Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

AyulagiAvatar border
TS
Ayulagi
HAPPY BIRTH-DIE

HAPPY BIRTH - DIE


Fred membuka matanya tepat pukul tujuh pagi. Dia beranjak dari ranjang lalu berjalan menuju dapur untuk minum segelas air. Rutinitas pagi untuk Fred.

Di pintu kulkas dia melihat sebuah memo kecil berwarna kuning dengan gaya tulisan Anna—istrinya.

[Hei, Sayang. Kau ingat hari ini, 'kan? Aku sudah membelikan bahan-bahan untuk membuat kue beserta cara mengolahnya. Pagi ini ada meeting mendadak di kantor, aku janji tidak akan pulang telat untuk perayaan ulang tahun kita berdua. I LOVE YOU.]

"Merepotkan sekali!" kesal Fred, dia mengambil memo tersebut, kemudian merobeknya dan membuang serpihan kertas itu ke tempat sampah.

Dia mulai meracik semua bahan berdasarkan intruksi yang Anna berikan. Saat Fred sedang mengatur suhu di oven untuk memanggang, ada sepasang tangan melingkar di pinggangnya. Sentuhan itu membuat dia mematung beberapa detik, perlahan senyuman riang mengembang di kedua sudut bibirnya.

"Aku merindukan sentuhanmu ... Rene."

"Ya, aku juga. Setelah ini kita akan selalu bersama."

"Kau sudah mengalihkan aset perusahaan Anna, untukmu?"

"Tentu saja."

"Kau memang adik yang nakal. Hari ini bahkan kau ingin membunuh kakakmu sendiri. Aku mendukungmu, semua demi cinta kita. Kalau butuh gergaji atau pisau, aku sudah mengasahnya di gudang."

"Ya, perayaan ulang tahunnya akan sangat mengesankan."

***
Anna sudah sampai di rumah pukul lima sore. Kaki jenjangnya melangkah menuju meja makan, banyak hidangan yang terlihat lezat disajikan dengan rapi. Kue ulang tahun dengan glaze stroberi diletakkan di tengah meja membuat 'dia' tampak istimewa.

Fred dan Rene keluar dari kamar secepat kilat. Merapikan rambut mereka yang kusut, kemudian mengantungi pisau lipat di saku masing-masing. Keduanya berjalan menuju meja makan dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun.

Lilin dengan angka tiga puluh menyala. Beberapa detik kemudian padam setelah ditiup oleh sepasang suami istri yang kebetulan memiliki tanggal lahir yang sama.

"Pantas saja banyak makanan enak, rupanya adikku ikut membantu. Terima kasih, Rene. Kau memang yang terbaik."

Anna memotong kue, lalu membagikan ke Fred dan Rene. Anna sendiri memilih menyesap wine yang sudah siap di gelas.

"Ternyata aku bisa membuat kue enak seperti ini," kata Fred bangga sambil terus memakannya dengan lahap. Rene enggan mencobanya, dia tidak suka makanan manis.

"Tapi kenapa rasa kue ini ––" Ucapan Fred terhenti, dia berdiri sambil memegangi leher, kemudian tubuhnya luruh ke lantai.

Anna langsung menghampiri Fred dan memangku kepalanya. Fred terlihat sangat kesakitan, tangannya mencoba menggapai apa pun termasuk baju yang dikenakan Anna.

"Bagaimana rasanya, Sayang?"

"P-panggil dokter, aku sudah tidak kuat, Anna!"

"Fred, apa sekarang kau tahu, jenis racun yang sebelumnya sudah kucampur di dalam tepung?" Anna bertanya, matanya yang biru menatap manik kecoklatan Fred dengan tajam.

"Apa yang kau lakukan!" teriak Rene, tetapi Anna mengangkat tangannya menghentikan Rene.

"Kenapa kau malah menggelepar seperti ikan kehabisan air? Apa lehermu tercekat? Kau susah bernapas?" tanya Anna dengan mimik wajah datarnya, dia beralih memandang Rene yang masih terkejut melihat keadaan Fred.

Anna mendorong Fred yang sudah lemas sampai tertelungkup. Anna bangkit dan berdiri tegak menghadap Rene.

"Kau beruntung, Rene. Tetapi tidak akan semudah itu." Anna mengambil sesuatu di dalam tas kerjanya. Sebuah revolver berwarna perak sudah ada di genggaman dan siap meletuskan timah panas.

Bola mata Rene membesar karena kaget dengan sikap Anna yang bisa selicik ini. Dia bahkan mencuri start sebelum dirinya menusukkan pisau yang sudah siap di saku celana.

Dengan langkah seribu Rene menghindari berondongan peluru yang ditembakkan Anna. Rene bersembunyi di gudang, dia mencari apa pun untuk melindungi dirinya sendiri.

Napas Rene semakin memburu tatkala mendengar suara ketukan sepatu yang mendekat, diiringi tawa dan siulan Anna.

"Rene, waktu kecil kita sering bermain hide and seek. Siapa yang kalah, wajib memberikan permen kesukaannya. Namun, kali ini aku tidak mau permen. Apabila kau tertangkap, hanya satu yang kupinta ... nyawamu."

"Siap atau tidak, aku akan datang!" Anna tergelak dan cekikikan seperti dirasuki setan.

Rene mengendap seperti maling menuju sudut gudang, dia menemukan pisau dan gergaji yang mengkilat tajam. Rene mengambil keduanya. Lalu, mengintip Anna yang masih bingung mencarinya.

"Kau pikir aku tidak tahu hubunganmu dengan suamiku!?"

"Kau bajingan, Rene!" maki Anna dengan suara yang menggelegar.

Rene masih diam di tempatnya, dengan pelan dia berhitung dalam hati. Dia ingin memastikan sesuatu yang tidak sesuai dengan rencananya.

"Argh!" Anna berteriak, membuat Rene bangkit dari persembunyiannya. Dia mendekati tubuh Anna yang sudah tergeletak dengan busa yang memenuhi mulut.

"Sial! Penjual obat itu menipuku, harusnya kau mati setelah tiga menit! Bagaimana rasanya minum wine bercampur racun, Anna? Apakah masih nikmat dan manis?" tanya Rene dengan seringai menyeramkan.

Anna terlihat pasrah, dia tersenyum meremehkan sambil mengangkat jari tengah ke Rene. Perlahan mata Anna kehilangan cahaya, dia benar-benar sudah pergi.

"Brengsek!" maki Rene kesal, dia mengambil gergaji dan memotong jari tengah Anna dengan sadis. Lalu, berlanjut kebagian tubuh lainnya.

"Mati! Kau harus mati, Anna! Aku benci wanita jalang sepertimu yang menggunakan uang untuk merebut apa pun dariku. Kau tidak boleh hidup!" Rene melempar gergaji setelah seluruh badan Anna terpisah menjadi tiga bagian.

"Happy birth-die, Kakak!" ucap Rene sambil memegang daun telinga Anna yang dia potong terlebih dahulu.

***

Masih dengan tubuh dan wajah yang berlumuran darah setelah mutilasi tadi, Rene berlari menuju kamar Anna. Dia mengambil uang di berangkas, perhiasan, dan surat-surat penting.

Tergesa-gesa Rene menuju garasi, dia membuka penutup mobil klasik peninggalan Ayahnya. Wanita berkacamata itu memasukkan semua barang jarahannya.

Rene bersiap menyalakan mesin, tetapi terhenti setelah melihat sebuah amplop putih tergeletak di bangku samping kemudi. Rasa penasarannya membuat Rene mengambil itu dan membacanya.

[Kalau kau sudah membaca surat ini. sebentar lagi kau akan mati.
—Anna Jefersey—]

Rene tertawa membaca ancaman Anna. Dia tetap menyalakan mesin. Ban mobil bergulir mulus membuat kepercayaan diri Rene meningkat.

Pintu garasi mulai terbuka lebar, mobil siap keluar. Cahaya bulan menerangi depan mobil bagai lampu sorot. Rene menyetel musik, lagu milik The Beatles mengalun dengan indah.

Sebelum semua bagian mobil keluar, ledakan besar terjadi dari dalam rumah, Rene menahan napasnya saat melihat sebuah benda kecil di atas dashboard mobil berkedip dan mengeluarkan bunyi nyaring.

"Oh ... jadi ini maksudmu, Anna."

Benda itu berhenti berbunyi, seraya ledakan mobil yang dikemudikan Rene. Semburan api menghanguskan semua yang ada di dalam mobil sampai tidak tersisa.



END
tien212700
rayelba
bukhorigan
bukhorigan dan 4 lainnya memberi reputasi
5
917
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan