- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kebenaran Dimatamu dan Dimataku (18+)


TS
sekiraileonhart
Kebenaran Dimatamu dan Dimataku (18+)
Kebenaran DImatamu dan Dimataku
CHAPTER 1
Spoiler for Awal Mula Cerita:
Apa yang terjadi dalam diriku saat ini benar-benar membuat situasiku semakin sulit. Aku Aldian Syahputra usiaku saat ini 16 tahun. Aku saat ini baru saja pindah ke sekolah baruku yang terletak tidak jauh dari rumahku. Aku dipindahkan karena masalah besar yang aku lakukan di sekolahku sebelumnya. Aku berkelahi dengan seseorang di Sekolahku yang sebelumnya karena pembullyan namun sialnya aku lepas kendali dan membuatnya harus di rawat dirumah sakit selama 1 bulan sebelum akhirnya dia sembuh total. Yaa benar aku secara sengaja ataupun tidak sengaja telah membunuhnya dan ini membuat situasiku semakin sulit ketimbang di bully olehnya. Namun apakah ada seseorang yang memperdulikanku selain kedua orang tuaku? Jawabannya adalah TIDAK! Aku pun dibawa paksa oleh kedua orang tuaku ke dokter kejiwaan. Dan hasil Analisa psikolog tersebut adalah aku mengalami Psikopat. Aku sempat berada didalam peradilan anak dan untunglah aku tidak dipenjara karena kedua orang tuaku membayar cukup uang kepada pihak kepolisian dan pengadilan. Namun aku tetap harus melakukan wajib lapor setiap rabu di kantor kepolisian. Ini sebenarnya terdengar lucu ditelingaku bahwa aku adalah seorang PSIKOPAT. Padahal sebelum perkelahian itu terjadi terdapat rentetan pembullyan panjang yang aku alami selama 11 bulan lamanya. Hampir satu tahun pembullyan itu terjadi dan aku hanya diam namun tidak ada yang membelaku. Namun ketika kejadian itu terjadi semua mata melihat ke arahku seolah aku adalah sosok yang sangat kejam dan brutal. Namun sebenarnya percayalah aku adalah orang yang memiliki kepribadian yang ramah, lembut, dan kepedulian tinggi. Aku akan menceritakannya dengan mendetail agar kalian mengetahui kenapa aku melakukan hal sampai sejauh itu. Aku harap kalian bisa membacanya dengan pikiran terbuka dan jernih agar kalian bisa memberikan persepsi terbaik kalian mengenai siapa yang salah saat kejadian ini.[/size]
Satu tahun yang lalu tepatnya ketika usiaku 15 tahun aku baru saja memasuki Sekolah Menengan Kejuruan. Aku mengambil jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Yaa disana dominan anak laki-laki dan sedikit sekali siswa perempuan disana. Dari 35 siswa dikelasku siswa laki-laki ada 30 orang dan siswa perempuan ada 5 orang. Diawal semua terlihat baik-baik saja. Aku mengikuti Ospek disekolahku yang sangat konyol itu. Betapa tidak para siswa diminta untuk memakan rumput, menjilat permen yang sudah dijilat oleh teman-temannya, memakan apel yang harus digigit oleh satu kelas, dan juga menyalami semua kakak kelas setiap kali bertemu. Semua hal itu dipaksa kami melakukannya dengan alasan yang sangat tolol yaitu melatih mental, solidaritas, dan kepemimpinan. Apakah memakan rumput akan membuat mentalmu menjadi terbentuk? HAHAHAHAHA TENTU SAJA TIDAK. Tapi sayangnya masih banyak pihak sekolah yang mengadakan acara-acara tidak berguna seperti ini dengan alasan yang lebih konyol lagi. Yaitu untuk lebih mengenal lingkungan sekolah dan untuk mempermudah kegiatan belajar mengajar. Tapi yaa sudahlah setiap orang selalu memiliki pembenaran masing-masing meskipun itu tetap tidak terdengar benar! Setelah itu semua terlihat sangat lancar dan tidak ada banyak masalah. Dari pemilihan Ekskul sampai program belajar jurusan lain sampai sini masih tidak ada masalah. Aku saat itu memilih Ekskul robotic dan pertukaran program belajar aku memilih Pemograman.
Sebulan setelah aku bersekolah aku mendengar kabar bahwa siswa di sekolah ini masih menerapkan sistem pentolan sekolah atau bahasa sederhananya anak jagoan di sekolah yang senang berkelahi dan tawuran. Iyaa mereka selalu menggunakan kalimat “Untuk nama baik sekolah” demi alasan berkelahi dan tawuran di sekolah lain. Namun kabar baiknya sebagian besar dari mereka tidak mengganggu ataupun berkelahi dengan siswa satu sekolah karena dianggap masih satu saudara sebelajar. Aku tidak terkejut di sekolahku waktu SMP juga ada hal yang seperti itu meskipun mungkin yaa tidak separah di sekolah ini. Dan disinilah aku mengenal seseorang bernama Iqbal Wicaksono. Iqbal adalah salah satu pentolan dari 5 pentolan sekolah yang ada di sekolahku saat itu. Usianya 17 tahun dan sekarang dia berada dikelas 11. Iyaa dia sempat satu kali tidak naik kelas saat kelas 10 karena banyaknya kasus yang dilakukannya di sekolah ini. Diantara kelima pentolan jagoan tersebut Iqbal adalah orang yang paling keras dalam melakukan pembullyan. Dia satu-satunya dari kelima pentolan jagoan sekolah yang sering mengintimidasi siswa di sekolah terutama adik kelas. Tapi rumornya dia bukanlah yang paling kuat di sekolah itu. Diatasnya masih ada Bagas Arifin dan Aditya Pratama yang kabarnya lebih kuat ketimbang Iqbal. Bahkan Iqbal tidak berani jika harus berurusan dengan mereka berdua. Dan memilih mundur agar tidak terkena masalah dengan Bagas ataupun Adit. Aku sering mendengar kabar bahwa Iqbal sering memalak, merebut paksa perempuan dari pacar seseorang yang masih satu sekolah, rumornya dia juga playboy, tercatat pernah beberapa kali melakukan pelecehan seksual dan kekerasan terhadap siswa seangkatannya saat berada dikelas 10. Dia punya hobi cabut dari pelajaran dan nongkrong dikantin atau dia keluar dari sekolah lewat gerbang belakang untuk nongkrong di kafe sebelah. Aku pernah beberapa kali bertemu dengannya dan saling tatap. Aku pun pernah menyapanya agar suasana cair. Karena tatapan Iqbal sangat tajam seperti sedang marah ataupun ingin memukul seseorang.
Saat itu yang ketiga kalinya aku melihat dia nongkrong dikantin dan aku lewat didepannya. Aku saat itu menyapa Iqbal untuk pertama kalinya“Apa kabar Kak? Keliatannya sering banget nongkrong disini”. Iqbal menjawab “Iyaa gua bosen banget disini. Eh elu ada duit gak? Beliin gua es teh manis. Gua haus”. Aku pun menjawab “Ada Kak. Aku masih ada 10.000. Ini Kak pakai dulu aja nanti kembaliannya tolong kasih ke aku lagi”. Iqbal tiba-tiba terlihat kesal dan meninggikan intonasinya “Gua minta elu buat beliin bukan nyuruh gua buat beli! Kurang ajar bener lu jadi bocah nyuruh-nyuruh kakak kelas”. Aku menjawab “Enggak kak maksudku aku kan gak tau kakak suka minuman es the manisnya yang merk apa. Takutnya aku salah jadi mungkin lebih baik kakak milih sendiri biar lebih enak”. Iqbal semakin terlihat kesal dan mulai membentak “Gua cuma minta es teh manis aja lu ngelunjak anjing! Mana 10.000 lu sini buat gua semua!”. Aku sangat kaget dia meminta seluruh uangku. Padahal aku masih butuh uang untuk ongkos pulang “Maa.. Maaf Kak. Kalo kasih semua aku gak bisa. Aku masih butuh ongkos buat pulang naik angkutan umum”. Iqbal terlihat semakin marah dan menarik kerah bajuku “KASIH DUIT LU SEMUA SEKARANG SEBELUM GUA MAKIN KESEL DAN GUA GEBUKIN LU DIDEPAN TEMEN-TEMEN LU SAMPE BONYOK!”. Aku sangat kebingungan dan takut. Baru sebulan aku disini namun aku sudah menjadi korban pemalakan. Iqbal memeriksa paksa seluruh kantongku dengan tangan kanannya sambil tangan kirinya menarik kerah seragamku “Iyaa…. Yaudah Kak aku kasih semua nanti aku bisa pinjem temenku lagi untuk ongkos pulang”. Iqbal yang sudah dalam kondisi emosional berkata “YAUDAH MANA DUITNYA?! LU TARO MANA ANJING!”. Tiba-tiba ada seorang perempuan yang menepuk pundak Iqbal dan berkata “Sayang sayang udah jangan begitu jangan kasar sama adik kelas”. Iyaa itu adalah pacarnya Iqbal namanya adalah Dhisa. Aku pun mengambil uang 10.000 ku dan memberikannya kepada Kak Iqbal. Iqbal pun berkata kepada Dhisa “Enggak sayang aku cuma kasih dia pelajaran aja kok. Masa dia nyuruh-nyuruh aku buat beli es teh manis. bodoh banget dia yang”. Dhisa menjawab “Iyaudah dia udah keliatan ketakutan. Udah kamu jangan marah-marah lagi ya sayang. Yuk balik ke kelas”. Mereka berdua pun meninggalkan aku di kantin dan saat ini aku sudah tidak ada uang.
Aku kembali ke kelasku dan duduk dikelas dengan tubuh yang sangat lemas dan penuh rasa takut. Wajahku memang sepertinya tidak bisa menyembunyikan permasalahan yang baru saja aku alami sehingga salah satu temanku bernama Firas bertanya kepadaku “Aldi elu kenapa murung sedih begitu?”. Aku pun menjawab “Gua habis dipalak Ras sama Iqbal”. Firas terlihat bingung dan menjawab “Dipalak? Kena berapa lu Di?”. Aku menjawab “Ceban (10.000). Ilang sudah bingung gua mau balik pakai apa”. Firas terlihat merogoh kantungnya dan memberikan aku uang untuk ongkos pulang “Nih Di pakai aja. Gua Cuma ada 5000 semoga cukup buat ongkos lu pulang”. Aku merasa sangat lega saat itu karena akhirnya aku mendapatkan ongkos untuk pulang “Wahhh makasih banyak Ras. Lu baik banget sama gua. Makasih ya Ras makasih banyak. Besok gua ganti janji”. Firas pun menjawab “Kagak usah Di. Namanya orang lagi kena musibah dipalak orang. Kalo gua ngebantu lu pahala buat gua juga lumayan Di”. Aku merasa sangat terbantu oleh sikap Firas yang seperti ini “Wahaha iyaudah kalo gitu makasih banyak ya Ras. Kalo gak mau gua ganti nanti gua traktir makan aja kapan-kapan”. Firas menjawab “Oh siap itu mah atur ajalah Di. Yang penting sama-sama nikmat sama-sama senang hahaha”. Hahaha Firas memang sedikit humoris orangnya dan sangat baik. Dia juga lumayan tampan dan aku dengar ada beberapa kakak kelas yang menyukai dia. Aku pun keluar kelas dan pergi ke toilet untuk buang air kecil. Ketika aku berjalan kea rah toilet ada seorang perempuan dibelakangku yang bertanya “Nama kamu siapa?”. Aku menengok ke belakang dan aku melihat disana ada Dhisa yang memanggilku “Nama aku Aldian Kak. Kenapa lagi Kak? Aku salah apa lagi ya sampai kakak kesini?”. Dhisa menghampiriku sambil tertawa dan berkata “Hahaha enggak gak apa-apa jangan takut begitu dong Aldi. Enggak aku Cuma mau nanya kamu tadi dipalak berapa sama Iqbal?”. Aku sedikit mundur dan melihat sekeliling khawatir Iqbal memancingku menggunakan Dhisa “Tadi aku dipalak 10.000 Kak. Tapi temen aku tadi udah ngasih 5000 buat ongkos pulang”.
Tiba-tiba Dhisa merogoh sakunya dan memberikanku uang “Ini Aldi aku ganti uangnya. Aku minta maaf ya Iqbal udah bersikap kasar dan malak kamu seperti itu. Aku terus mengawasi Iqbal kalo jam istirahat takutnya dia mukulin anak orang yang gak bersalah”. Aku menjawab “Gak perlu Kak. Uang 5000 aku udah cukup kok buat pulang sampai rumah”. Dhisa mendekatiku memegang tanganku dan menaruh paksa uang tersebut ke tanganku “Ambil aja Di. Kalo kamu gak mau anggep ini sebagai ganti uang palakan dari pacarku. Kamu bisa anggep ini uang pemberian dari aku karena aku kagum sama kamu”. Aku menjawab “Kagum kenapa Kak? Apanya yang harus dikagumi dari korban pemalakan seperti aku?”. Dhisa melepas tanganku dan menjawab “Aku tadi memperhatikan perilaku Iqbal dari jauh Di. Dan aku melihat meskipun kamu dipalak, diancam, ditarik kerahnya, kamu tetep bersikap sopan ke Iqbal tadi. Aku pikir kamu akan melawan dan berontak ditambah badan kamu juga besar dan tinggi. Kalo kamu melawan mungkin kamu bisa menang. Tapi ternyata kamu menahan emosi kamu dan lebih memilih mengalah dengan sopan”. Aku menjawab “Iyaa aku gak terbiasa berantem Kak. Jadi lebih baik aku mengalah. Melawan pun aku belum tentu bisa menang. Tapi kalo kakak beranggapan seperti itu yaa aku berterima kasih. Yasudah uang ini aku anggap ngeganti uang palak dari Kak Iqbal”. Dhisa terlihat tersenyum dan menjawab “Iyaudah kalo begitu Di. Aku balik ke kelas dulu yaa. Kalo kamu diapa-apain Iqbal kamu bisa ngomong ke aku. Aku pasti belain kamu kok atau seengganya ngehentiin perbuatan semena-menanya Iqbal”. Aku menjawab “Iyaudah Kak makasih banyak. Aku juga mau ke toilet kebelet pipis”. Dhisa menjawab “Iyaudah dadaah Di”. Dhisa melambaikan telapak tangannya ke arahku dan aku pun berlari ke toilet. Sebenernya apa maksud Dhisa melakukan hal itu ya? Apakah karena dia memang baik atau dia diminta oleh Iqbal untuk minta maaf ke aku? Tapi sepertinya sangat tidak mungkin seorang Iqbal minta maaf. Setidaknya aku bersyukur masih ada yang perduli kepadaku (Bersambung…)
Satu tahun yang lalu tepatnya ketika usiaku 15 tahun aku baru saja memasuki Sekolah Menengan Kejuruan. Aku mengambil jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Yaa disana dominan anak laki-laki dan sedikit sekali siswa perempuan disana. Dari 35 siswa dikelasku siswa laki-laki ada 30 orang dan siswa perempuan ada 5 orang. Diawal semua terlihat baik-baik saja. Aku mengikuti Ospek disekolahku yang sangat konyol itu. Betapa tidak para siswa diminta untuk memakan rumput, menjilat permen yang sudah dijilat oleh teman-temannya, memakan apel yang harus digigit oleh satu kelas, dan juga menyalami semua kakak kelas setiap kali bertemu. Semua hal itu dipaksa kami melakukannya dengan alasan yang sangat tolol yaitu melatih mental, solidaritas, dan kepemimpinan. Apakah memakan rumput akan membuat mentalmu menjadi terbentuk? HAHAHAHAHA TENTU SAJA TIDAK. Tapi sayangnya masih banyak pihak sekolah yang mengadakan acara-acara tidak berguna seperti ini dengan alasan yang lebih konyol lagi. Yaitu untuk lebih mengenal lingkungan sekolah dan untuk mempermudah kegiatan belajar mengajar. Tapi yaa sudahlah setiap orang selalu memiliki pembenaran masing-masing meskipun itu tetap tidak terdengar benar! Setelah itu semua terlihat sangat lancar dan tidak ada banyak masalah. Dari pemilihan Ekskul sampai program belajar jurusan lain sampai sini masih tidak ada masalah. Aku saat itu memilih Ekskul robotic dan pertukaran program belajar aku memilih Pemograman.
Sebulan setelah aku bersekolah aku mendengar kabar bahwa siswa di sekolah ini masih menerapkan sistem pentolan sekolah atau bahasa sederhananya anak jagoan di sekolah yang senang berkelahi dan tawuran. Iyaa mereka selalu menggunakan kalimat “Untuk nama baik sekolah” demi alasan berkelahi dan tawuran di sekolah lain. Namun kabar baiknya sebagian besar dari mereka tidak mengganggu ataupun berkelahi dengan siswa satu sekolah karena dianggap masih satu saudara sebelajar. Aku tidak terkejut di sekolahku waktu SMP juga ada hal yang seperti itu meskipun mungkin yaa tidak separah di sekolah ini. Dan disinilah aku mengenal seseorang bernama Iqbal Wicaksono. Iqbal adalah salah satu pentolan dari 5 pentolan sekolah yang ada di sekolahku saat itu. Usianya 17 tahun dan sekarang dia berada dikelas 11. Iyaa dia sempat satu kali tidak naik kelas saat kelas 10 karena banyaknya kasus yang dilakukannya di sekolah ini. Diantara kelima pentolan jagoan tersebut Iqbal adalah orang yang paling keras dalam melakukan pembullyan. Dia satu-satunya dari kelima pentolan jagoan sekolah yang sering mengintimidasi siswa di sekolah terutama adik kelas. Tapi rumornya dia bukanlah yang paling kuat di sekolah itu. Diatasnya masih ada Bagas Arifin dan Aditya Pratama yang kabarnya lebih kuat ketimbang Iqbal. Bahkan Iqbal tidak berani jika harus berurusan dengan mereka berdua. Dan memilih mundur agar tidak terkena masalah dengan Bagas ataupun Adit. Aku sering mendengar kabar bahwa Iqbal sering memalak, merebut paksa perempuan dari pacar seseorang yang masih satu sekolah, rumornya dia juga playboy, tercatat pernah beberapa kali melakukan pelecehan seksual dan kekerasan terhadap siswa seangkatannya saat berada dikelas 10. Dia punya hobi cabut dari pelajaran dan nongkrong dikantin atau dia keluar dari sekolah lewat gerbang belakang untuk nongkrong di kafe sebelah. Aku pernah beberapa kali bertemu dengannya dan saling tatap. Aku pun pernah menyapanya agar suasana cair. Karena tatapan Iqbal sangat tajam seperti sedang marah ataupun ingin memukul seseorang.
Saat itu yang ketiga kalinya aku melihat dia nongkrong dikantin dan aku lewat didepannya. Aku saat itu menyapa Iqbal untuk pertama kalinya“Apa kabar Kak? Keliatannya sering banget nongkrong disini”. Iqbal menjawab “Iyaa gua bosen banget disini. Eh elu ada duit gak? Beliin gua es teh manis. Gua haus”. Aku pun menjawab “Ada Kak. Aku masih ada 10.000. Ini Kak pakai dulu aja nanti kembaliannya tolong kasih ke aku lagi”. Iqbal tiba-tiba terlihat kesal dan meninggikan intonasinya “Gua minta elu buat beliin bukan nyuruh gua buat beli! Kurang ajar bener lu jadi bocah nyuruh-nyuruh kakak kelas”. Aku menjawab “Enggak kak maksudku aku kan gak tau kakak suka minuman es the manisnya yang merk apa. Takutnya aku salah jadi mungkin lebih baik kakak milih sendiri biar lebih enak”. Iqbal semakin terlihat kesal dan mulai membentak “Gua cuma minta es teh manis aja lu ngelunjak anjing! Mana 10.000 lu sini buat gua semua!”. Aku sangat kaget dia meminta seluruh uangku. Padahal aku masih butuh uang untuk ongkos pulang “Maa.. Maaf Kak. Kalo kasih semua aku gak bisa. Aku masih butuh ongkos buat pulang naik angkutan umum”. Iqbal terlihat semakin marah dan menarik kerah bajuku “KASIH DUIT LU SEMUA SEKARANG SEBELUM GUA MAKIN KESEL DAN GUA GEBUKIN LU DIDEPAN TEMEN-TEMEN LU SAMPE BONYOK!”. Aku sangat kebingungan dan takut. Baru sebulan aku disini namun aku sudah menjadi korban pemalakan. Iqbal memeriksa paksa seluruh kantongku dengan tangan kanannya sambil tangan kirinya menarik kerah seragamku “Iyaa…. Yaudah Kak aku kasih semua nanti aku bisa pinjem temenku lagi untuk ongkos pulang”. Iqbal yang sudah dalam kondisi emosional berkata “YAUDAH MANA DUITNYA?! LU TARO MANA ANJING!”. Tiba-tiba ada seorang perempuan yang menepuk pundak Iqbal dan berkata “Sayang sayang udah jangan begitu jangan kasar sama adik kelas”. Iyaa itu adalah pacarnya Iqbal namanya adalah Dhisa. Aku pun mengambil uang 10.000 ku dan memberikannya kepada Kak Iqbal. Iqbal pun berkata kepada Dhisa “Enggak sayang aku cuma kasih dia pelajaran aja kok. Masa dia nyuruh-nyuruh aku buat beli es teh manis. bodoh banget dia yang”. Dhisa menjawab “Iyaudah dia udah keliatan ketakutan. Udah kamu jangan marah-marah lagi ya sayang. Yuk balik ke kelas”. Mereka berdua pun meninggalkan aku di kantin dan saat ini aku sudah tidak ada uang.
Aku kembali ke kelasku dan duduk dikelas dengan tubuh yang sangat lemas dan penuh rasa takut. Wajahku memang sepertinya tidak bisa menyembunyikan permasalahan yang baru saja aku alami sehingga salah satu temanku bernama Firas bertanya kepadaku “Aldi elu kenapa murung sedih begitu?”. Aku pun menjawab “Gua habis dipalak Ras sama Iqbal”. Firas terlihat bingung dan menjawab “Dipalak? Kena berapa lu Di?”. Aku menjawab “Ceban (10.000). Ilang sudah bingung gua mau balik pakai apa”. Firas terlihat merogoh kantungnya dan memberikan aku uang untuk ongkos pulang “Nih Di pakai aja. Gua Cuma ada 5000 semoga cukup buat ongkos lu pulang”. Aku merasa sangat lega saat itu karena akhirnya aku mendapatkan ongkos untuk pulang “Wahhh makasih banyak Ras. Lu baik banget sama gua. Makasih ya Ras makasih banyak. Besok gua ganti janji”. Firas pun menjawab “Kagak usah Di. Namanya orang lagi kena musibah dipalak orang. Kalo gua ngebantu lu pahala buat gua juga lumayan Di”. Aku merasa sangat terbantu oleh sikap Firas yang seperti ini “Wahaha iyaudah kalo gitu makasih banyak ya Ras. Kalo gak mau gua ganti nanti gua traktir makan aja kapan-kapan”. Firas menjawab “Oh siap itu mah atur ajalah Di. Yang penting sama-sama nikmat sama-sama senang hahaha”. Hahaha Firas memang sedikit humoris orangnya dan sangat baik. Dia juga lumayan tampan dan aku dengar ada beberapa kakak kelas yang menyukai dia. Aku pun keluar kelas dan pergi ke toilet untuk buang air kecil. Ketika aku berjalan kea rah toilet ada seorang perempuan dibelakangku yang bertanya “Nama kamu siapa?”. Aku menengok ke belakang dan aku melihat disana ada Dhisa yang memanggilku “Nama aku Aldian Kak. Kenapa lagi Kak? Aku salah apa lagi ya sampai kakak kesini?”. Dhisa menghampiriku sambil tertawa dan berkata “Hahaha enggak gak apa-apa jangan takut begitu dong Aldi. Enggak aku Cuma mau nanya kamu tadi dipalak berapa sama Iqbal?”. Aku sedikit mundur dan melihat sekeliling khawatir Iqbal memancingku menggunakan Dhisa “Tadi aku dipalak 10.000 Kak. Tapi temen aku tadi udah ngasih 5000 buat ongkos pulang”.
Tiba-tiba Dhisa merogoh sakunya dan memberikanku uang “Ini Aldi aku ganti uangnya. Aku minta maaf ya Iqbal udah bersikap kasar dan malak kamu seperti itu. Aku terus mengawasi Iqbal kalo jam istirahat takutnya dia mukulin anak orang yang gak bersalah”. Aku menjawab “Gak perlu Kak. Uang 5000 aku udah cukup kok buat pulang sampai rumah”. Dhisa mendekatiku memegang tanganku dan menaruh paksa uang tersebut ke tanganku “Ambil aja Di. Kalo kamu gak mau anggep ini sebagai ganti uang palakan dari pacarku. Kamu bisa anggep ini uang pemberian dari aku karena aku kagum sama kamu”. Aku menjawab “Kagum kenapa Kak? Apanya yang harus dikagumi dari korban pemalakan seperti aku?”. Dhisa melepas tanganku dan menjawab “Aku tadi memperhatikan perilaku Iqbal dari jauh Di. Dan aku melihat meskipun kamu dipalak, diancam, ditarik kerahnya, kamu tetep bersikap sopan ke Iqbal tadi. Aku pikir kamu akan melawan dan berontak ditambah badan kamu juga besar dan tinggi. Kalo kamu melawan mungkin kamu bisa menang. Tapi ternyata kamu menahan emosi kamu dan lebih memilih mengalah dengan sopan”. Aku menjawab “Iyaa aku gak terbiasa berantem Kak. Jadi lebih baik aku mengalah. Melawan pun aku belum tentu bisa menang. Tapi kalo kakak beranggapan seperti itu yaa aku berterima kasih. Yasudah uang ini aku anggap ngeganti uang palak dari Kak Iqbal”. Dhisa terlihat tersenyum dan menjawab “Iyaudah kalo begitu Di. Aku balik ke kelas dulu yaa. Kalo kamu diapa-apain Iqbal kamu bisa ngomong ke aku. Aku pasti belain kamu kok atau seengganya ngehentiin perbuatan semena-menanya Iqbal”. Aku menjawab “Iyaudah Kak makasih banyak. Aku juga mau ke toilet kebelet pipis”. Dhisa menjawab “Iyaudah dadaah Di”. Dhisa melambaikan telapak tangannya ke arahku dan aku pun berlari ke toilet. Sebenernya apa maksud Dhisa melakukan hal itu ya? Apakah karena dia memang baik atau dia diminta oleh Iqbal untuk minta maaf ke aku? Tapi sepertinya sangat tidak mungkin seorang Iqbal minta maaf. Setidaknya aku bersyukur masih ada yang perduli kepadaku (Bersambung…)
Diubah oleh sekiraileonhart 08-01-2020 10:43






makiinun dan 29 lainnya memberi reputasi
28
20.5K
Kutip
96
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan