Kaskus

Story

agusmulyantiAvatar border
TS
agusmulyanti
GULAI IKAN MEMBUATMU MENCINTAIKU
Ratih memandangi beberapa barang yang ia beli di tukang sayur pagi ini.

"Aku akan memasak untuk suamiku pagi ini. Aku yakin aku bisa memasak dan bisa memenangkan hati mas Ridwan."

Hshh.....

Ratih menghembuskan nafas perlahan, terbayang bagaimana suaminya tak pernah menyentuh makanan yang dimasaknya, dan lebih memilih menikmati mie instan dengan telur sebagai teman makannya.

*****

Ratih memang bukanlah istri yang pandai memasak, karena sedari kecil ia memang tidak pernah berkutet dengan hiruk pikuknya dapur, mamanyalah yang senantiasa memasak untuk dirinya dan seisi rumah, hingga ia tak mengerti bagaimana cara memasak.

******

Pagi ini ia akan mencoba memasak gulai ikan yang merupakan makanan kesukaan suaminya. Ratih tau hal ini saat ia diundang makan di rumah mama mertuanya. Saat itu mama mertuanya mengatakan kalau suaminya sangat menyukai gulai ikan.

*****

"Bi Narti bantu aku ya. Aku mau mencoba resep gulai ikan. Hari inikan hari ulang tahun pernikahan kami, aku mau memberi kejutan untuknya bi," ujar Ratih bersemangat.

"Nggih non," sahut bi Narti sambil bergegas menghampiri Ratih.

*****

Ratih mulai mengeksekusi resep yang ia lihat di youtube.
Diambilnya ikan mas yang ia beli dan mulai mencucinya, sementara bi Narti mulai mengulek bumbu, yang sudah ia siapkan.

"Aduh...!," Ratih berteriak saat jemarinya tergores pisau. Darah segar keluar dari jemarinya yang tersayat.

"Astaghfirullah non, jari non berdarah!," seru bi Narti saat dilihatnya jemari Ratih berdarah. Bergegas diambilnya kotak obat yang tersimpan di sudut dapur, dan mulai membalut jemari telunjuk Ratih dengan handsaplast.

"Hati-hati ya non. Sudah... bi Narti saja yang lanjutin masaknya, non Ratih istirahat saja. Non tadi kan sudah capek buat kue. Biar bibi yang buat gulainya," rajuk bi Narti.

Ratih menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Gak bi, biar aku aja, inikan hari istimewa kami, hari ulang tahun pernikahan kami bi."
"Nggih non, tapi hati-hati ya, bibi gak mau non Ratih terluka."
"Iyaa bi."

******

Ratih melanjutkan memasak. Dengan bersusah payah, akhirnya gulai ikan pedas kesukaan suaminya bisa tersaji di meja makan. Ratih melirik jam di dinding dapur 16.40.

"Astaghfirullah aku belum shalat."

Ratih berjalan menuju kamar mandi, dan mulai membasahi tubuh lelahnya dengan air dari gayung.
Badannya kini terasa segar. Ia berjalan ke mushala dan mulai mengerjakan shalat. Usai berdzikir, Ratih membaringkan tubuhnya di karpet mushala. Sejuknya terpaan AC membuatnya terlelap, hingga tak tau kalau Ridwan sudah pulang.

******

Ridwan berjalan memasuki rumah, tak dijumpai Ratih yang biasa menyambutnya dengan senyum manis, meski ia kerap memarahinya.
Pernikahan ini memang bukan atas nama rasa cinta, tapi karena perjodohan kedua orang tua mereka.
Ridwan sangat membenci Ratih. Ia tidak mengerti kenapa Ratih mau di jodohkan dengannya. Sementara ia sendiri tak bisa menolak keinginan mamanya yang waktu itu sedang sakit.

*****

Ridwan tak perduli Ratih ada atau tidak ada, baginya itu bukan hal yang penting. Ridwan berjalan ke ruang makan, dilihatnya potongan kue sudah tersaji di meja makan. Dibukanya tudung saji, betapa senangnya ia, karena gulai kesukaannya tersedia disana

"Mama, pasti mama yang masak ini," ujarnya sambil mengambil piring dan menyendok nasi.

Ridwan mulai menyantap hidangan yang tersaji, dan ia sangat menikmatinya.
Bi Narti yang melihat tuannya sedang makan tersenyum sambil membawakan segelas air putih.

******

"Bi..., jam berapa mama kesini ?."
"Juragan nyonya gak kesini den."
"Ini !!, gulai ikan ini, buatan mama kan?."

Bi Narti tersenyum sambil mendekat.

"Anu den, yang masak itu bukan juragan nyonya, tapi non Ratih. Dari pagi non Ratih sudah memasak, yang buat kue ini juga non Ratih. Katanya ini hari istimewa, jadi non Ratih mau masak sendiri untuk aden. Tau gak den, tadi jari non Ratih sampe kepotong pisau, bibi bantu gak mau."

"Ratih yang masak semua ini bi."
"Iya den. Mungkin karena kelelahan, non Ratih ketiduran di mushala."

*****

Ridwan bergegas menuju mushala, dilihatnya tubuh Ratih tergolek mengenakan mukena. Wajah putihnya terlihat begitu manis saat tidur.

"Ya Allah, kenapa aku begitu jahat padanya ?, aku sudah sering menyakitinya. Mataku sudah dibutakan oleh amarah, hingga tak bisa melihat mutiara indah di depan mata."

Dihampiri tubuh mungil itu, digendongnya, dan diketakannya diatas tempat tidur.
Ratih menggeliat dan terkejut saat dilihatnya Ridwan sudah ada di sebelahnya sambil tersenyum dan mencium keningnya.

"Happy anniversary sayang. Terimakasih sudah jadi yang terbaik untukku."
jiyanqAvatar border
janahjoy35Avatar border
disya1628Avatar border
disya1628 dan 7 lainnya memberi reputasi
4
1.1K
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan