Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kutilkuda1202Avatar border
TS
kutilkuda1202
[CURHAT] Sering Disiksa dan Dikunci Di Kamar Mandi Oleh Ibu Kandung
NOTE: Semua kisah dalam thread ini merupakan kisah nyata relasi dari TS kutilkuda. Tidak ada rekayasa. Nama dan lokasi di samarkan demi kenyamanan narasumber. Komentar akan dibalas oleh narasumber 24 jam setelah thread di release bila dia berkenan.

"ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja
Selagi ayah disampingku ku dipuja, ku dimanja
Tapi bila ayah pergi ku dinista dan dicaci
Bagai anak tak berbakti, tiada menghirauku lagi....."


Setiap kali kita mendengarkan lagu "Ratapan Anak Tiri" yang sudah banyak dikenal masyarakat Indonesia sejak jaman penyanyi senior Ida Laila ini, kita pasti akan berpikir betapa menyedihkannya menjadi anak tiri. Kita langsung berasumsi bahwa ibu tiri itu pasti jahat dan tidak peduli dengan anak tirinya. 

Padahal, dalam kenyataannya... Ibu tiri tidak selalu jahat dan kejam. Banyak sekali ibu tiri yang sayang dan perhatian pada anak tirinya. Kita lihat saja jaman sekarang, ada Sarwendah dan putra nya Betrand Peto. Hal ini menjadikan kita sadar dan terinspirasi bahwa kebaikan hati tidak bergantung pada dia ibu tiri atau bukan. Tetapi semua tergantung pada isi dalam hati dan niat motivasi seseorang. Kalau memang isi lubuk hati nya jahat, meskipun dia seorang ibu kandung juga akan jahat. 

Berbicara ibu kandung yang jahat, aku jadi teringat dengan kisah hidupku. Kisah pilu yang terjadi enam tahun yang lalu. Kejadian menyakitkan yang harus dialami seorang anak perempuan yang masih duduk di kelas 3 SD. Saat aku menuliskan tulisan ini, aku bersekolah di SMK kelas X. 

Oya, perkenalkan namaku Erika.
Aku adalah anak tunggal yang terlahir dalam keluarga yang sangat sederhana, bahkan bisa dibilang miskin. Ayahku hanya seorang pedagang kerupuk keliling, sedangkan ibuku hanya buruh tukang cuci. Di saat aku masuk kelas 2 SD, ayah dan ibuku sering bertengkar. Pertengkaran mereka selalu berujung pada pertengkaran fisik seperti melempar gelas dan piring,  ayah menampar ibu, ibu memukul kepala ayah dengan benda. Sungguh tidak damai di rumah. Aku yang saat itu masih kelas 3 SD  tidak paham sebenarnya apa yang terjadi secara detail. Yang ku tahu, mereka bertengkar karena tidak ada uang. 

Singkat cerita, ayah pun meninggalkan kami. Ia pergi dari rumah setelah bertengkar hebat dan ibu memukul botol sirup yang tebal pada kepala ayah hingga berdarah. Ayah kesakitan dan pergi dari rumah. Sejak itulah, ibuku mulai berubah sikap. Ia menjadi ibu yang kejam bagiku. Entah mengapa dia selalu kasar padaku. 

Tetapi perilaku kasar dan tidak baik itu benar benar terasa saat aku kelas 3 SD. Setiap ibu pulang dari mencuci baju tetangga, ia selalu menyuruhku tidur. Bila tidak tidur siang, aku dihukum oleh ibu. Mulai di pukul, di cubit hingga merah atau kadang diguyur dengan gelas berisi air minum. 

Saat aku meminta jajan karena ada penjual makanan yang lewat, ibu akan marah dan memukulku hingga aku menangis. Aku ingat betul, saat aku ingin beli es krim keliling seharga Rp. 3.000,- . Ibu langsung marah memukulku dengan gagang sapu ijuk. Sakit sekali rasanya. Semenjak itu aku jadi takut untuk meminta sesuatu pada ibu. 

Suatu kali saat aku kelas 4 SD, aku diajak teman ku untuk bermain ke kebun tetangga. Di desaku, ada kebun salak dan sedang berbuah lebat. Saat itu temanku mengajakku mengambil buah itu dan dimakan bersama sama dengan teman. Saat sudah mengambil buah dan memakan bersama teman-teman, tiba tiba pemilik kebun tahu. Dia memarahi kami dan menjewer telinga kami. 

Ku pikir setelah dijewer semua akan berakhir. Ternyata, wanita tua itu melaporkan tingkah nakal kami pada ibuku. Saat ibuku tahu, aku ditarik dengan kasar. Dimarahi dan dibentak-bentak dengan kasar. Aku seperti hewan peliharaan yang tidak ada harganya. Di depan orang itu, ibuku memukul keras kakiku dengan batang bambu hingga merah. Wanita tua itupun pergi karena melihat respons ibuku yang keras memarahiku.

Aku menjerit menangis kesakitan. Setelah dipukuli, aku disuruh buka baju dan hanya menggunakan celana dan kaos dalam. Ia menarikku dengan kasar ke kamar mandi, aku di guyur sambil dipukuli di kamar mandi dengan air dingin. Aku sampai terisak tak bisa berkata-kata. Suaraku serak karena kesakitan. Setelah kedinginan dan kesakitan, aku dikunci di kamar mandi. Dan ditinggal ibu pergi. Kejadian itu terjadi di siang hari jam 11 Siang. 

Aku menangis minta dibukakan, tetapi tidak ada yang menolong. Aku kedinginan dan kesakitan. Hingga akhirnya aku lemas dan badanku terasa sakit. Sekitar malam hari, jam 7 malam. Ibuku pulang dan membuka pintu kamar mandi. Aku sudah benar benar lemas dan lapar. Ia menarikku dan ternyata badanku sudah tidak berdaya. Aku terjatuh dan jidat kepalaku terbentur tembok. Pandangan rasanya kabur dan lemas sekali. Aku akhirnya dibawa ke rumah sakit.

Semenjak kejadian itu, aku benar benar takut dengan ibu. Aku hanya bisa diam di rumah dan tidak mau bermain dengan siapapun. Pokoknya dipikiranku saat itu, kalau ibu pulang aku sudah tidur siang, dan saat ibu pulang di malam hari aku sudah mandi dan belajar. Entah hanya duduk di meja belajar, yang penting membuka buku. Berusaha menjauhi ibu dan tidak menjawab seadanya saja. Dan kebiasaan itu terus terjadi hingga saat aku lulus SD. 

Setelah lulus SD, aku diangkat anak oleh seorang pemimpin agama di kelurahan lain. Masih satu kecamatan tapi beda kelurahan. Aku disekolahkan dan disuruh tinggal jadi satu dengan keluarga itu. Keluarga itu memiliki anak laki laki yang berusia 15 tahun. Mereka benar benar menghargaiku dan merawatku seperti anak kandung mereka. 

Kakak angkatku yang berusia 15 tahun itu juga sangat menghormatiku. Ia seorang laki laki yang taat beribadah, dia juga sering bermain musik di acara ibadahnya. Ayah dan ibu angkat juga sangat baik kepadaku. Aku tidak pernah merasa kekurangan. Aku juga tidak pernah dihajar atau dikasar. Saat aku ingin sesuatu dan hanya melihat saja karena ada trauma untuk meminta, mereka peka dan langsung menanyakan padaku.

Saat aku ada salah, mereka tidak memaki dan menyiksaku. Mereka malah memberi tahu apa kesahalanku dan apa akibat dari kesalahanku. Mereka membimbingku untuk taat beribadah dan berusaha mengampuni memaafkan kesalahan orang tuaku. 

Jujur... 
Aku masih trauma dengan kekerasan fisik dan penyiksaan. Tetapi kebaikan hati keluarga angkatku, membuatku sadar bahwa segala sesuatu itu terpancar dari dalam hati. Mungkin isi hati ibuku penuh dendam dan kecewa, sehingga terlampiaskan padaku. Aku yang masih kecil hanya bisa merasakan sakit, tetapi itu semua efek dari isi hati ibuku yang keruh. 

Semoga kisah hidupku ini menjadi pembelajaran buat kita. Segala sesuatu yang buruk dari dalam isi hati kita, itu akan muncul juga ke perilaku kita. Jadi sebelum efek buruk itu menimpa orang lain, lebih baik kita perbaiki dulu isi hati kita dengan kebaikan. 

Sayangi orang orang disekitar kita, entah itu keluarga kandung atau bukan. Tetaplah berbuat baik.

Salam,

Erika
di kecamatan provinsi jawa tengah



Quote:


Quote:
Diubah oleh kutilkuda1202 02-01-2021 04:06
indrag057
tantinial26
rinandya
rinandya dan 14 lainnya memberi reputasi
15
2.8K
49
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan