- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pak BTP, Apakah PDIP Lebih Baik Dari PSI?
![batayu.rada](https://s.kaskus.id/user/avatar/2020/12/06/avatar10969080_1.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
batayu.rada
Pak BTP, Apakah PDIP Lebih Baik Dari PSI?
Apakah PDIP Lebih Baik dari PSI?
![Pak BTP, Apakah PDIP Lebih Baik Dari PSI?](https://dl.kaskus.id/poliklitik.com/wp-content/uploads/2020/12/anak-muda.jpg)
Sumur: Komisaris Pembimbing
Quote:
Bagi yang belum tahu, saya mau ngasih tahu. Kalau yang sudah tahu, ya saya nggak usah ngasih tahu. Pemberitahuan, hanya berlaku untuk yang belum tahu. Kalau yang sudah pernah tahu, anggap saja ini pengetahuan yang diberitahukan kembali. Terus terang, saya tidak tahu, siapa pembaca yang sudah tahu, siapa pembaca yang belum tahu, mana pembaca yang mau tahu, mana pembaca yang tidak mau tahu, dan mana pembaca yang tidak suka makan tahu.
Saya pertama kali join Seword, awal tahun 2017 pada saat panasnya Pilkada DKI. Salah satu sebab utamanya pasti karena Ahok. Sosok kontroversial, yang bisa mewakili kegeraman kita kepada para penyamun, baik yang berdasi maupun yang berbelati. Ahok kokoh bagai besi, tidak sangsi untuk memaki, tidak peduli kalau dibenci.
Kisah selanjutnya, kita semua sudah tahu. Hari ini, sekali lagi saya menulis tentang BTP. Ini tidak lain tidak bukan, karena gemuruh kenaikan gaji anggota DPRD DKI, yang heboh luar biasa beberapa hari ini. So, cekidot.
Ada tiga video yang saya saksikan, yang berkaitan secara langsung dan menjadi sumber saya. Pemirsa Seword bisa mengintipnya dalam tautan di bawah ini. Saya juga akan menyinggungnya dalam artikel ini, secara tipis-tipis.
(vlog BTP featuring Ima Mahdiah)
(wawancara Eko Kuntadhi dengan Michael Sianipar)
https://www.youtube.com/watch?v=x1VOKG32m7Q(logika Ade Armando tentang BTP)
Video pertama, yang akan saya bahas panjang lebar, adalah “wawancara” BTP dengan Ima Mahdiah dari PDIP. Video kedua adalah wawancara Eko Kuntadhi, Nong Darol dengan Michael Sianipar, Ketua DPP PSI DKI Jakarta. Terakhir, video Ade Armando yang mengomentari video “wawancara” BTP dengan Ima Mahdiah, anggota DPRD DKI dari PDIP. Let’s the fun begin.
Sebelum mulai, saya akan disclaimer dulu. Di Seword, semua orang bebas beropini, asal punya argumentasi. Syarat utamanya tentu, harus mempergunakan akal sehat plus sepakat, kita semua adalah pendukung pemerintah yang sah. Masalah dukungan kepada pemimpin daerah dalam Pilkada, pilihan Partai Politik hingga like and dislike terhadap Menteri tertentu, disesuaikan masing-masing kepala. Bila pembaca bingung, saat ada perang opini terjadi dari sesama penulis, ya wajar aja.
Saat anda menyaksikan video BTP yang saya bagi tadi, banyak opini yang bisa berkembang. Ade Armando buat saya, memandang “sangat optimis” dan yakin, bahwa BTP sebenarnya sedang menyindir PDIP. BTP memang bisa dibilang tidak menyebut nama PSI ataupun anggota-anggotanya. Dia hanya menyebut “anak-anak muda yang baru masuk DPRD”.
Saya tidak berani menyatakan, bahwa saya mengenal Ahok, wong ketemu aja belum pernah. Tapi dari pengamatan saya selama ini, Ahok itu jalannya kenceng. Kalau dalam catur, Ahok itu bukan gajah apalagi kuda. Dia itu benteng, kuat tapi jalannya lurus. Gamblang.
Kalau dalam cerita Sam Kok, Ahok itu ibarat Liu Bei. Hatinya baik, berani, jujur, pengasih dan penyayang. Dia tidak licin seperti Zao Cao, tidak ahli bersiasat bak Zhuge Liang.
Buat saya artinya sederhana, semua kalimat Ahok tidak bersayap. Ketika dia merasa jengkel dan “menyebut” PSI memanfaatkan namanya, untuk mendapat suara, he meant it. Saya tidak tahu apa yang terjadi antara PSI dan Ahok, tapi sudah cukup lama suami dari Puput ini, sinis dengan PSI.
Dari “wawancara” BTP dan Ima selama lebih dari setengah jam, ada beberapa keanehan yang saya rasakan. Pertama, buat saya vlog ini akhirnya menjadi “alat” Ima untuk membersihkan diri. Saya tidak tahu seberapa besar kengawuran tafsir dari “pengamat politik” terhadap “suksesor” Ahok ini. Kabarnya sih dia dituduh mengantongi uang 700 juta, dari tunjangan DPRD. Dalam vlog BTP sendiri, porsi Ima dalam berbicara mungkin tidak sampai 10%, dan ini sangat menguntungkan.
Kedua, standar yang diberikan BTP kepada PSI dan PDIP buat saya sangat tidak seimbang. PSI dipersalahkan begitu rupa, mulai dari dituduh tidak lantang bersuara, sampai tantangan untuk mengembalikan uang tunjangan.
Pertanyaannya, yang bikin usulan tunjangan sebesar itu siapa? Saya sangat paham, anak-anak muda PSI yang belum pernah terjun ke percaturan politik pasti merasa demam panggung. Banyak hal yang harus dipelajari, penyesuaian-penyesuaian yang tidak gampang. Belum lagi ketika harus “adu nyali” dengan rekan-rekan kerja yang rata-rata lebih tua dan berpengalaman. Pertanyaan lebih menohok, mustinya ditujukan kepada PDIP yang mengangkangi kursi DPRD DKI. Nyatanya, pertanyaan BTP kepada Pak Prasetyo Edi buat saya, cuman asal saja. Jawabannya retoris, yang nanya juga tidak menggali lebih taktis.
Ketiga, dalam usia anggota fraksi PSI yang masih begitu muda dan miskin pengalaman, mereka minimal sudah membuat riuh Jakarta dengan penemuan tentang lem aibon, Formula E hingga kenaikan tunjangan yang menghebohkan. Kalau PSI tidak pernah bersuara, mungkin kita hanya bisa gigit jari sementara anggota DPRD DKI bisa gigit sandwich isi lobster. Anggota DPRD PDIP sendiri, suaranya hampir tidak terdengar. Bahkan ketika peristiwa itu meledak, mereka lebih sibuk membela diri, dibanding menunjukkan ketidaksetujuan nurani.
Saya menghargai BTP dalam menghancurkan KKN di negeri ini, juga saat menjabat Komut Pertamina. Keteguhannya, kerja kerasnya, transparansinya, dan ide tata kelola bernegara, sangat luar biasa. Tapi buat saya, sangat disayangkan, dia menjadi “lemah” ketika menghadapi partai yang menaunginya. Puja puji terhadap “transparansi keuangan partai” terlihat cuman sebatas basa basi. Pernyataannya malah dinafikan, ketika salah seorang Menteri asal PDIP tertangkap basah mendapat gratifikasi dan hukuman mati mungkin menanti.
PSI mungkin memang “mendompleng” nama besar BTP ketika berebut suara, tapi Ima Mahdiah ya sama saja. Kenyataannya, Ima tidak lebih baik daripada mereka. Menjadi aneh, kenapa tidak ada pertanyaan tajam dari BTP kepada Ima, baik tentang ketidakpantasan angka tunjangan dan pengembalian uang? Bukankah Ima ada di depan BTP saat itu, kenapa tidak disikat langsung? Daripada ngomong panjang lebar tentang masa lalu dan berandai-andai menjabat posisi Gubernur.
Saya teringat omongan dari Yenny Wahid beberapa tahun lalu. Putri Gus Dur ini menyatakan, dia mengakui kerja dari Ahok, tapi sekaligus pingin memlester mulut Ahok, dan saya sih cukup setuju. Terlepas dari ada kegembiraan tersendiri, dengan kata maling atau kalimat legendaris pemahaman nenek loe, ada banyak kalimat ceroboh yang sering Ahok lontarkan.
Saran saya, bila Ahok betul-betul pingin menjadi BTP, kurangi berbicara dan berhenti memukuli teman sendiri. PSI itu kawan, bukan lawan yang harus disingkirkan. Kalau memang ada kekurangan, dengan empat mata harus diingatkan. Bukan dengan lempar perkataan di perempatan jalan.
#aku kok ngelu
sumur
Tulisan dari Kolik Kulik Seword
Saya pertama kali join Seword, awal tahun 2017 pada saat panasnya Pilkada DKI. Salah satu sebab utamanya pasti karena Ahok. Sosok kontroversial, yang bisa mewakili kegeraman kita kepada para penyamun, baik yang berdasi maupun yang berbelati. Ahok kokoh bagai besi, tidak sangsi untuk memaki, tidak peduli kalau dibenci.
Kisah selanjutnya, kita semua sudah tahu. Hari ini, sekali lagi saya menulis tentang BTP. Ini tidak lain tidak bukan, karena gemuruh kenaikan gaji anggota DPRD DKI, yang heboh luar biasa beberapa hari ini. So, cekidot.
Pada Mulanya
Ada tiga video yang saya saksikan, yang berkaitan secara langsung dan menjadi sumber saya. Pemirsa Seword bisa mengintipnya dalam tautan di bawah ini. Saya juga akan menyinggungnya dalam artikel ini, secara tipis-tipis.
![](https://img.youtube.com/vi/iBbawbHMTPk/0.jpg)
![](https://img.youtube.com/vi/iBbawbHMTPk/0.jpg)
![](https://img.youtube.com/vi/lkTu5c-S-YI/0.jpg)
![](https://img.youtube.com/vi/lkTu5c-S-YI/0.jpg)
![](https://img.youtube.com/vi/x1VOKG32m7Q/0.jpg)
https://www.youtube.com/watch?v=x1VOKG32m7Q(logika Ade Armando tentang BTP)
Video pertama, yang akan saya bahas panjang lebar, adalah “wawancara” BTP dengan Ima Mahdiah dari PDIP. Video kedua adalah wawancara Eko Kuntadhi, Nong Darol dengan Michael Sianipar, Ketua DPP PSI DKI Jakarta. Terakhir, video Ade Armando yang mengomentari video “wawancara” BTP dengan Ima Mahdiah, anggota DPRD DKI dari PDIP. Let’s the fun begin.
PSI dan PDI
Sebelum mulai, saya akan disclaimer dulu. Di Seword, semua orang bebas beropini, asal punya argumentasi. Syarat utamanya tentu, harus mempergunakan akal sehat plus sepakat, kita semua adalah pendukung pemerintah yang sah. Masalah dukungan kepada pemimpin daerah dalam Pilkada, pilihan Partai Politik hingga like and dislike terhadap Menteri tertentu, disesuaikan masing-masing kepala. Bila pembaca bingung, saat ada perang opini terjadi dari sesama penulis, ya wajar aja.
Saat anda menyaksikan video BTP yang saya bagi tadi, banyak opini yang bisa berkembang. Ade Armando buat saya, memandang “sangat optimis” dan yakin, bahwa BTP sebenarnya sedang menyindir PDIP. BTP memang bisa dibilang tidak menyebut nama PSI ataupun anggota-anggotanya. Dia hanya menyebut “anak-anak muda yang baru masuk DPRD”.
Saya tidak berani menyatakan, bahwa saya mengenal Ahok, wong ketemu aja belum pernah. Tapi dari pengamatan saya selama ini, Ahok itu jalannya kenceng. Kalau dalam catur, Ahok itu bukan gajah apalagi kuda. Dia itu benteng, kuat tapi jalannya lurus. Gamblang.
Kalau dalam cerita Sam Kok, Ahok itu ibarat Liu Bei. Hatinya baik, berani, jujur, pengasih dan penyayang. Dia tidak licin seperti Zao Cao, tidak ahli bersiasat bak Zhuge Liang.
Buat saya artinya sederhana, semua kalimat Ahok tidak bersayap. Ketika dia merasa jengkel dan “menyebut” PSI memanfaatkan namanya, untuk mendapat suara, he meant it. Saya tidak tahu apa yang terjadi antara PSI dan Ahok, tapi sudah cukup lama suami dari Puput ini, sinis dengan PSI.
PDI dan PSI
Dari “wawancara” BTP dan Ima selama lebih dari setengah jam, ada beberapa keanehan yang saya rasakan. Pertama, buat saya vlog ini akhirnya menjadi “alat” Ima untuk membersihkan diri. Saya tidak tahu seberapa besar kengawuran tafsir dari “pengamat politik” terhadap “suksesor” Ahok ini. Kabarnya sih dia dituduh mengantongi uang 700 juta, dari tunjangan DPRD. Dalam vlog BTP sendiri, porsi Ima dalam berbicara mungkin tidak sampai 10%, dan ini sangat menguntungkan.
Kedua, standar yang diberikan BTP kepada PSI dan PDIP buat saya sangat tidak seimbang. PSI dipersalahkan begitu rupa, mulai dari dituduh tidak lantang bersuara, sampai tantangan untuk mengembalikan uang tunjangan.
Pertanyaannya, yang bikin usulan tunjangan sebesar itu siapa? Saya sangat paham, anak-anak muda PSI yang belum pernah terjun ke percaturan politik pasti merasa demam panggung. Banyak hal yang harus dipelajari, penyesuaian-penyesuaian yang tidak gampang. Belum lagi ketika harus “adu nyali” dengan rekan-rekan kerja yang rata-rata lebih tua dan berpengalaman. Pertanyaan lebih menohok, mustinya ditujukan kepada PDIP yang mengangkangi kursi DPRD DKI. Nyatanya, pertanyaan BTP kepada Pak Prasetyo Edi buat saya, cuman asal saja. Jawabannya retoris, yang nanya juga tidak menggali lebih taktis.
Ketiga, dalam usia anggota fraksi PSI yang masih begitu muda dan miskin pengalaman, mereka minimal sudah membuat riuh Jakarta dengan penemuan tentang lem aibon, Formula E hingga kenaikan tunjangan yang menghebohkan. Kalau PSI tidak pernah bersuara, mungkin kita hanya bisa gigit jari sementara anggota DPRD DKI bisa gigit sandwich isi lobster. Anggota DPRD PDIP sendiri, suaranya hampir tidak terdengar. Bahkan ketika peristiwa itu meledak, mereka lebih sibuk membela diri, dibanding menunjukkan ketidaksetujuan nurani.
Epilog
Saya menghargai BTP dalam menghancurkan KKN di negeri ini, juga saat menjabat Komut Pertamina. Keteguhannya, kerja kerasnya, transparansinya, dan ide tata kelola bernegara, sangat luar biasa. Tapi buat saya, sangat disayangkan, dia menjadi “lemah” ketika menghadapi partai yang menaunginya. Puja puji terhadap “transparansi keuangan partai” terlihat cuman sebatas basa basi. Pernyataannya malah dinafikan, ketika salah seorang Menteri asal PDIP tertangkap basah mendapat gratifikasi dan hukuman mati mungkin menanti.
PSI mungkin memang “mendompleng” nama besar BTP ketika berebut suara, tapi Ima Mahdiah ya sama saja. Kenyataannya, Ima tidak lebih baik daripada mereka. Menjadi aneh, kenapa tidak ada pertanyaan tajam dari BTP kepada Ima, baik tentang ketidakpantasan angka tunjangan dan pengembalian uang? Bukankah Ima ada di depan BTP saat itu, kenapa tidak disikat langsung? Daripada ngomong panjang lebar tentang masa lalu dan berandai-andai menjabat posisi Gubernur.
Saya teringat omongan dari Yenny Wahid beberapa tahun lalu. Putri Gus Dur ini menyatakan, dia mengakui kerja dari Ahok, tapi sekaligus pingin memlester mulut Ahok, dan saya sih cukup setuju. Terlepas dari ada kegembiraan tersendiri, dengan kata maling atau kalimat legendaris pemahaman nenek loe, ada banyak kalimat ceroboh yang sering Ahok lontarkan.
Saran saya, bila Ahok betul-betul pingin menjadi BTP, kurangi berbicara dan berhenti memukuli teman sendiri. PSI itu kawan, bukan lawan yang harus disingkirkan. Kalau memang ada kekurangan, dengan empat mata harus diingatkan. Bukan dengan lempar perkataan di perempatan jalan.
#aku kok ngelu
sumur
Tulisan dari Kolik Kulik Seword
TS baru baca tulisan ini, sepertinya menarik, bagaimana menurut agan? apakah seharusnya Ahok itu "Berkawan" dengan PSI, bukannya ribut-ribut dengan PSI?
Tapi memang sepertinya Ahok dengan PSI ini sudah dari tahun lalu ya, padahal awalnya sepertinya Ko Ahok ini baik-baik saja dengan PSI, tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka, hanya waktu yang bisa menjawabnya
Berita awal tahun ini:
Quote:
Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Solidaritas Indonesia (PSI) merespons pernyataan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang bermuatan sindiran kepada partainya secara tidak langsung. Dalam acara Ngobrol Tempo dan peluncuran buku 'Panggil Saya BTP', Senin (17/2), Ahok menyebut PSI sebagai 'partai kecil yang ngomong gede'.
Wasekjen PSI, Danik Eka Rahmaningtyas menjawab sindiran Ahok tersebut dengan ucapan terima kasih dan doa.
"Terima Kasih atas kritik Pak Ahok kepada PSI...Betul Pak, kami memang masih partai baru masih kecil, Insya Allah kami akan berjuang dengan apa yang kami punya," ujar Danik lewat video yang diunggah di channel Monologue TV, yang diakses CNNIndonesia.com, Selasa (19/2) malam. Akun tersebut kemudian juga diunggah ulang melalui akun twitter resmi PSI.
PSI, kata Danik, saat ini sudah mulai 'mengecilkan' omongan mereka dan lebih fokus menjaga amanah rakyat. Cara itu, lanjut Danik, dilakukan oleh para kader PSI yang duduk di sejumlah kursi dewan tingkat provinsi, kabupaten, hingga kota.
"Di Jakarta, PSI bekerja menyelamatkan anggaran, memastikan tak ada uang rakyat dikorupsi atau dihamburkan sia-sia. Saya jadi ingat, itu dulu yang Bapak perjuangkan di Jakarta. Nggih pak?," ujar Danik.
Danik menggarisbawahi, kerja-kerja PSI selama ini karena inspirasi yang didapat dari nilai yang ditanamkan Ahok ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta.
"Kami, semua teman-teman PSI akan selalu mendoakan Bapak dan menjalankan nilai yang Pak Ahok perjuangkan di manapun bapak berada," ujar Danik.
Sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengungkapkan alasan dirinya memilih masuk PDI Perjuangan (PDIP). Ahok mengakui bahwa PDIP merupakan salah satu partai nasionalis besar. Ahok menilai partai baru hanya bisa ngomong gede, sebab mereka belum teruji ketika masuk parlemen.
Eks Wagub pasangan Ahok, Djarot Saiful Hidayat turut mengilas balik peristiwa Ahok masuk PDIP. Djarot mengungkapkan bahwa jelang Pemilu 2019, Ahok menolak menjadi sosok pembesar Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
"Dia (Ahok) tidak mau namanya untuk dianggap atau meng-endorse, membesarkan maaf ya, Partai PSI," kata Djarot. (ain)
Sumur
Wasekjen PSI, Danik Eka Rahmaningtyas menjawab sindiran Ahok tersebut dengan ucapan terima kasih dan doa.
"Terima Kasih atas kritik Pak Ahok kepada PSI...Betul Pak, kami memang masih partai baru masih kecil, Insya Allah kami akan berjuang dengan apa yang kami punya," ujar Danik lewat video yang diunggah di channel Monologue TV, yang diakses CNNIndonesia.com, Selasa (19/2) malam. Akun tersebut kemudian juga diunggah ulang melalui akun twitter resmi PSI.
PSI, kata Danik, saat ini sudah mulai 'mengecilkan' omongan mereka dan lebih fokus menjaga amanah rakyat. Cara itu, lanjut Danik, dilakukan oleh para kader PSI yang duduk di sejumlah kursi dewan tingkat provinsi, kabupaten, hingga kota.
"Di Jakarta, PSI bekerja menyelamatkan anggaran, memastikan tak ada uang rakyat dikorupsi atau dihamburkan sia-sia. Saya jadi ingat, itu dulu yang Bapak perjuangkan di Jakarta. Nggih pak?," ujar Danik.
Danik menggarisbawahi, kerja-kerja PSI selama ini karena inspirasi yang didapat dari nilai yang ditanamkan Ahok ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta.
"Kami, semua teman-teman PSI akan selalu mendoakan Bapak dan menjalankan nilai yang Pak Ahok perjuangkan di manapun bapak berada," ujar Danik.
Sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengungkapkan alasan dirinya memilih masuk PDI Perjuangan (PDIP). Ahok mengakui bahwa PDIP merupakan salah satu partai nasionalis besar. Ahok menilai partai baru hanya bisa ngomong gede, sebab mereka belum teruji ketika masuk parlemen.
Eks Wagub pasangan Ahok, Djarot Saiful Hidayat turut mengilas balik peristiwa Ahok masuk PDIP. Djarot mengungkapkan bahwa jelang Pemilu 2019, Ahok menolak menjadi sosok pembesar Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
"Dia (Ahok) tidak mau namanya untuk dianggap atau meng-endorse, membesarkan maaf ya, Partai PSI," kata Djarot. (ain)
Sumur
Menurut TS, semua partai harusnya bersatu, menjaga dan mengawal uang rakyat agar tidak disalahgunakan eksekutif maupun legislatif. Jika ada kader yg nakal, pecat saja. Nggak di PSI, nggak di PDIP, tapi semua PARPOL!
TS tunggu komentarnya dibawah ya.
TS hanya menerima bata merah segar
![Lempar Bata emoticon-Lempar Bata](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fdbkw138rj7k.gif)
![Lempar Bata emoticon-Lempar Bata](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fdbkw138rj7k.gif)
![Lempar Bata emoticon-Lempar Bata](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fdbkw138rj7k.gif)
![Lempar Bata emoticon-Lempar Bata](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fdbkw138rj7k.gif)
![Lempar Bata emoticon-Lempar Bata](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fdbkw138rj7k.gif)
![Lempar Bata emoticon-Lempar Bata](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fdbkw138rj7k.gif)
![oxcyte](https://s.kaskus.id/user/avatar/2017/09/15/default.png)
![jokopengkor](https://s.kaskus.id/user/avatar/2019/11/12/default.png)
![tien212700](https://s.kaskus.id/user/avatar/2020/12/18/avatar10974720_1.gif)
tien212700 dan 6 lainnya memberi reputasi
3
1.1K
Kutip
13
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan