palapanusaAvatar border
TS
palapanusa
Kala Belanda Tak Ingin Indonesia Merdeka


Hello GanSis selamat malam...
Hari ini ane mau menyampaikan sedikit cerita sebelum Indonesia merdeka dan ini terjadi 3 tahun sebelum Indonesia merdeka saat masih gejolak perang dunia kedua.

7 Desember 1942 Ratu Wilhelmina menyampaikan pidato kenegaraan berbahasa Inggris, disaat itu Ratu Wilhelmina mengungsi ke Inggris karena negara Belanda saat itu diduduki oleh tentara Nazi. Dalam pidatonya Ratu Wilhelmina menyampaikan pujian dalam pidatonya kepada rakyat tanah jajahan Hindia  (bahkan saat itu Ratu Wilhelmina menyebutnya 'Indonesia') atas perannya dalam mempertahankan diri dari serbuan Jepang. Ia juga melontarkan janji manis berupa bentuk pemerintahan baru bagi negeri-negeri jajahan setelah Perang Dunia II berakhir. Tiga tahun kemudian PD II benar-benar berakhir dan situasi politik global sudah sangat berubah.


Potret Ratu Wilhelmina, Sumber: Image Google

Saat selesai Perang Dunia II muncul kekhawatiran bahwa negeri-negeri jajahan Belanda menuntut bahkan benar-benar mendeklarasikan kemerdekaan mereka. Bukan hanya sang Ratu yang khawatir tentang negara-negara jajahannya. Kegelisahan ini juga muncul lho GanSis di pikiran orang-orang Belanda yang kian bertambah karena menyaksikan realitas bahwa dekolonisasi besar-besaran tengah terjadi di mana-mana. Hindia Belanda, tanah jajahan kesayangan, juga sedang dilamun arus dekolonisasi itu dan memerdekakan diri menjadi Republik Indonesia.

Muncul saat itu pemikiran dari elit politik Belanda bahwa Belanda akan kehilangan anak emasnya yakni Hindia. Bahkan banyak Paradoks yang muncul melihat hubungan antara Belanda dan Hindia dari tahun 1942-1949 atau mungkin sepanjang penjajahan Belanda di Indonesia muncul sebuah ironi yang, disadari atau tidak, telah membentuk semacam “etik” kolonialisme: selalu menempatkan Belanda sebagai Tuan Eropa yang pemurah dan punya misi membawa kaum pribumi kepada alam yang lebih beradab—suatu mission civilisatrice.

"Indisch verloren, ramspoed geboren" (Hindia hilang, kesengsaraan datang). Sebuah ungkapan yang diungkapkan pers Belanda di tahun 1940an. Ungkapan ini berasal dari zaman Perang Dunia I yang disebarkan Onze Vloot (Armada Kita), kelompok pencinta maritim dari Belanda dari para pelaut sipil dan anggota angkatan laut. Mereka kelompok nasionalis yang berhaluan konservatif. Ketika kampanye tentang pembentukan milisi Hindia yang populer dengan nama Indie Weerbaar (Pertahanan Hindia) mulai mengemuka pada saat Perang Dunia I meletus, kelompok itu salah satu pendukung utamanya. Mereka was-was dengan kemungkinan terburuk Perang Dunia I yang bisa menyebabkan Hindia lepas. Salah satu penyokong Onze Vloot adalah W.V. Rhemrev, perwira KNIL yang juga pendukung utama aksi Indie Weerbaar.

Seperti yang GanSis ketahui saat Belanda mengkolonialisasi Indonesia, Indonesia atau Hindia Belanda saat itu menjadi pusat pemasukkan kas dan produk domestik bruto terbesar bagi Belanda saat itu. Bahkan ketakutan ini semakin menjadi nyata ketika negeri Hindia ini mulai begerilya untuk memproklamirkan kemerdekaan setelah pasca dunia kedua.

Namun mitos tentang Indisch verloren, ramspoed geboren terbukti menjadi mitos belaka dan ketakutan belaka di tahun 1949 ketika Hindia atau Indonesia benar-benar merdeka. Bahkan tanpa Hindia, pemulihan ekonomi Belanda ternyata berlangsung sangat singkat, apalagi dengan bantuan dana dari Amerika Serikat melalui skema Marshall Plan.


Marshall Plan adalah paket kebijakan ekonomi AS yang memberi pinjaman lunak kepada negara-negara Eropa barat guna pemulihan ekonomi pascaperang. Bantuan ini diberikan secara bertahap selama tiga tahun (1948-1951). Belanda termasuk lima besar negara yang mendapat jatah paling banyak dari 16 negara penerima. Total bantuan yang diterima sebanyak 1.128 juta dolar AS (rata-rata 376 juta dolar AS per tahun), suatu jumlah fantastis mengingat Produk Domestik Bruto Belanda pada 1938 “hanya” sekitar 280 juta dolar AS. Dengan bantuan sebesar itu, Belanda berhasil kembali menjadi salah satu kekuatan ekonomi Eropa pada akhir 1950-an. Pencapaian itu didapat tanpa memeras lagi bumi Hindia.


Potret penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda tahun 1949, Sumber: Image Google

Namun jika kita menelisik ke belakang ketika Indonesia mendapat kemerdekaan di tahun 1945, tidak serta merta membuat Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia. Belanda baru mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949 tepatnya tanggal 29 Desember 1949 yang bertepatan pada penyerahan kedaulatan Indonesia atas Belanda di Istana Dam. Bahkan dari perjanjian Linggar Jati, Renville, dan Roem Royem, Belanda tidak sepenuhnya mengakui kedaulatan Indonesia dan tahun 1949 bisa dibilang Belanda tidak menyerahkan sepenuhnya hak kedaulatan Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saat itu Indonesia masih berjuang dalam konstitusi dan bentuk negara serikat.

Bahkan setelah pasca 1949, selama hampir 60 tahun Belanda mengakui bahwa kemerdekaan Indonesia adalah tanggal 29 Desember 1949 hingga tahun 2005 tepat 60 Tahun Indonesia merdeka saat itu Pengakuan ini baru dilakukan pada 16 Agustus 2005, sehari sebelum peringatan 60 tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia, oleh Menlu Belanda Bernard Rudolf Bot dalam pidato resminya di Gedung Deplu. Pada kesempatan itu, Pemerintah Indonesia diwakili oleh Menlu Hassan Wirajuda. Keesokan harinya, Bot juga menghadiri Upacara Kenegaraan Peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 Kemerdekaan RI di Istana Negara, Jakarta. Langkah Bot ini mendobrak tabu dan merupakan yang pertama kali dalam sejarah.

Hal ini memang wajar di negeri Koloni yang masih menganut Paternalisme Kolonial. Paternalisme Kolonial ini merupakan sebuah pemikiran antara hubungan penjajah-terjajah yang dibayangkan seperti bapak dan anak. Penjajah selamanya menganggap rakyat negeri jajahannya selayak "anak" yang mesti terus-menerus dibimbing oleh "sang bapak".


Konferensi Meja Bundar, Sumber: Image Google

GanSis bahkan ilustrasi yang bisa menggambarkan relasi bapak-anak di atas bisa dilihat dalam hubungan antara raja-raja Jawa dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Setiap raja Jawa diwajibkan pemerintah kolonial untuk memanggil dan memperlakukan Gubernur Jenderal di Batavia sebagai orang tua dengan panggilan “eyang”. Sikap paternalistik macam ini berkelindan dengan mitos "Indisch verloren, ramspoed geboren" sehingga membentuk mentalitas kolektif dalam sebagian besar masyarakat Belanda. Mentalitas ini menjelma menjadi kekhawatiran berlebihan terhadap segala hal yang berbau “Indonesia merdeka”. Dengan mentalitas ini, Belanda semakin posesif terhadap Hindia dan tetap mempertahankan tanah jajahan itu dengan cara apapun. Akibatnya fatal bagi kedua belah pihak: peperangan jadi tak terelakkan.

Inti dari Pidato Ratu Wilhelmina ini adalah menginkan bahwa Hindia atau Indonesia ini jika satu hari lepas dari tangan Belanda, Belanda masih bisa mengontrol Indonesia dengan ingin membuat negara pesemakmuran seperti yang dilakukan Inggris atas wilayah koloni mereka. Dengan membentuk negara pesemakmuran dan membuat Hindia berbentuk negara Federasi yang dapat mengatur pemerintahan sendiri namun masih dibawah kendali kerajaan Belanda. Bahkan Pidato ini menjadi patokan bagi Jenderal Van Mook ketika berunding dan berdiskusi dengan perwakilan Indonesia dari tahun 1945-1947.

Bahkan masyarakat dan tokoh-tokoh Indonesia menganggap pemikiran dari Jenderal Van Mook usang dan kuno. Karena gagasan tersebut berasal dari paruh kedua abad ke-20 yang dipopulerkan kelompok-kelompok progresif di Belanda. Sebuah gagasan yang menekankan pentingnya kebebasan membentuk pemerintahan sendiri bagi rakyat Hindia, tapi masih dalam ikatan kesatuan antara Kerajaan Belanda dan Hindia.

Dari paradoks dan pemikiran mengenai Indisch verloren, ramspoed geboren inilah yang memicu pemerintahan bahkan Ratu Wilhelmina sulit melepas negara jajahan mereka yang telah lama menghasilkan pundi-pundi uang bagi Kas negara Belanda saat masa Kolonial. Bahkan ketakutan ini terbantahkan pasca perang dunia ketika Amerika menyodorkan Marshall Plan bagi negara-negara yang hancur pasca perang dunia kedua.

Baiklah GanSis itu sekedar alasan bagaimana belanda sulit banget ngelepasin Indonesia bahkan sejarah panjang pengakuan kedaulatan Indonesia dari Belanda baru diakui bahwa Indonesia merdeka 17 Agustus 1945 di tahun 2005 tepat 60 tahun Indonesia Merdeka karena sepanjang itu Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia tahun 1949.

Sekian thread ane buat GanSIs semoga bermanfaat inget belajar sejarah itu menyenangkan dan menambah wawasan dan lebih belajar menghargai jasa-jasa pahlawan yang gugur merebut kemerdekaan.

Sekian dan ane ucapin terimakasihh.....

emoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesia

Sumber dan Referensi

1 | 2 | 3




nirankara
indramamoth
tien212700
tien212700 dan 45 lainnya memberi reputasi
44
7.3K
114
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan