Tunisia di tahun 2010 menderita masalah yang akut dimana sedang terjadi kelesuan ekonomi, pengagguran yang tinggi, pemerintah korup, kemiskinan , standar hidup yang buruk dan rezim yang sewenang-wenang. Masyarakat Tunisia menyimpan kebencian kepada rezim yang berkuasa saat itu karena tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut ditambah kepemimpinan presiden yang otoriter.
Pada bulan Desember 2010, Muhammed Bouazizi yang sedang berjualan di pasar dihadang polisi dan dagangannya di obrak-abrik karena tidak punya surat izin. Bouazizi melakukan protes atas Tindakan sewenang-wenang polisi dengan cara membakar dirinya sendiri hingga tewas.
Kematian Bouazizi dianggap sebagai pengorbanan oleh masyarakat Tunisia dan memantik kemarahan yang selama ini mereka pendam. Masyarakat Tunisia melakukan protes besar-besaran  yang disebut Gerakan “Jasmine Revolution”. Gerakan ini menyebar ke seluruh Tunisia dan gelombang protes semakin tinggi. Pemerintah Tunisia pun mengambil Langkah pencegahan menggunakan kekerasan untuk menghentikan protes dan menawarkan solusi politik dan konsesi ekonomi. Namun gelombang protes tak bisa dibendung dan akhirnya membuat presiden Tunisia Zine Al-abidine Ben Ali mengundurkan diri pada Januari 2011. 

Setelah lengsernya presiden Tunisia, protes pun menyebar dengan cepat ke negara tetangga.Penduduk Mesir pada bulan Januari 2011 menyelenggarakan protes besar-besaran di Tahrir Square, Kairo. Massa menuntut turun pemerintahan otoriter dan mendorong reformasi demokrasi. Pemerintah Mesir mencoba menghentikan aksi ini namun protes makin menjadi-jadi hingga dalam beberapa hari, presiden Mesir Hosni Mubarak mengundurkan diri tepatnya tanggal 11 Februari 2011 setelah 30 tahun berkuasa.

Didorong oleh susksesnya aksi protes di Tunisia dan Mesir, aksi protes menyebar ke negara Yaman, Bahrain, Libia, dan Suriah dari akhir Januari hingga Maret 2011. Namun disini terjadi pertikaian berdarah-darah berkepanjangan antara kelompok penguasa dan oposisi.

Di Yaman, protes dimulai pada akhir Januari 2011 yang menuntut mundur presiden Ali Abdullah Saleh oleh kelompok pro-demokrasi. Permerintah berusaha menghentikan protes dengan bernegosiasi dengan kelompok demonstran, namun negosiasi antara pemrotes dan rezim gagal, membuat loyalis dan oposisi terlibat dalam bentrok. Pada November 2011, akhirnya Ali Abdullah Shaleh melepaskan jabatannya setelah 22 tahun berkuasa.

Di Bahrain, protes reformasi dan politik meluas pada pertengahan Februari 2011. Namun aksi ini diwarnai oleh kekerasan oleh pihak keamanan yang dibantu oleh tantara Saudi dan Uni Emirat Arab, namun tidak terjadi penggulingan rezim di Bahrain.

Di Libya, protes juga menyebar cepat pada pertengahan Februari 2011 yang menuntut mundur presiden Muammar Al-Khaddafi. Protes ini dengan cepat berubah menjadi pemberontakan bersenjata. Kelompok pemberontak yang didukung oleh NATO akhirnya menguasai Tripoli dan Muammar Al-Khadafi dibunuh ditempat umum oleh rakyatnya sendiri (videonya bahkan ada di YouTube) pada Oktober 2011 setelah 42 tahun berkuasa. Setelah tergulingnya Al-Khadafi Libya terlibat perang saudara yang berkepanjangan.

Banyak pengungsi Libya yang berusaha keluar dari negeri mereka sendiri menuju Eropa melalui laut mediterania.Menyedihkan melihat Libya sekarang yang cenderung tidak jelas lagi (porak poranda) negaranya setelah ditinggal khadafi.

Di Suriah protes pecah pada pertengahan Maret 2011 dan menuntut pengunduran diri presiden Bashar Al-Assad. Rezim Al-Assad merespon itu secara brutal. Kericuhan ini pun berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.Dari sini pula berkembangnya kelompok militan seperti ISIS dan radikal ekstrimis lainnya. Bassar Al-Assad masih berkuasa hingga sekarang dan ISIS membunuh ribuan orang dan menyebar ketakutan di negeri Suriah dan penduduk Suriah berbondong-bondong bermigrasi ke Eropa.

Gerakan Arab Spring juga menyebar ke negara MENA (Middle East and North Africa) lainnya namun perubahannya tidak terlalu signifikan.

Arab Spring yang dipantik pada akhir 2010 dan mulai memanas di 2011 membuat 4 pemimpin negara tumbang yaitu presiden Tunisia Zine El-Abidine Ben Ali, Presiden Libia Muammar Al-Khadafi, presiden Mesir Husni Mubarak dan presiden Yaman Ali Abdullah Shaleh.
Arab Spring juga menyisakan perang saudara yang berkelanjutan dibeberapa negara MENA yang mengakibatkan instabilitas politik, sosial dan ekonomi. Perang ideologi Sunni -Syiah juga terus berlangsung dan makin menegangkan hingga saat ini. Kelompok radikal ekstrimis juga berkembang subur dibeberapa negara ditambah korban sipil terus berjatuhan hingga detik ini. Arab Spring yang pecah pada 2010-2011 juga berperan besar atas masalah imigran Timur Tengah.

Arab Spring juga menjadi salah satu gerbang utama untuk mempelajari Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) modern. Karena MENA modern tidak hanya masalah agama, al-Qaeda, ISIS, Israel dan Palestina tetapi MENA modern itu lebih kompleks lagi mencakup intervensi luar negeri, minyak, ideologi, perang saudara, kelompok radikal ekstrimis, kemiskinan dan masalaah lainnya. Kita berharap dunia khususnya negeri tercinta tetap damai dan dijauhkan dari hal-hal tersebut agar dunia ini menjadi tempat aman dan nyaman untuk anak Adam. Bhinneka Tunggal Ika!