Kaskus

News

gabener.edanAvatar border
TS
gabener.edan
Saksi Sebut Ada Auditor BPK Terima Rp 3 M Terkait Temuan Proyek SPAM PUPR
Saksi Sebut Ada Auditor BPK Terima Rp 3 M Terkait Temuan Proyek SPAM PUPRJakarta - Saksi bernama Mochmmad Natsir yang saat ini menjabat sebagai Pejabat Fungsi Utama Pengembangan Konstruksi Kementerian PUPR mengungkapkan ada penurunan nilai temuan kerugian negara pada proyek SPAM Air Minum di Kementerian PUPR oleh BPK RI.

Seperti apa?

Awalnya, jaksa KPK bertanya ke Natsir tentang audit atau temuan BPK di Kementerian PUPR pada 2016. Natsir mengatakan audit BPK kepada proyek Kementerian PUPR berjalan lancar 2016 sampai dengan awal 2017 berkaitan dengan proyek pengelolaan SPAM Dirjen Cipta Karya PUPR di Provinsi DKI, Jatim, Jateng, Kalteng, dan Jambi.

Natsir mengatakan saat awal BPK melakukan pemeriksaan dia masih menjabat sebagai Direktur Pengembangan Sistem Pengembangan Air Minum Kementerian PUPR. Namun, dia tidak mengetahui apa hasil temuan BPK karena dia sudah tidak tahu lagi tentang itu karena dia sudah diangkat menjadi Staf Ahli Menteri PUPR. Namun, dia mengaku pernah mendapat laporan terkait temuan BPK dari T Bandoso yang saat itu menjabat sebagai Kasatker SPAM.

"Seingat saya karena saya merangkap staf ahli menteri dan Plt air minum tentu kadang saya di ruang staf ahli, dan di ruang Direktur Air Minum. Seingat saya Pak Bandoso (Kasatker SPAM) datang ke ruang staf ahli. Disampaikan audit sementara ada kerugian negara sebesar Rp 18 miliar. Kemudian Pak Bandoso mengatakan hal itu nggak sesuai kondisi lapangan, karena pada saat audit beberapa bagian pekerjaan itu dinyatakan potensi kerugian.

Tapi kata Pak Bandoso beberapa pekerjaan itu sudah selesaikan. Oleh sebab itu saya menyarankan di update datanya, kalau perlu lakukan peninjauan uang dengan tim," kata Natsir dalam sidang di PN Tipikor Jakarta, Jalan Bungur Besar Raya, Senin (4/1/2021).

Natsir mengatakan awalnya BPK menyampaikan temuan adanya kerugian negara dalam proyek air minum senilai Rp 18 miliar. Bahkan sebelum di angka Rp 18 miliar, temuan BPK menyampaikan ada kerugian Rp 37,23 miliar lalu turun ke Rp 18 miliar, namun, Natsir mengaku tidak tahu apa alasan BPK menurunkan angka kerugian itu.

"Sebelum Rp 18 miliar dalam rumusan dakwaan setelah adanya PDTT, yang berhubungan Tampang Bandoso dan Rahmat budi. Sebelumnya dalam pemeriksaan temuannya Rp 37,23 miliar. Saudara tahu?" tanya jaksa.


"Saya nggak tahu. Karena saya sudah jadi staf ahli Menteri PUPR," kata Natsir.

Kemuadian Natsir mengungkapkan angka Rp 18 miliar itu juga turun menjadi Rp 4,2 miliar.
Penurunan angka temuan kerugian negara itu, kata Natsir, disebabkan ada kesepakatan yang disepakati antara tim auditor dengan Kasatker SPAM dimana tim auditor meminta Rp 2,3 miliar kepada tim Kasatker SPAM.

"Apakah ada perubahan lagi dari Rp 18 miliar kemudian berubah dari angka berapa lagi?" tanya jaksa.

"Ya berapa lama kemudian saya nggak ingat 2 bulan atau 3 bulan, Pak Bandaso ketemu saya lagi, dan disampaikan bahwa sudah diklarifikasi, dan disepakati bahwa temuannya sekitar Rp 4,2 miliar, dan ada permintaan dari tim auditor bahwa Rp 2,5 miliar disetor ke negara, dan Rp 2,3 miliar diminta diserahkan ke tim auditor BPK, itu yang info saya terima dan ingat," kata Natsir.

"Yang diserahkan auditor itu maksudnya apa?" tanya jaksa.

"Sepemahaman saya, ya diberikan kepada tim auditor," ucap Natsir.

Natsir mengaku tidak tahu uang Rp 2,3 miliar itu diserahkan dalam bentuk uang atau barang. Dia mengatakan yang mengetahui semuanya adalah Kasatker SPAM yang saat itu dijabat oleh T Bandoso.

"Saya nggak sampai detail ke sana. Saya hanya tanya, gimana caranya, terus Pak Bandoso jelaskan iuran dari kontraktor yang ada temuannya. Dan sudah ada koordinator di antara mereka, saya tidak detail menanyakan lebih jauh," kata Natsir.

Menurut Natsir uang Rp 2,3 miliar itu diberikan ke tim auditor berasal dari uang iuran kontraktor. "Saya nggak tahu (sistem pengumpulannya) ya hanya disampaikan iuran dari para kontraktor yang ada temuan, dan sudah ada koordinasi di antara mereka," jelas Natsir.

Jaksa kemudian mengonfirmasi keterangan Natsir ke mantan Kasatker SPAM T Bandoso yang juga hadir di sidang terkait iuran kontraktor untuk tim auditor BPK guna menurunkan nilai temuan kerugian proyek SPAM Air Minum. Bandoso pun membenarkan keterangan Natsir itu, nanun Bandoso meluruskan kesepakatan antara tim auditor bukan Rp 2,3 miliar tapi Rp 5,5 miliar dan baru diserahkan Rp 3 miliar.

"Itu awal sekitar Januari 2017, setelah tim audit ada muncul temuan 35 itu, terus terang kami sangat kaget dengan temuan itu termasuk rekanan kami yang jadi objek pemeriksaan. Kemudian kami akhirnya ada pembicaraan dengan tim, turunlah (Rp) 5,5 (miliar) itu," ujar Bandoso.

Bandoso mengaku untuk menurunkan angka temuan kerugian dan memunculkan kesepakatan itu berawal dengan pertemuannya dengan Kasubdit BPK bernama Supriyadi. Bandoso mengaku meminta tolong ke Supriyadi agar bisa menurunkan temuan nilai kerugian BPK terkait proyek SPAM. Dalam pertemuan itu terjadi negosiasi hingga adanya kesepakatan angka Rp 5,5 miliar untuk tim auditor BPK.


"Jadi ada Pak Bowo itu salah satu konsultan (kontraktor) yang diperiksa (BPK), dia sampaikan ke saya bahwa itu bisa dibicarakan. Karena temuan 35 terlalu besar, jadi rekanan itu minta tolong ke saya untuk fasilitasi, sehingga saya ketemu dengan tim audit. Tapi nggak ketemu tim auditnya, ketemu Pak Kasubdit, Pak Supriyadi di atas tim auditor," kata Bandoso.
Baca juga:
Kasus Korupsi SPAM, Eks Anggota BPK Rizal Djalil Segera Disidang
"Pertemuan pertama saya hanya kenalan aja di salah satu hotel di sana. Nanti pertemuan kedua baru ada negosiasi. Pertemuan kedua dengan Anton dan salah satu tenaga ahli BPK, (negosiasi) akhirnya disepakati Rp 5,5 miliar," kata Bandoso.

Menurut Bandoso saat membahas kesepakatan uang, Supriyadi tidak ikut dalam pertemuan itu. Saat itu hanya ada Anton seorang Staf BPK dan seorang tenaga ahli BPK yang tidak diketahui namanya.

Bandoso mengaku setelah ada kesepakatan Rp 5,5 miliar itu uang yang dikumpulkan para kontraktor yang diperiksa BPK itu dikumpulkan oleh Yuliana Engganita kontraktor dari PT WKE. Namun, yang terkumpul baru Rp 3 miliar.

"Setelah sepakat. Saya sampaikan ke salah satu rekanan Bu Yuli dia yang koordinir teman-teman (kontraktor) yang ikut terperiksa, urunanlah setelah terkumpul baru dia serahkan (tim auditor) melalui Pak Bowo, yang terkumpul baru Rp 3 miliar," kata Bandoso.

"Itu uang untuk anggota BPK atau setor negara?" tanya jaksa.

"Yang ke tim. Kalau ke kas negara saya berapa kali tanya ke tim tanya Anto. Dia bilang tunggu LHP keluar," kata Bandoso.

"Setelah itu nggak ada panggilan BPK?" tanya jaksa lagi.

"Nggak ada. Karena LHP nggak keluar-keluar justru kami yang tanya-tanya," jelas Bandoso.

Dalam perkara ini duduk sebagai terdakwa adalah Rizal Djalil. Rizal didakwa menerima suap sebesar Rp 1,3 miliar terkait proyek pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM) di Kementerian PUPR dari mantan Komisaris Utama PT Minarta Dutahutama, Leonardo Jusminarta Prasetyo.

Jaksa menyebut Rizal Djalil selaku anggota BPK saat itu mengupayakan agar PT Minarta Dutahutama mendapat proyek di lingkungan Kementerian PUPR. Rizal juga mengenalkan Leonardo ke sejumlah pejabat PUPR, hingga akhirnya mendapat proyek pekerjaan konstruksi pengembangan JDU SPAM IKK Hongaria Paket 2 TA 2017-2018, yang lokasi pengerjaannya di wilayah Pulau Jawa meliputi Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Dalam kasus ini, Leonardo juga terdakwa dengan dakwaan yang terpisah dengan Rizal Djalim. Leonardo didakwa memberi suap USD 20 ribu dan SGD 100 ribu kepada mantan anggota IV Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Rizal Djalil. Dalam surat dakwaan Leonardo tidak hanya memberi fee ke Rizal Djalil tetapi juga sejumlah pejabat Kementerian PUPR antara lain Rahmat Budi Siswanto, Aryananda Sihombing, Rusdi, dan Suprayitno, Anggiat P Nahot Simaremare, Mochammad Natsir, dan M Sundoro alias Icun.

https://news.detik.com/berita/d-5320...ek-spam-pupr/2

Transaksi model ginian kalo di negeri Indonesia ane tercinta mungkin udah hal yg wajar dan sudah berlangsung lama.
Hampir di setiap lini praktek kaya ginian sering terjadi.
Slogan abadi"wani piro"mungkin adalah salam pembukaan utama di banding selamat pagi/siang/malam atau assalamualaikum di kalangan pihak2 wewenang terkait.emoticon-Leh Uga
Diubah oleh gabener.edan 04-01-2021 23:42
d112zaAvatar border
jims.bon007Avatar border
nowbitoolAvatar border
nowbitool dan 9 lainnya memberi reputasi
10
1.5K
18
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan