JIbang_manAvatar border
TS
JIbang_man
Kenapa BANDUNG selalu kreatif? Kata om Dendy, ini sebabnya.

Dendy Darman adalah salah satu desainer yang konsisten dengan dunianya. Selepas lulus sekolah, ia merantau dari Makassar ke Bandung untuk belajar desain grafis di Institut Teknologi Bandung. Dendy mendirikan dan mengelola bisnis clothing UNKL, merancang interior juga membuat furnitur, hingga merancang-bangun properti.

Dendy Darman adalah sosok desainer grafis yang tidak mengenal batas kreativitas. Pria yang akrab disapa Om Dendy ini menjalani bisnisnya dengan alami, mengalir dan fleksibel. Tidak ada patokan harus melakukan suatu dengan cara tertentu. “Kami tidak merasa seperti menjalankan sebuah bisnis. Karena yang kami kerjakan adalah hal-hal yang dekat dengan keseharian seperti kaos, pakaian, atau furnitur. Dan kami melakukannya karena suka,” ujar Dendy. Ia bahkan terkadang merasa harus membuat karya walau hanya sebatas permintaan teman, demi menyalurkan hasrat desain grafisnya.


“Kalau di Bandung semua seperti sudah saling kenal atau cepat kenal. Kita nongkrong bareng, ngobrol sama-sama, saling berbagi apa saja. Misalnya kita sama-sama punya bisnis clothing. Lalu saya tanya di mana dia dapat bahan yang dia pakai, karena ternyata kainnya lebih bagus dan murah dari yang saya pakai. Pasti langsung dikasih tahu tempatnya. Hubungi si ini, konveksinya di daerah ini. Dia tidak merasa rugi memberi tahu orang lain,” jelas ayah dua anak ini. “Karena walaupun bahannya sama, konsep dan desainnya pasti berbeda. Jadi kita bersaing di jualan desain saja. Orang tinggal pilih mau yang mana,” tambah Dendy. Iklim kondusif dan hubungan baik sesama komunitas kreatif membuat Bandung lebih sigap dalam merespon perubahan. Dengan cepat mereka membuat hal-hal baru yang akan menjadi tren, atau mengemas tren itu dengan versi Bandung.

Dendy juga beranggapan luas kota Bandung yang tidak terlalu besar berpengaruh terhadap cepatnya sebuah proses kreatif bergulir. “Bandung itu kecil dan relatif tidak semacet Jakarta. Dalam sehari kita bisa meeting sampai lima tempat yang berjauhan. Di Jakarta? Susah,” ujar Dendy. Ia menngambil contoh dalam sebuah proses desain dan produksi yang pernah ia lakukan. “Pagi kita bertemu orang membahas ide untuk sebuah proyek. Siang bertemu orang dengan ide-ide lain. Selanjutnya kita mencari bahan atau material untuk ide yang pertama. Lalu mencari lagi di tempat berbeda, membandingkan harga dan sebagainya. Terakhir kita bertemu pihak ketiga untuk tempat produksinya. Keesokan harinya kita mengerjakan desain seharian, mungkin malamnya kita bisa meeting membahas kelanjutan ide kedua. Hari ketiga kita sudah bisa memulai proses produksi dan begitu seterusnya,” cerita Dendy yang didasari oleh pengalamannya sendiri.
Dengan kata lain, ia menjelaskan, di Bandung, proses dari gagasan menjadi produk relatif lebih singkat. “Itu sebabnya Bandung disebut kreatif,” tegasnya. Konsumen di Bandung pun cenderung terbuka dan mengapresiasi hal baru dengan positif. Mereka turut andil membesarkan dan bangga dengan produk lokalnya.

Sumber. 
tien212700
phyu.03
orgbekasi67
orgbekasi67 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
880
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan