- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Disuntik Rp 3,65 triliun, PT MRT Kejar Target Proyek Bundaran HI-Harmoni


TS
wismangan
Disuntik Rp 3,65 triliun, PT MRT Kejar Target Proyek Bundaran HI-Harmoni
JAKARTA, Investor.id - PT MRT Jakarta (Perseroda) akan menggunakan dana suntikan modal dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta senilai Rp 3,65 triliun untuk merampungkan proyek mass rapid transit (MRT) Fase 2A Segmen 1 (Bundaran HI-Harmoni) pada Maret 2025 dan Fase 2A Segmen 2 (Harmoni-Kota) pada Agustus 2027. “Prioritas kami tahun depan adalah melanjutkan Fase 2. Tahun depan akan ada sekitar Rp 3,65 triliun yang akan kita serap atau kita pakai. Dana itu berasal dari penyertaan modal Pemprov DKI Jakarta,” kata Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar dalam media visit PT MRT Jakarta ke BeritaSatu Media Holdings (BSMH) secara virtual di Jakarta, Selasa (22/12/2020). William menambahkan, penyertaan modal dari Pemprov DKI Jakarta senilai Rp 3,65 triliun bakal diperoleh MRT pada 2021.
Menurut William Sabandar, pihaknya memprioritaskan percepatan proyek pembangunan MRT Jakarta Fase 2A senilai Rp 22,5 triliun pada tahun depan. Hal itu guna mengejar target penyelesaian Fase 2A Segmen 1 (Bundaran HI-Harmoni) pada Maret 2025 dan Fase 2A Segmen 2 (Harmoni-Kota) pada Agustus 2027. Dia mengungkapkan, proyek pembangunan MRT Jakarta Fase 2A dibagi dalam dua segmen, yakni Segmen 1 dari Bundaran HI-Harmoni dan Segmen 2 dari Harmoni-Kota. Adapun Segmen 1 ditargetkan tuntas pada Maret 2025 dan Segmen 2 diproyeksikan selesai pada Agustus 2027. Saat ini, progres pengerjaan Fase 2A mencapai 9,2%. “Akibat pandemi Covid-19 memang sedikit mengalami penundaan, namun target penyelesaian Bundaran HI- Harmoni operasi pada Maret 2025 serta Harmoni-Kota pada Agustus 2027 akan tercapai,” ujar dia. Selain mendorong percepatan penyelesaian proyek, kata William, pihaknya fokus melanjutkan pengerjaan MRT Jakarta Fase 2A dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional pascapandemi Covid-19.
Tumbuh Berkelanjutan Tahun depan, menurut William Sabandar, PT MRT Jakarta mengusung tema Reviving and Growing Sustainability. Tema tersebut diambil dengan harapan PT MRT Jakarta bisa tumbuh berkelanjutan setelah mampu bertahan di masa pandemi Covid-19. “Kami mulai memperkenalkan tema berkelanjutan karena pandemi ini mengajarkan banyak hal. Ketika perusahaan bisa bertahan, salah satu contoh adalah yang kami lakukan saat ini, maka ini pondasi yang bagus untuk tumbuh berkelanjutan,” tutur dia. William menjelaskan, seperti banyak perusahaan transportasi lainnya, PT MRT Jakarta turut terdampak pandemi dengan menurunnya volume penumpang menjadi rata-rata 27.000 penumpang per hari sepanjang tahun ini. Padahal pada awal 2020, BUMD tersebut melayani rata-rata 88.000 penumpang per hari. Realisasi rata-rata jumlah penumpang tersebut jauh di bawah target perusahaan tahun ini sebanyak 100.000 penumpang per hari. Dia mengatakan, dari sisi pendapatan di sektor penumpang pun ditaksir hanya meraih Rp 90 miliar sepanjang tahun ini. Adapun perolehan subsidi dari Pemprov DKI Jakarta tahun ini diperkirakan sekitar Rp 500-600 miliar dari rencana semula Rp 900 miliar. Karena itu, kata William, pihaknya mendorong pemasukan di luar penumpang, seperti iklan hingga hak penamaan stasiun. Pendapatan selain penumpang bisa menyentuh angka Rp 460 miliar. Guna mengimbangi berkurangnya pendapatan, kata William Sabandar, PT MRT Jakarta juga melakukan efisiensi. Pasalnya, biaya operasional perusahaan pada 2020 ditaksir mencapai Rp 1,5 triliun. Karena itu, perusahaan berupaya agar biaya operasional turun menjadi Rp 1 triliun. “Biaya operasi kami seharusnya Rp 1,5 triliun. Tapi kami efisienkan. Kami melakukan penghematan di segala bidang. Jadi, kegiatan yang bisa ditunda tahun ini, kami tunda untuk tahun depan. Kami save Rp 500 miliar, diefisienkan agar cashflow positif tahun ini,” papar William. Kendati demikian, William menekankan, efisiensi perusahaan tak sampai memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan PT MRT Jakarta. Bahkan, hak-hak para pekerjanya tetap dipenuhi. Langkah efisiensi juga tidak mengorbankan layanan kepada para penumpang. William mengharapkan pandemi bisa berlalu dan kembali mengangkat bisnis PT MRT Jakarta, khususnya dari sektor penumpang. Pada 2021, PT MRT Jakarta memproyeksikan bisa melayani rata-rata 65.000 penumpang per hari.
William Sabandar mengemukakan, PT MRT Jakarta juga terus fokus mengintegrasikan layanan transportasi di Jabodetabek bersama PT Kereta Api Indonesia (Persero). Kedua perusahaan sudah membentuk anak usaha bernama PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ). Anak perusahaan tersebut mengemban tugas melakukan revitaliasi sejumlah stasiun kereta rel listrik (KRL) di Jabodetabek, dan kemudian nantinya mengelola stasiun-stasiun tersebut. Dia menjelaskan, pada tahap pertama sudah ada empat stasiun yang selesai direvitalisasi, yakni Stasiun Tanah Abang, Sudirman, Senen, Juanda. Saat ini sedang dilakukan revitalisasi di lima stasiun, yaitu Stasiun Gondangdia, Manggarai, Palmerah, Tebet, dan Stasiun Kota. Terkait integrasi transportasi tersebut, kata William, pihaknya mengharapkan sinergi antara pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta dalam pengambilan keputusan. “Pengintegrasian transportasi ini membutuhkan regulasi yang boleh dikatakan tunggal. Kami sangat harapkan sinergi pengambilan keputusan,” papar William.
Jalur MRT Baru Menurut William Sabandar, PT MRT Jakarta juga terus menyiapkan pengembangan jalur-jalur MRT lainnya, baik di Jakarta maupun Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek). Dalam rencana induknya ada sekitar 425 km jalur MRT di Jabodetabek yang bakal dibangun. Sekitar 235 km di antaranya berada di wilayah Jakarta. William menambahkan, jalur MRT sepanjang 235 km di Jakarta ditargetkan selesai dibangun pada 2030. Sedangkan secara menyeluruh sepanjang 425 km diperkirakan baru bisa terwujud pada 2040-2045. Selain Fase 2A dan Fase 2B yang menuju Ancol Barat, kata dia, PT MRT Jakarta bersama regulator tengah merencanakan pembangunan MRT Jakarta Fase 3 dari Ujung Menteng-Kalideres. PT MRT Jakarta pun akan memperkenalkan rencana pembangunan trayek MRT Fatmawati – Taman Mini yang akan disebut Fase 4. “Selain menyiapkan MRT Timur-Barat, kami sedang introduce satu lagi, yakni Fatmawati ke Taman Mini. Agar bisa sesuai target, semua ini harus berjalan paralel,” tandas dia. William menuturkan, sumber pendanaan proyek-proyek MRT selanjutnya akan dilakukan dengan model pembiayaan yang lebih kreatif. Karena itu, sebagai salah satu solusi pembiayaan, William mengharapkan PT MRT Jakarta juga diberikan kewenangan untuk mendapatkan pinjaman langsung. “Hal ini sangat kami perlukan karena kita tahu betul keterbatasan dana APBN. Jadi, kami berharap MRT dapat diberikan satu kewenangan untuk melakukan pinjaman atau pinjaman langsung seperti yang dilakukan di India. Itu memungkinkan akselerasi pembangunan infrastruktur lebih cepat,” ucap dia.
https://investor.id/business/disunti...aran-hiharmoni
Kebut terus
Menurut William Sabandar, pihaknya memprioritaskan percepatan proyek pembangunan MRT Jakarta Fase 2A senilai Rp 22,5 triliun pada tahun depan. Hal itu guna mengejar target penyelesaian Fase 2A Segmen 1 (Bundaran HI-Harmoni) pada Maret 2025 dan Fase 2A Segmen 2 (Harmoni-Kota) pada Agustus 2027. Dia mengungkapkan, proyek pembangunan MRT Jakarta Fase 2A dibagi dalam dua segmen, yakni Segmen 1 dari Bundaran HI-Harmoni dan Segmen 2 dari Harmoni-Kota. Adapun Segmen 1 ditargetkan tuntas pada Maret 2025 dan Segmen 2 diproyeksikan selesai pada Agustus 2027. Saat ini, progres pengerjaan Fase 2A mencapai 9,2%. “Akibat pandemi Covid-19 memang sedikit mengalami penundaan, namun target penyelesaian Bundaran HI- Harmoni operasi pada Maret 2025 serta Harmoni-Kota pada Agustus 2027 akan tercapai,” ujar dia. Selain mendorong percepatan penyelesaian proyek, kata William, pihaknya fokus melanjutkan pengerjaan MRT Jakarta Fase 2A dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional pascapandemi Covid-19.
Tumbuh Berkelanjutan Tahun depan, menurut William Sabandar, PT MRT Jakarta mengusung tema Reviving and Growing Sustainability. Tema tersebut diambil dengan harapan PT MRT Jakarta bisa tumbuh berkelanjutan setelah mampu bertahan di masa pandemi Covid-19. “Kami mulai memperkenalkan tema berkelanjutan karena pandemi ini mengajarkan banyak hal. Ketika perusahaan bisa bertahan, salah satu contoh adalah yang kami lakukan saat ini, maka ini pondasi yang bagus untuk tumbuh berkelanjutan,” tutur dia. William menjelaskan, seperti banyak perusahaan transportasi lainnya, PT MRT Jakarta turut terdampak pandemi dengan menurunnya volume penumpang menjadi rata-rata 27.000 penumpang per hari sepanjang tahun ini. Padahal pada awal 2020, BUMD tersebut melayani rata-rata 88.000 penumpang per hari. Realisasi rata-rata jumlah penumpang tersebut jauh di bawah target perusahaan tahun ini sebanyak 100.000 penumpang per hari. Dia mengatakan, dari sisi pendapatan di sektor penumpang pun ditaksir hanya meraih Rp 90 miliar sepanjang tahun ini. Adapun perolehan subsidi dari Pemprov DKI Jakarta tahun ini diperkirakan sekitar Rp 500-600 miliar dari rencana semula Rp 900 miliar. Karena itu, kata William, pihaknya mendorong pemasukan di luar penumpang, seperti iklan hingga hak penamaan stasiun. Pendapatan selain penumpang bisa menyentuh angka Rp 460 miliar. Guna mengimbangi berkurangnya pendapatan, kata William Sabandar, PT MRT Jakarta juga melakukan efisiensi. Pasalnya, biaya operasional perusahaan pada 2020 ditaksir mencapai Rp 1,5 triliun. Karena itu, perusahaan berupaya agar biaya operasional turun menjadi Rp 1 triliun. “Biaya operasi kami seharusnya Rp 1,5 triliun. Tapi kami efisienkan. Kami melakukan penghematan di segala bidang. Jadi, kegiatan yang bisa ditunda tahun ini, kami tunda untuk tahun depan. Kami save Rp 500 miliar, diefisienkan agar cashflow positif tahun ini,” papar William. Kendati demikian, William menekankan, efisiensi perusahaan tak sampai memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan PT MRT Jakarta. Bahkan, hak-hak para pekerjanya tetap dipenuhi. Langkah efisiensi juga tidak mengorbankan layanan kepada para penumpang. William mengharapkan pandemi bisa berlalu dan kembali mengangkat bisnis PT MRT Jakarta, khususnya dari sektor penumpang. Pada 2021, PT MRT Jakarta memproyeksikan bisa melayani rata-rata 65.000 penumpang per hari.
William Sabandar mengemukakan, PT MRT Jakarta juga terus fokus mengintegrasikan layanan transportasi di Jabodetabek bersama PT Kereta Api Indonesia (Persero). Kedua perusahaan sudah membentuk anak usaha bernama PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ). Anak perusahaan tersebut mengemban tugas melakukan revitaliasi sejumlah stasiun kereta rel listrik (KRL) di Jabodetabek, dan kemudian nantinya mengelola stasiun-stasiun tersebut. Dia menjelaskan, pada tahap pertama sudah ada empat stasiun yang selesai direvitalisasi, yakni Stasiun Tanah Abang, Sudirman, Senen, Juanda. Saat ini sedang dilakukan revitalisasi di lima stasiun, yaitu Stasiun Gondangdia, Manggarai, Palmerah, Tebet, dan Stasiun Kota. Terkait integrasi transportasi tersebut, kata William, pihaknya mengharapkan sinergi antara pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta dalam pengambilan keputusan. “Pengintegrasian transportasi ini membutuhkan regulasi yang boleh dikatakan tunggal. Kami sangat harapkan sinergi pengambilan keputusan,” papar William.
Jalur MRT Baru Menurut William Sabandar, PT MRT Jakarta juga terus menyiapkan pengembangan jalur-jalur MRT lainnya, baik di Jakarta maupun Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek). Dalam rencana induknya ada sekitar 425 km jalur MRT di Jabodetabek yang bakal dibangun. Sekitar 235 km di antaranya berada di wilayah Jakarta. William menambahkan, jalur MRT sepanjang 235 km di Jakarta ditargetkan selesai dibangun pada 2030. Sedangkan secara menyeluruh sepanjang 425 km diperkirakan baru bisa terwujud pada 2040-2045. Selain Fase 2A dan Fase 2B yang menuju Ancol Barat, kata dia, PT MRT Jakarta bersama regulator tengah merencanakan pembangunan MRT Jakarta Fase 3 dari Ujung Menteng-Kalideres. PT MRT Jakarta pun akan memperkenalkan rencana pembangunan trayek MRT Fatmawati – Taman Mini yang akan disebut Fase 4. “Selain menyiapkan MRT Timur-Barat, kami sedang introduce satu lagi, yakni Fatmawati ke Taman Mini. Agar bisa sesuai target, semua ini harus berjalan paralel,” tandas dia. William menuturkan, sumber pendanaan proyek-proyek MRT selanjutnya akan dilakukan dengan model pembiayaan yang lebih kreatif. Karena itu, sebagai salah satu solusi pembiayaan, William mengharapkan PT MRT Jakarta juga diberikan kewenangan untuk mendapatkan pinjaman langsung. “Hal ini sangat kami perlukan karena kita tahu betul keterbatasan dana APBN. Jadi, kami berharap MRT dapat diberikan satu kewenangan untuk melakukan pinjaman atau pinjaman langsung seperti yang dilakukan di India. Itu memungkinkan akselerasi pembangunan infrastruktur lebih cepat,” ucap dia.
https://investor.id/business/disunti...aran-hiharmoni
Kebut terus


tien212700 memberi reputasi
1
562
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan