- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
KOIN # CHAPTER II - MASA YANG LALU


TS
iu.eiendiai
KOIN # CHAPTER II - MASA YANG LALU
------------ Tiga Tahun Yang Lalu ------------
Dibukanya gelombang ke-II dari dua hari yang lalu untuk pendaftaran sekolah menengah atas, membuat lapangan yang berada ditengah-tengah gedung sekolah SMA 01 Jakarta itu masih penuh sesak dengan orang-orang tua dan anak-anak mereka. Ara yang telah diterima pada gelombang pertama, hari ini datang ke sekolah karena mendapatkan jadwal untuk penyerahan berkas lanjutan dan registrasi pendaftaran ulang. Saat berbaris pada antrian, Seseorang menyoleknya dari arah samping. Dan Ara sangat mengenali orang itu “Oris ...?” sapa Ara heran “Lu disini ?”
“Iya, gue masuk disini Ra, hehe ...”
“Ooh iya ...?”
“Haaaahh ... akhirnya dapet negeri juga gue”
“Loh emang gimana ?”
“Kemaren gue diajak sama oncom noh, daftar di SMA 31. Ga masuk ternyata”
“Arrraaaaaaaaa ...,” sapa Anita yang baru datang dari arah koperasi, senang ketika melihat ada orang yang dia kenal, teriakan suaranya mengundang perhatian orang-orang disekeliling mereka. “Lu masuk sini juga, ambil jurusan apa ?”
“Iya, ambil Akuntansi”
“Iiihhh ... senengnya, gue keterima dijurusan Pariwisata”
“Waaaa ... enak juga, banyak jalan-jalannya”
“Jalan-jalan pake duit dong ...” gerutu Anita
“Bersyukur lu bisa masuk negeri” omel Oris pada Anita
“Iya Ra, gue tu kemaren daftar di 31 ga masuk, huhuhu ...,” ucap Anita “Ada yang bilang suruh coba ke sini. Trus gue daftar dihari ketiga kan, ngambil jurusan AK sama kayak elu, tapi nama gue kepental juga kemaren. Untung dibuka gelombang ke-II, jadi gue ama combro ni ... daftar lagi dan yang masih banyak slotnya jurusan UJP. Yaaahh ... yang penting negeri dah gue mah” lanjut ceritanya
“Milih masuk 31 ?, lu sih ngeyel kalo dibilangin” potong Oris
“Ngeyel ga ngeyel tetep out combro ...,” Anita emosi membalas ucapan Oris “orang nem lu kecil”
“Kayak nem lu gede aja Nit ... Nit” Oris tak mau kalah
“Yaudah berarti nem gue yang gede ya ...” Ara ikut perdebatan mereka
“Shhooommmbong amat !!!” Anita dan Oris merespon perkataan Ara bersama-sama
“Hahahahahahaha ...” gelak tawa mereka tidak mengindahkan keramaian diantara puluhan orang yang berkumpul ditengah lapangan itu, karena lama tidak bertemu, mereka asik saling bercerita dan bercanda.
------------
“Ra, Ara ...,” suara Ibu membuyarkan lamunan Ara yang mengingat-ingat awal pertemanannya mulai terjalin kembali bersama Oris dan Anita di SMA 01 Jakarta setelah lulus dari SMP yang sama. “Makan dulu Ra” lanjut Ibu
“Iya Bu sebentar, Ara lagi ngerapihin buku ...”
Malam semakin larut, ketika semua keperluan sekolah sudah selesai dipersiapkan untuk dibawa esok hari dan telah selesai makan, juga bersih-bersih, kemudian Ara bergegas untuk tidur.
Paginya saat Ara memasukin gerbang sekolah terdengar teriakan suara Oris “Ra, Ara ... Ara ...” yang diiringi larinya dari arah mushollah menghampiri Ara, “Pagi Ara ... ?” sapa Oris sambil tersenyum manis setelah tiba dihadapan Ara.
Dengan mimik wajah datar dan dingin, Ara membalas ucapannya “jangan teriak-teriak ih”
“Kenapa ?” tanya Oris
“Berasa lagi dihutan !” ucap Ara yang terdengar judes. Sikap Ara yang jarang bicara dan pendiam, membuat kebanyakan orang menganggap Ara jutek.
“Yang dihutan itu bunyinya Aauuuooooooo ...”
“Heeeiiiiimmmffff ...” hela nafas Ara, yang tidak bisa berkata-kata lagi
“Gimana Raaaa ... Ra, Ra, Ra”
“Hih, berisik dah lu”
“Raaa ...”
Ara menghentikan langkah kakinya, diikuti Oris yang turut menghentikan langkahnya juga dan berada tepat disamping Ara. “Kalo gue grogi gimana, trus kalo gue gemeteran gimana, trus ntar gue keringetan gimana, ntar tuh malah ngerusak acaranya Ris, ih binggung gue” cerocos Ara yang benar-benar sedang gelisah
“Lu kan pernah juara 1 lomba nyanyi Ra”
“Tapikan lu tau gimana gue ...” kemudian Ara teringat masa lalunya
------------ 6 Tahun Yang Lalu ------------
Spanduk bertuliskan “PENTAS SENI MALAM PUNCAK PENGHARGAAN TINGKAT NASIONAL TAHUN 2014” dipintu masuk alun-alun kota Jakarta juga umbul-umbul dengan warna warni ikut meramaikan suasana disana.
Acara yang menampilkan segala macam kesenian mulai dari tari tradisional atau modern, pencak silat, puisi, bernyanyi sampai dengan teater, juga penyerahan berbagai macam kategori masih berjalan dengan baik dari sore ini dan dalam suasana meriah. Saat waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB, yang kemudian pembawa acara membacakan ... “Acara selanjutnya yaitu penerima penghargaan untuk kategori penyanyi pemula wanita terbaik tingkat nasional adalah Az Zahra, atas waktunya kami persilahkan, yang kemudian dilanjutkan penampilan darinya dengan lagu yang dipopulerkan oleh Raisa yang berjudul Apalah Arti Menunggu.”
Suara tepuk tangan mengiringi Ara menaiki atas panggung. Dan setelah menerima trofi Ara bersiap untuk performnya. Dimulai dari alunan denting piano yang dimainkan dengan baik oleh jari-jemari Ara, perlahan suara merdu keluar dari bibir Ara dengan penghayatan yang dalam, membawa para hadirin ikut menikmati lagu tersebut.
♪♫ Telah lama aku bertahan ♪♫
Demi cinta wujudkan sebuah harapan
Namun ku rasa cukup ku menunggu
Semua rasa tlah hilang
Sekarang aku tersadar
Cinta yang ku tunggu tak kunjung datang
Apalah arti aku menunggu
Bila kamu tak cinta lagi
Namun ku rasa cukup ku menunggu
Semua rasa tlah hilang
Dahulu kaulah segalanya
Dahulu hanya dirimu yang ada di hatiku
Namun sekarang aku mengerti
♪♫ Tak perlu ku menunggu sebuah cinta yang sama ♪♫
Sampai pada akhir lagu yang dibawakan Ara dan tepuk tangan yang meriah dari para hadirin sebagai penutupnya. Acara demi acara telah ditampilkan oleh masing-masing peserta dengan baik, sehingga acara berakhir dengan lancar.
------------
“Ra ... ya Ra ...” Oris yang sedari tadi memohon Ara untuk bisa membantunya mengisi acara menjadi pengganti bintang tamu yang batal mengisi acara pensi sekolah. Tiba-tiba tangan seseorang merangkulnya dari arah belakang bahu Oris, seketika Oris menoleh, “weehhh ... tumben lu Bang dah sampe” ucap Oris kepada Saga
Dan Saga tertegun setelah melihat orang yang sedang diajak bicara oleh Oris “Oo !” ucapnya yang tertahan.
------------ Lima Bulan Yang Lalu ------------
Pagi ini ketika rintik-rintik hujan membasahi atap-atap rumah, pohon-pohon, dan jalan-jalan tidak menghalangi orang-orang yang akan beraktifitas, keramaian pada perempatan jalan yang dilalui Ara menuju sekolah tidak mengalami perubahan, kendaraan angkot-angkot, motor, dan mobil pribadi tetap melintas jalan raya tersebut seperti biasanya dan sedikit tersendat.
Ara dan beberapa orang menunggu lampu merah dan kendaraan berhenti agar dapat menyebrangi jalan itu. Tidak jauh dari tempat berdiri Ara, keluarlah satu siswa dan satu siswi turun dari angkutan umum tersebut, mereka lari menghampiri pohon untuk berteduh karena tidak membawa payung atau jas hujan. Ara yang tanpa sengaja mengamati siswa dan siswi itu, akhirnya menghampiri mereka.
“Ga bawa payung ya?” sapa Ara kepada siswi tersebut
“Ga bawa nih, hehe ...”
“Sekolah di SMA 01 sini ?, Mau bareng ?”
Sekolah dan rumah Ara hanya berjarak 1 km, biasanya Ara pergi dan pulang sekolang hanya berjalan kaki yang melewati kawasan ruko-ruko dan rumah-rumah warga.
“Iya, boleh nebeng ya ?” ucap siswi itu
“Iya ayo ...” balas Ara sambil senyum
“Gue duluan yak” ucap siswi itu kepada siswa yang bersamaan turun dari angkutan umum tadi
“Itu temennya Ka ?” tanya Ara
“Iya”
“Mau pake jaket aku ?” Ara yang juga memakai jake parasut, mencoba menawarkan kepadanya
“Ehh ... boleh ?” Siswa itu berkata kepada Ara
“Boleh, pake aja nih” sambil menyerahkan jaket yang Ara kenakan.
Setibanya digedung sekolah “Makasih ya Ara ...” ucap siswi itu, yang selama diperjalan mereka saling bercakap-cakap, siswi itu ternyata merupakan tingkat tiga disekolah Ara.
“Sama-sama Kak Rania”
“Makasih Ara ...” juga ucap siswa dengan senyum ramahnya yang meminjam jaket sambil menyerahkannya kepada Ara.
“Iya, sama-sama Kak”
------------
Saga yang tertegun karena memandang wajah Ara teringat pernah dipinjamkan jaket olehnya.
sampai jumpa di CHAPTER III - MENDEKAT
Dibukanya gelombang ke-II dari dua hari yang lalu untuk pendaftaran sekolah menengah atas, membuat lapangan yang berada ditengah-tengah gedung sekolah SMA 01 Jakarta itu masih penuh sesak dengan orang-orang tua dan anak-anak mereka. Ara yang telah diterima pada gelombang pertama, hari ini datang ke sekolah karena mendapatkan jadwal untuk penyerahan berkas lanjutan dan registrasi pendaftaran ulang. Saat berbaris pada antrian, Seseorang menyoleknya dari arah samping. Dan Ara sangat mengenali orang itu “Oris ...?” sapa Ara heran “Lu disini ?”
“Iya, gue masuk disini Ra, hehe ...”
“Ooh iya ...?”
“Haaaahh ... akhirnya dapet negeri juga gue”
“Loh emang gimana ?”
“Kemaren gue diajak sama oncom noh, daftar di SMA 31. Ga masuk ternyata”
“Arrraaaaaaaaa ...,” sapa Anita yang baru datang dari arah koperasi, senang ketika melihat ada orang yang dia kenal, teriakan suaranya mengundang perhatian orang-orang disekeliling mereka. “Lu masuk sini juga, ambil jurusan apa ?”
“Iya, ambil Akuntansi”
“Iiihhh ... senengnya, gue keterima dijurusan Pariwisata”
“Waaaa ... enak juga, banyak jalan-jalannya”
“Jalan-jalan pake duit dong ...” gerutu Anita
“Bersyukur lu bisa masuk negeri” omel Oris pada Anita
“Iya Ra, gue tu kemaren daftar di 31 ga masuk, huhuhu ...,” ucap Anita “Ada yang bilang suruh coba ke sini. Trus gue daftar dihari ketiga kan, ngambil jurusan AK sama kayak elu, tapi nama gue kepental juga kemaren. Untung dibuka gelombang ke-II, jadi gue ama combro ni ... daftar lagi dan yang masih banyak slotnya jurusan UJP. Yaaahh ... yang penting negeri dah gue mah” lanjut ceritanya
“Milih masuk 31 ?, lu sih ngeyel kalo dibilangin” potong Oris
“Ngeyel ga ngeyel tetep out combro ...,” Anita emosi membalas ucapan Oris “orang nem lu kecil”
“Kayak nem lu gede aja Nit ... Nit” Oris tak mau kalah
“Yaudah berarti nem gue yang gede ya ...” Ara ikut perdebatan mereka
“Shhooommmbong amat !!!” Anita dan Oris merespon perkataan Ara bersama-sama
“Hahahahahahaha ...” gelak tawa mereka tidak mengindahkan keramaian diantara puluhan orang yang berkumpul ditengah lapangan itu, karena lama tidak bertemu, mereka asik saling bercerita dan bercanda.
------------
“Ra, Ara ...,” suara Ibu membuyarkan lamunan Ara yang mengingat-ingat awal pertemanannya mulai terjalin kembali bersama Oris dan Anita di SMA 01 Jakarta setelah lulus dari SMP yang sama. “Makan dulu Ra” lanjut Ibu
“Iya Bu sebentar, Ara lagi ngerapihin buku ...”
Malam semakin larut, ketika semua keperluan sekolah sudah selesai dipersiapkan untuk dibawa esok hari dan telah selesai makan, juga bersih-bersih, kemudian Ara bergegas untuk tidur.
Paginya saat Ara memasukin gerbang sekolah terdengar teriakan suara Oris “Ra, Ara ... Ara ...” yang diiringi larinya dari arah mushollah menghampiri Ara, “Pagi Ara ... ?” sapa Oris sambil tersenyum manis setelah tiba dihadapan Ara.
Dengan mimik wajah datar dan dingin, Ara membalas ucapannya “jangan teriak-teriak ih”
“Kenapa ?” tanya Oris
“Berasa lagi dihutan !” ucap Ara yang terdengar judes. Sikap Ara yang jarang bicara dan pendiam, membuat kebanyakan orang menganggap Ara jutek.
“Yang dihutan itu bunyinya Aauuuooooooo ...”
“Heeeiiiiimmmffff ...” hela nafas Ara, yang tidak bisa berkata-kata lagi
“Gimana Raaaa ... Ra, Ra, Ra”
“Hih, berisik dah lu”
“Raaa ...”
Ara menghentikan langkah kakinya, diikuti Oris yang turut menghentikan langkahnya juga dan berada tepat disamping Ara. “Kalo gue grogi gimana, trus kalo gue gemeteran gimana, trus ntar gue keringetan gimana, ntar tuh malah ngerusak acaranya Ris, ih binggung gue” cerocos Ara yang benar-benar sedang gelisah
“Lu kan pernah juara 1 lomba nyanyi Ra”
“Tapikan lu tau gimana gue ...” kemudian Ara teringat masa lalunya
------------ 6 Tahun Yang Lalu ------------
Spanduk bertuliskan “PENTAS SENI MALAM PUNCAK PENGHARGAAN TINGKAT NASIONAL TAHUN 2014” dipintu masuk alun-alun kota Jakarta juga umbul-umbul dengan warna warni ikut meramaikan suasana disana.
Acara yang menampilkan segala macam kesenian mulai dari tari tradisional atau modern, pencak silat, puisi, bernyanyi sampai dengan teater, juga penyerahan berbagai macam kategori masih berjalan dengan baik dari sore ini dan dalam suasana meriah. Saat waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB, yang kemudian pembawa acara membacakan ... “Acara selanjutnya yaitu penerima penghargaan untuk kategori penyanyi pemula wanita terbaik tingkat nasional adalah Az Zahra, atas waktunya kami persilahkan, yang kemudian dilanjutkan penampilan darinya dengan lagu yang dipopulerkan oleh Raisa yang berjudul Apalah Arti Menunggu.”
Suara tepuk tangan mengiringi Ara menaiki atas panggung. Dan setelah menerima trofi Ara bersiap untuk performnya. Dimulai dari alunan denting piano yang dimainkan dengan baik oleh jari-jemari Ara, perlahan suara merdu keluar dari bibir Ara dengan penghayatan yang dalam, membawa para hadirin ikut menikmati lagu tersebut.
♪♫ Telah lama aku bertahan ♪♫
Demi cinta wujudkan sebuah harapan
Namun ku rasa cukup ku menunggu
Semua rasa tlah hilang
Sekarang aku tersadar
Cinta yang ku tunggu tak kunjung datang
Apalah arti aku menunggu
Bila kamu tak cinta lagi
Namun ku rasa cukup ku menunggu
Semua rasa tlah hilang
Dahulu kaulah segalanya
Dahulu hanya dirimu yang ada di hatiku
Namun sekarang aku mengerti
♪♫ Tak perlu ku menunggu sebuah cinta yang sama ♪♫
Sampai pada akhir lagu yang dibawakan Ara dan tepuk tangan yang meriah dari para hadirin sebagai penutupnya. Acara demi acara telah ditampilkan oleh masing-masing peserta dengan baik, sehingga acara berakhir dengan lancar.
------------
“Ra ... ya Ra ...” Oris yang sedari tadi memohon Ara untuk bisa membantunya mengisi acara menjadi pengganti bintang tamu yang batal mengisi acara pensi sekolah. Tiba-tiba tangan seseorang merangkulnya dari arah belakang bahu Oris, seketika Oris menoleh, “weehhh ... tumben lu Bang dah sampe” ucap Oris kepada Saga
Dan Saga tertegun setelah melihat orang yang sedang diajak bicara oleh Oris “Oo !” ucapnya yang tertahan.
------------ Lima Bulan Yang Lalu ------------
Pagi ini ketika rintik-rintik hujan membasahi atap-atap rumah, pohon-pohon, dan jalan-jalan tidak menghalangi orang-orang yang akan beraktifitas, keramaian pada perempatan jalan yang dilalui Ara menuju sekolah tidak mengalami perubahan, kendaraan angkot-angkot, motor, dan mobil pribadi tetap melintas jalan raya tersebut seperti biasanya dan sedikit tersendat.
Ara dan beberapa orang menunggu lampu merah dan kendaraan berhenti agar dapat menyebrangi jalan itu. Tidak jauh dari tempat berdiri Ara, keluarlah satu siswa dan satu siswi turun dari angkutan umum tersebut, mereka lari menghampiri pohon untuk berteduh karena tidak membawa payung atau jas hujan. Ara yang tanpa sengaja mengamati siswa dan siswi itu, akhirnya menghampiri mereka.
“Ga bawa payung ya?” sapa Ara kepada siswi tersebut
“Ga bawa nih, hehe ...”
“Sekolah di SMA 01 sini ?, Mau bareng ?”
Sekolah dan rumah Ara hanya berjarak 1 km, biasanya Ara pergi dan pulang sekolang hanya berjalan kaki yang melewati kawasan ruko-ruko dan rumah-rumah warga.
“Iya, boleh nebeng ya ?” ucap siswi itu
“Iya ayo ...” balas Ara sambil senyum
“Gue duluan yak” ucap siswi itu kepada siswa yang bersamaan turun dari angkutan umum tadi
“Itu temennya Ka ?” tanya Ara
“Iya”
“Mau pake jaket aku ?” Ara yang juga memakai jake parasut, mencoba menawarkan kepadanya
“Ehh ... boleh ?” Siswa itu berkata kepada Ara
“Boleh, pake aja nih” sambil menyerahkan jaket yang Ara kenakan.
Setibanya digedung sekolah “Makasih ya Ara ...” ucap siswi itu, yang selama diperjalan mereka saling bercakap-cakap, siswi itu ternyata merupakan tingkat tiga disekolah Ara.
“Sama-sama Kak Rania”
“Makasih Ara ...” juga ucap siswa dengan senyum ramahnya yang meminjam jaket sambil menyerahkannya kepada Ara.
“Iya, sama-sama Kak”
------------
Saga yang tertegun karena memandang wajah Ara teringat pernah dipinjamkan jaket olehnya.

Diubah oleh iu.eiendiai 27-12-2020 00:56




wanitatangguh93 dan tien212700 memberi reputasi
2
524
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan