

TS
betiatina
Kasih Sayangmu Tak Kan Terganti, Ibu

Ibu, adalah wanita terhebat yang tak akan pernah tergantikan dihatiku. Dia yang rela berkorban dengan apapun demi aku. Dia yang akan berdiri tegak untuk melindungiku saat aku tersakiti. Sayangnya, Alloh terlebih dahulu mengambilnya dari sisiku bahkan sebelum aku dewasa.
Ibu, kenangan tentang dirimu terukir begitu sempurna disanubari. Banyak hal indah pernah kita lalui bersama, dengan derai tawa dan senyum bahagia. Setiap menjelang lebaran, adalah kenangan indah yang tak kan terlupakan. Membuat kue sederhana bersama-sama, dari bahan tepung ketan, gula dan kelapa parut. Ibu yang membuat adonan, lalu aku yang membuat bentuk bulat memanjang. Kau tertawa terbahak-bahak melihat kue buatanku berbeda-beda ukuran. "Ukurannya yang sama nduk", kata ibu sambil tertawa. Nah gara-gara ukurannya tidak sama, jadinya gosong kan kuenya karena proses pematangannya tidak merata. Senyum yang tulus itulah yang selalu aku rindukan.
Belum lagi saat baju baru tak kunjung dibelikan, aku sering manyun dan tidak mau makan sahur sehingga aku masuk angin. Kalau sudah seperti itu, ibu selalu mengalah dan segera mengajakku ke pasar untuk membeli baju baru. Ah, masa kecil yang begitu indah dan tak kan terulang. Semua berjalan mengalir apa adanya, hidup sederhana dan bahagia.
Hingga saat aku duduk di kelas 1 SMA, Alloh mengambil Ibu untuk selamanya. Hari itu, tanggal 27 Januari 2001 aku sangat sedih, karena kehilangan sosok yang begitu perhatian dan penuh kasih sayang. Air mata terus berderai melepas kepergian Ibu, tapi Bapak terus menguatkanku agar bisa ikhlas melepasnya.
Spoiler for satu-satunya foto ibu yang masih ada, saat itu belum marak kamera seperti sekarang. :
Jika aku diberi kesempatan sehari saja bersama Ibu, aku ingin sekali membahagiakannya. Memasak bersama kue lebaran seperti dulu, mengajaknya ke pasar dan membelikan sebuah selendang batik tulis yang pernah Ibu impikan tapi belum kesampaian. Ibu pernah bercerita, jika ingin sekali memiliki selendang batik tulis seperti yang dimiliki oleh seorang teman, tapi karena harganya mahal, Ibu urung membelinya. Katanya sayang uangnya, kan bisa untuk biaya sekolah kamu. Ah, Ibu memang selalu mengalah untukku.
Hal itulah yang selalu tersimpan dihatiku, bahwa Ibu selalu mengorbankan keinginannya untukku. Ibu sering abai pada dirinya sendiri, demi memenuhi kebutuhanku.
Spoiler for beberapa kain batik milik Ibu yang masih tersimpan :
Waktu begitu cepat berlalu, 19 tahun sudah kepergian Ibu. Kini aku hanya bisa terus mendoakan agar almarhumah diampuni dosa-dosanya, dilapangkan kuburnya, serta diterima semua amal kebaikannya.
Aku akan terus melakukan hal-hal baik yang dulu sering Ibu lakukan. Yaitu senang mengunjungi sanak saudara yang sedang mengalami kesusahan, senang berbagi pada orang-orang yang sedang kekurangan, serta senang menghadiri majlis ilmu.
Spoiler for foto saat ziarah ke makam ibu:
Kini aku harus mampu menjaga apapun yang pernah Ibu miliki, salah satunya adalah menjaga kerukukan anak-anaknya. Bagaimanapun juga, anak-anak adalah aset yang dimiliki Ibu dan masih bisa mendoakan ribuan kebaikan. Jerih payah Ibu dalam mendidik dan menjaga anak-anak hingga akhir hayat, tak kan pernah lunas dibalas dengan apapun.
Di hari istimewa ini, aku ingin sekali mengucapkan terima kasih, terima kasih dan terima kasih atas semua cinta dan kasih sayang yang melimpah semasa hidupnya. Aku juga ingin memohon maaf karena belum bisa memberikan apapun, bahkan belum mampu membalas apa-apa.

Jika ada yang mengibaratkan bahwa anak itu seperti kaki dan orang tua itu mata, maka mata akan menangis jika kaki disakiti, itu adalah benar adanya.
Semoga ketulusan cinta Ibu, mendapat pahala yang berlipat.
Al- Fatikhah
Sekian dan terima kasih
Sumber gambar. Dokpri
Sumber tulisan. Opini pribadi






uliyatis dan 12 lainnya memberi reputasi
13
1.6K
29


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan