut kamu pulang. Mas ngaku mas salah, mas khilaf, maafkan mas ya !."
"Aku juga salah mas. Aku membiarkan ada celah diantara kita. Aku yang membuat kamu ada dalam masalah ini. Aku yang salah."
Indra merengkuh tubuh Luna dan mendekapnya. Tubuh yang telah setia mendampinginya, tapi telah ia hancurkan hatinya. Memang wajahnya tak lagi semenarik dulu, tapi itu bukan alasan baginya tuk mencari yang baru.
*******
Masalah selalu hadir dalam hidup, sebagai ujian untuk melangkah kearah yang lebih baik.
Masalah seperti benang yang kusut. Jika kita mau dengan sabar meluruskannya, maka akan berakhir dengan indah, sebagai pemenang. Tapi jika kita tak sabar menjalaninya, maka ia akan putus dan hadir sebagai sebuah kekalahan yang mungkin berujung penyesalan.
Apapun pilihannya, kita yang akan melakoni. Mau mengevaluasi kekurangan diri dan tidak berusaha menghakimi, insyaAllah jalan terbaik akan kita dapat.
Cepat bangkit dan jangan larut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Karena sedih tidak mengantarkan kita pada solusi.
Letakan tangan didada dan ucapkan
"Aku bersyukur pada Allah yang tak pernah meninggalkanku. Sekalipun banyak manusia, bahkan mereka yang kucintai, meninggalkan aku."
Allah selalu ada untuk kita, meski kita sering alfa dan berbuat dosa.
Akhhhhh.........akhhhhhh......aakkhhhhh....
Lalu ia terduduk, tak kuasa menahan rasa yang bergejolak dalam dada. Air matanya tak jua terhenti. Padang ilalang menjadi saksi, hancurnya hati seorang istri.
*******
Luna adalah seorang istri shalihah. Ia selalu setia menjalani hari-hari bersama Indra suami yang sangat dicintainya. Laki-laki yang telah bersumpah didepan kedua orang tuanya, akan menjaga, mengasihi dan menjadi imam buat buah hati mereka. Ayah Lunapun mantap menyerahkan anaknya kepada laki-laki yang sangat dicintai putri mereka.
*******
Hari-hari bahagia mewarnai kehidupan Luna. Seiring berjalannya waktu dan hadirnya buah hati, membuat kebutuhan mereka semakin bertambah, sementara penghasilan Indra, tak mencukupi untuk memenuhi semuanya.
Suatu hari dengan berbekal tekad yang kuat dan keinginan untuk membantu kehidupan rumah tangganya, Luna meminta ijin kepada suaminya untuk berusaha kecil-kecilan.
"Mas !,"
"Ada apa ?," jawab Indra tanpa mengalihkan pandangannya dari koran yang tengah dibacanya.
Luna terdiam sejenak, dipandanginya wajah Indra lekat-lekat, lalu dengan sangat hati-hati ia mulai membicarakan keinginan yang terpendam dalam hatinya.
"Begitu mas..aku ingin menjahit baju-baju muslimah dan menjualnya."
Indra menatap Luna, dan menarik nafas dalam-dalam.
"Sayang mas tau, mas belum bisa membahagiakan kamu dan putri kita. Berat bagi mas mengijinkan kamu bekerja, tapi karena kamu sudah bertekad dan kamu yakin akan bisa membagi waktu, mas ijinkan. Dengan catatan jika kamu sudah tidak kuat, jangan dilanjutkan ya."
"Alhamdulillah !, terimakasih mas. Aku janji, aku tidak akan melalaikan kewajibanku sebagai seorang istri dan ibu mas," ujar Luna dengan gembira sambil memeluk Indra.
Indra mendekap Luna dengan penuh rasa cinta. Ia sangat tau, bahwa Luna akan sangat kecewa dan bersedih jika keinginannya tidak dipenuhi, meski ia tidak mengungkapkannya. Indra selalu ingin Luna bahagia, apapun keinginan Luna akan diturutinya, sepanjang istrinya itu berjalan di jalan yang benar.
******
Hari berganti bulan. Bulan berganti tahun, usaha konveksi Luna berkembang pesat. Usaha Luna yang tadinya hanya bermodalkan sebuah mesin jahit tua, kini telah memiliki beberapa mesin jahit dan pekerja yang membantunya dalam konveksi yang dirintisnya. Pemasarannya pun semakin luas, hingga keluar daerah. Indra sangat kagum dengan perkembangan pesat usaha Luna. Ia sangat bangga dengan istrinya. Disebuah senja, kala mereka tengah bercengkrama.
"Mas !, alhamdulillah usahaku semakin hari semakin berkembang."
"Alhamdulillah, mas ikut senang sayang. Kamu hebat, mas bangga sama kamu."
"Itukan karena ridho dan dukungan mas, makanya Allah beri aku kemudahan dalam menjalankannya."
Luna meremas jemari Indra dan menatap laki-laki yang sangat dicintainya.
"Gini mas, aku rencananya mau membuka usaha ditempat lain, buat cabang gitu mas, biar usaha kita tambah maju, dan aku ingin mas yang kelola disana. Gimana menurut mas?."
Indra diam sejenak...
"Terus kerjaan mas gimana sayang. Maskan masih kerja. Gak mungkin juga mas mondar mandir dengan jarak yang cukup jauh."
"Mas keluar saja. Mas fokus di bisnis kita. Mau ya mas ?."
"Keluar ?,"
"Iya mas..keluar. Ayolah mas, maskan sudah lihat hasilnya. Usaha kita akan tambah maju, kalau kita jalanin berdua mas. Mau ya mas...please !!."
Indra berfikir keras. Dahinya terlihat berkerut, matanya terpejam. Ia harus memilih, keluar dari pekerjaan yang telah ditekuninya bertahun-tahun dengan gaji tak seberapa atau membantu bisnis istrinya yang sudah jelas terlihat hasilnya. Dipandanginya wajah Luna, lalu dengan senyum penuh rasa cinta ia mengangguk.
"Baiklah..mas akan keluar dan bantu usaha kamu."
"Usaha kita mas, bukan usaha aku."
"Iya usaha kita."
"Alhamdulillah. Terimakasih ya mas."
Luna memeluk tubuh Indra, sambil menghujaninya dengan kecupan hangat.
*******
Setelah keluar dari pekerjaannya. Indra menekuni usaha yang dijalaninya. Jarak yang teramat jauh, membuah hubungan mereka harus dijalani secara LDR. Indra menjadi jarang pulang. Luna yang kini sedang hamil anak kedua mereka, merasa sedih dengan situasi ini, tapi itulah konsekwensi dari keputusan yang telah mereka sepakati dan harus dijalani.
********
Indra menikmati usaha yang kini ia geluti. Ia semakin jarang pulang, karena terlalu jauh jarak yang harus ditempuh dan banyaknya pesanan yang harus diselesaikan. Hari-hari tanpa belahan hati, merupakan hari yang sangat berat bagi seorang lelaki, karena ia harus memenuhi kebutuhannya seorang diri, hingga akhirnya seorang gadis belia hadir dan siap mewarnai sepi harinya.
*******
Halimah, gadis cantik dengan lesung pipi menghias wajahnya, telah membuat Indra jatuh hati. Ia lupa kalau sudah ada istri setia, yang selalu menanti ia kembali.
Indra semakin jarang pulang. Luna sebagai seorang istri merasakan kejanggalan dan ketidaksehatan hubungan mereka. Dan ia merasa, bahwa hubungan mereka tidak sedang baik-baik saja.
********
Kendaraan yang dikemudikan pak Jarot, melaju dengan kecepatan sedang, menyusuri jalan berkelok. Luna sedikit mual. Perutnya seperti dikocok-kocok.
"Pak, berhenti sebentar ya, saya seperti mau muntah, saya mual sekali pak."
"Baik bu. Kita berhenti di rumah makan depan saja ya bu, biar ibu bisa beristirahat dan minum teh hangat."
"Iya pak Jarot."
*******
Pak Jarot memarkir kendaraannya, dan membuka pintu untuk Luna.
"Saya masuk dulu ya pak. Pak Jarot kalau mau ngopi, pesan saja ya."
"Iya bu, gampang, saya mau istirahat di mobil saja."
Luna melangkah memasuki restoran yang cukup besar, dengan beberapa saung diatas kolam besar. Luna memilih sebuah saung kecil. Dihempaskan tubuhnya disaung itu. Perjalanan yang berkelok-kelok, membuat dirinya yang tengah hamil sedikit kepayahan dan lelah. Gunung berselimutkan mega putih terlihat cantik dikejauhan. Luna menarik nafas dalam-dalam.
"Akh...segernya udara disini, pemandangannya juga bagus. Maha besar Engkau ya Allah."
******
Seorang pramusaji datang dan menghidangkan menu yang dipesan Luna.
Saat Luna tengah asik menikmati hidangannya, netranya menangkap sosok yang sangat dikenalnya tengah asik bercanda dikejauhan.
"Mas Indra !. Siapa gadis yang berjalan disampingnya ?, kenapa mereka begitu mesra ?.".
Luna menyembunyikan wajahnya dibalik kertas menu, saat dua insan yang sedang dimabuk asmara melintas di depannya.
"Mas, kapan kamu mau nikahin aku."
"Sabar sayang, pasti aku akan nikahin kamu."
"Bener ya, awas kalo bohong." Ujar gadis itu sambil mencubit mesra tubuh mas Indra.
"Sakit dong sayang."
"Biarin..biar mas tau sakitnya hati aku, dijanjiin terus," ujar gadis itu sambil mengerucutkan bibirnya
"Aduh tuan putri ngambek. Udah ah, sekarang kita balik dulu ke kantor, mas masih banyak kerjaan nih."
*******
Luna menitikan air mata. Hatinya terasa hancur melihat pemandangan yang tidak pernah terbayangkan akan terjadi dalam hidupnya.
"Ya Allah, kenapa suamiku tega menduakanku...huhu....huhu."
Ia tak kuasa menahan kesedihan. Tangisnya tak dapat dibendung, ia menangis hingga bahunya berguncang. Seorang wanita paruh baya yang melihatnya, datang menghampiri dan mengelus bahunya.
"Ada apa nak ?, kenapa menangis ?, ibu mintakan teh hangat ya." Ujarnya lembut.
Luna mengangkat wajahnya, dan memandang ibu tua yang menyapanya.
"Gak apa-apa bu, saya hanya sedih ternyata orang yang sangat saya cintai, menghianati saya bu, dia selingkuh."
Wanita paruh baya itu diam lalu berkata..
"Apa dia sudah menikah lagi?."
"Saya gak tau bu, saya betul-betul gak tau...huhuhu, karena kami tinggal terpisah. Saya baru tau hari ini bu."
"Dengar ya nak, hal seperti ini sering terjadi, karena kurangnya komunikasi dan ego pribadi. Coba tanyakan baik-baik dengan suamimu dan apa yang ia mau. Dan ingat tak ada asap, jika tak ada api. Bersabarlah dan tawakal."
Luna mengangguk, dan pamit hendak melanjutkan perjalanan. Hatinya yang hancur membuatnya berjalan sedikit limbung.
******
Pak Jarot agak khawatir melihat wajah Luna yang terlihat habis menangis.
"Ibu gak apa-apa ?."
"Nggak pak. Ayo kita berangkat !."
Pak Jarot mengangguk, dilajukannya kendaraannya keluar dari halaman parkir. Setelah melewati jalan yang berkelok, akhirnya mobil mereka memasuki halaman parkir sebuah ruko tiga lantai
Luna turun dari mobil. Dilangkahkan kakinya memasuki kantor tempat suaminya bekerja, tempat usaha mereka. Dihembuskan nafasnya perlahan. Seorang satpam menghampiri dan menyalaminya dengan hormat.
"Selamat datang bu."
"Apa kabar pak imam ?."
"Baik bu."
"Bapak ada ?."
"Ada bu, baru saja masuk kantor."
"Baik pak, saya langsung ke atas ya."
"Siap bu...silahkan."
Luna masuk, dilihatnya para pekerja tengah mengerjakan produk yang akan mereka luncurkan. Luna berbincang sejenak dengan mereka dan memberikan arahan. Tanpa sengaja netranya menangkap seraut wajah yang tadi ia lihat dengan suaminya, tengah asik memainkan pena. Wajahnya terus menunduk dan tak berani menatapnya
********
Luna menaiki tangga. Dengan ekor matanya, ia bisa melihat gadis itu yang terus menatapnya. Kalau saja ia tidak malu, sudah ia tarik gadis itu, dan melemparkannya ke jalan. Tapi Luna berusaha untuk bersikap setenang mungkin, meski hatinya bergejolak.
*********
Indra terhenyak kaget saat sosok Luna hadir di depannya.
"Loh sayang, kapan datang ?, kok gak bilang sih mau kemari?. Kamukan lagi hamil sayang, kenapa kemari?, jauh loh, kamu pasti capek. Mas baru mau pulang minggu ini. Maafin mas ya, mas gak bisa sering-sering pulang, soalnya kerjaan mas banyak," Ujar Indra dengan gugup.
Luna tersenyum getir. Dipandangnya wajah suaminya.
"Mas, aku bukan orang yang suka berbasa basi. Aku langsung saja kepada intinya."
"Ada apa sayang, kok wajah kamu tegang gitu."
Luna menepis tangan Indra yang hendak membelai rambutnya. Indra kaget, Luna tak pernah memperlakukannya seperti ini. Ada apa ini ?, Apa Luna sudah tau hubungannya dengan Halimah ?. Berbagai pertanyaan berkecamuk dikepala Indra.
"Mas...aku mau tanya, mengapa kamu menghianati aku?,"
"Menghianati kamu ?, kamu bicara apa sih sayang."
"Mas gak usah pura-pura bodoh. Siapa gadis yang ada dibawah itu?."
"Gadis yang mana?, kok mas makin gak ngerti sih."
"Mas !!.S E N S O Rengar !, aku sudah tau kamu punya hubungan dengan seorang gadis. Aku melihat jelas kamu bermesraan dengan gadis itu. Hari ini, di restoran dipertigaan jalan, siapa dia ?, jawab mas !!, jawab !!," ujar Luna sambil menahan amarah yang siap dia muntahkan. Tapi ia tidak ingin mempermalukan suaminya. Hingga ia memperkecil volume suaranya
Indra diam. Ternyata Luna sudah tau hubungannya dengan Halimah.
"Sekarang aku mau, kamu ikut aku pulang ke jakarta mas. Aku ingin kamu bekerja di jakarta saja. Aku ingin kamu tinggalkan dia. Biar yang disini, dipegang Adit, mandor kita, tadi aku sudah bicara. Bagaimana mas ?, kamu mau tetap disini atau ikut aku pulang ?."
Indra diam...
"Mas !!."
"Iya sayang, mas ikut kamu pulang. Mas ngaku mas salah, mas khilaf, maafkan mas ya !."
"Aku juga salah mas. Aku membiarkan ada celah diantara kita. Aku yang membuat kamu ada dalam masalah ini. Aku yang salah."
Indra merengkuh tubuh Luna dan mendekapnya. Tubuh yang telah setia mendampinginya, tapi telah ia hancurkan hatinya. Memang wajahnya tak lagi semenarik dulu, tapi itu bukan alasan baginya tuk mencari yang baru.
*******
Masalah selalu hadir dalam hidup, sebagai ujian untuk melangkah kearah yang lebih baik.
Masalah seperti benang yang kusut. Jika kita mau dengan sabar meluruskannya, maka akan berakhir dengan indah, sebagai pemenang. Tapi jika kita tak sabar menjalaninya, maka ia akan putus dan hadir sebagai sebuah kekalahan yang mungkin berujung penyesalan.
Apapun pilihannya, kita yang akan melakoni. Mau mengevaluasi kekurangan diri dan tidak berusaha menghakimi, insyaAllah jalan terbaik akan kita dapat.
Cepat bangkit dan jangan larut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Karena sedih tidak mengantarkan kita pada solusi.
Letakan tangan didada dan ucapkan
"Aku bersyukur pada Allah yang tak pernah meninggalkanku. Sekalipun banyak manusia, bahkan mereka yang kucintai, meninggalkan aku."
Allah selalu ada untuk kita, meski kita sering alfa dan berbuat dosa.






ordinary.thing dan 6 lainnya memberi reputasi
5
1.2K
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan