- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Merger Gojek dan Grab Dikabarkan Kian Dekat, Struktur Usaha Disepakati


TS
joko.munandar
Merger Gojek dan Grab Dikabarkan Kian Dekat, Struktur Usaha Disepakati
Quote:
Gojek dan Grab disebut telah menyepakati beberapa poin, salah satunya struktur perusahaan gabungan.


Decacorn Singapura Grab dan decacorn asal Indonesia Gojek dikabarkan kian dekat untuk melakukan merger. Kedua perusahaan itu disebut-sebut sedang menyelesaikan detail akhir proses penggabungan tersebut.
Bloomberg menyebutkan dari orang-orang yang mengetahui rencana tersebut, kedua decacorn Asia Tenggara itu sudah mempersempit perbedaan pendapat di antara mereka. "Detail akhir sedang dikerjakan di antara para pemimpin paling senior di setiap perusahaan," kata sumber yang tidak ingin disebutkan identitasnya dikutip dari Bloomberg pada Rabu (2/11).
Menurut sumber tersebut, kedua perusahaan itu telah menyepakati beberapa poin, salah satunya struktur perusahaan gabungan. Kesepakatan merger memang menyasar pada bentuk kombinasi di tiap pasar potensial. Sementara gabungan entitas keduanya bertujuan untuk menjadi perusahaan publik dan raksasa teknologi Asia Tenggara.
"Masyarakat kini melihat bahwa pasar publik adalah alternatif yang layak bagi perusahaan internet di Asia Tenggara," kata Kepala Strategi Investasi di Temasek Holdings Pte Rohit Sipahimalani.
Di struktur perusahaan gabungan itu, salah satu pendiri Grab Anthony Tan akan menjadi CEO. Sementara eksekutif Gojek akan menjalankan bisnis gabungan baru di Indonesia dengan merek Gojek.
Namun, dua merek itu dapat dijalankan secara terpisah untuk jangka waktu yang lama.

Bloomberg menyebutkan dari orang-orang yang mengetahui rencana tersebut, kedua decacorn Asia Tenggara itu sudah mempersempit perbedaan pendapat di antara mereka. "Detail akhir sedang dikerjakan di antara para pemimpin paling senior di setiap perusahaan," kata sumber yang tidak ingin disebutkan identitasnya dikutip dari Bloomberg pada Rabu (2/11).
Menurut sumber tersebut, kedua perusahaan itu telah menyepakati beberapa poin, salah satunya struktur perusahaan gabungan. Kesepakatan merger memang menyasar pada bentuk kombinasi di tiap pasar potensial. Sementara gabungan entitas keduanya bertujuan untuk menjadi perusahaan publik dan raksasa teknologi Asia Tenggara.
"Masyarakat kini melihat bahwa pasar publik adalah alternatif yang layak bagi perusahaan internet di Asia Tenggara," kata Kepala Strategi Investasi di Temasek Holdings Pte Rohit Sipahimalani.
Di struktur perusahaan gabungan itu, salah satu pendiri Grab Anthony Tan akan menjadi CEO. Sementara eksekutif Gojek akan menjalankan bisnis gabungan baru di Indonesia dengan merek Gojek.
Namun, dua merek itu dapat dijalankan secara terpisah untuk jangka waktu yang lama.

Skema entitas gabungan itu memang menjadi poin pembahasan yang alot. Beberapa bulan lalu, keduanya masih terlibat dalam pembahasan apakah keduanya akan menggabungkan semua operasi atau Grab hanya mengakuisisi bisnis Gojek di Indonesia.
Sumber Reuters mengatakan, CEO Grab Anthony Tan memilih untuk mengakuisisi pasar yang lebih sempit. Dengan begitu, perusahaan memiliki kendali yang lebih besar. "Ini memungkinkannya menjalankan bisnis di Indonesia sebagai anak perusahaan Grab," demikian kata salah satu sumber dikutip dari Bloomberg Oktober lalu (16/10). Namun, ia tidak memerinci pasar yang dimaksud.
Sedangkan pemegang saham Gojek mendorong kombinasi di seluruh Asia Tenggara. “Ini karena mereka akan berakhir dengan lebih banyak bisnis yang digabungkan,” demikian kata sumber.
Meski begitu, kesepakatan keduanya harus mendapatkan persetujuan dari otoritas terkait untuk mengikis kekhawatiran tindakan monopoli dari merger itu. Bahkan, analis bidang teknologi di Fitch Solutions, Kenny Liew melihat regulator tidak akan menyetujui kesepakatan itu. "Ini mengingat bahwa (jumlah) pekerjaan kemungkinan besar akan dipangkas," kata dia.
Kabar merger Grab dan Gojek sebenarnya sudah berhembus sejak Februari lalu. Diskusi di antara keduanya terus berlanjut, karena pesaingnya merugi akibat pembatasan aktivitas di luar rumah imbas virus corona.
Para investor di kedua perusahaan itu pun ikut menekan agar kesepakatan merger tercapai. Investor Grab SoftBank frustrasi dengan persaingan Gojek dan Grab.
CEO SoftBank Masayoshi Son juga semakin mendorong Grab untuk menyelesaikan kesepakatan merger dengan Gojek. Kabarnya, Son mendesak keduanya bergabung sejak ia datang ke Indonesia pada pertengahan tahun lalu.
Padahal, sumber Financial Times sebelumnya menyatakan bahwa Son sempat menolak rencana penggabungan itu. Alasannya, industri berbagi tumpangan (ride hailing) akan tumbuh signifikan. Selain itu, perusahaan dengan uang tunai banyak dinilai bakal mendominasi.
Berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2019, nilai ekonomi berbasis internet di Asia Tenggara diprediksi tumbuh dari US$ 100 miliar pada tahun lalu menjadi US$ 300 miliar pada 2025. Untuk Indonesia, nilainya diramal naik dari US$ 40 miliar menjadi US$ 133 miliar pada 2025.
Namun sumber Financial Times mengatakan, Son menyadari bahwa Gojek merupakan lawan Grab yang tangguh. Kini, Son disebut-sebut mendukung pembicaraan tersebut.
Selain karena frustasi dengan persaingan keduanya, investor Grab dan Gojek terus mendesak merger karena khawatir dengan pertumbuhan Sea Ltd. Sejak mencatatkan saham perdana atau IPO pada 2017, nilai pasarnya sekitar US$ 82 miliar. Induk Shopee itu mulai merambah layanan keuangan melalui ShopeePay, dan bahkan pesan-antar makanan di Vietnam.
SUMBER
Sumber Reuters mengatakan, CEO Grab Anthony Tan memilih untuk mengakuisisi pasar yang lebih sempit. Dengan begitu, perusahaan memiliki kendali yang lebih besar. "Ini memungkinkannya menjalankan bisnis di Indonesia sebagai anak perusahaan Grab," demikian kata salah satu sumber dikutip dari Bloomberg Oktober lalu (16/10). Namun, ia tidak memerinci pasar yang dimaksud.
Sedangkan pemegang saham Gojek mendorong kombinasi di seluruh Asia Tenggara. “Ini karena mereka akan berakhir dengan lebih banyak bisnis yang digabungkan,” demikian kata sumber.
Meski begitu, kesepakatan keduanya harus mendapatkan persetujuan dari otoritas terkait untuk mengikis kekhawatiran tindakan monopoli dari merger itu. Bahkan, analis bidang teknologi di Fitch Solutions, Kenny Liew melihat regulator tidak akan menyetujui kesepakatan itu. "Ini mengingat bahwa (jumlah) pekerjaan kemungkinan besar akan dipangkas," kata dia.
Kabar merger Grab dan Gojek sebenarnya sudah berhembus sejak Februari lalu. Diskusi di antara keduanya terus berlanjut, karena pesaingnya merugi akibat pembatasan aktivitas di luar rumah imbas virus corona.
Para investor di kedua perusahaan itu pun ikut menekan agar kesepakatan merger tercapai. Investor Grab SoftBank frustrasi dengan persaingan Gojek dan Grab.
CEO SoftBank Masayoshi Son juga semakin mendorong Grab untuk menyelesaikan kesepakatan merger dengan Gojek. Kabarnya, Son mendesak keduanya bergabung sejak ia datang ke Indonesia pada pertengahan tahun lalu.
Padahal, sumber Financial Times sebelumnya menyatakan bahwa Son sempat menolak rencana penggabungan itu. Alasannya, industri berbagi tumpangan (ride hailing) akan tumbuh signifikan. Selain itu, perusahaan dengan uang tunai banyak dinilai bakal mendominasi.
Berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2019, nilai ekonomi berbasis internet di Asia Tenggara diprediksi tumbuh dari US$ 100 miliar pada tahun lalu menjadi US$ 300 miliar pada 2025. Untuk Indonesia, nilainya diramal naik dari US$ 40 miliar menjadi US$ 133 miliar pada 2025.
Namun sumber Financial Times mengatakan, Son menyadari bahwa Gojek merupakan lawan Grab yang tangguh. Kini, Son disebut-sebut mendukung pembicaraan tersebut.
Selain karena frustasi dengan persaingan keduanya, investor Grab dan Gojek terus mendesak merger karena khawatir dengan pertumbuhan Sea Ltd. Sejak mencatatkan saham perdana atau IPO pada 2017, nilai pasarnya sekitar US$ 82 miliar. Induk Shopee itu mulai merambah layanan keuangan melalui ShopeePay, dan bahkan pesan-antar makanan di Vietnam.
SUMBER
Quote:
Grab, Gojek close in on terms for merger

Grab Holdings and Gojek have made substantial progress in working out a deal to combine their businesses in what would be the biggest Internet merger in South-east Asia, according to people with knowledge of the talks.
The region's two most valuable startups have narrowed their differences of opinion, though some parts of the agreement still need to be negotiated, said the people, asking not to be named because the talks are private. The final details are being worked out among the most senior leaders of each company with the participation of SoftBank Group Corp's Masayoshi Son, a major Grab investor, one of the people said.
Under one structure with substantial support, Grab co-founder Anthony Tan would become the chief executive officer of the combined entity, while Gojek executives would run the new combined business in Indonesia under the Gojek brand, the people said. The two brands may be run separately for an extended period of time, one of the people said. The combination is ultimately aimed at becoming a publicly listed company.
Representatives of Grab, Gojek and SoftBank declined to comment. The talks are still fluid and may not result in a transaction, the people said. The deal would need regulatory approval and governments may have antitrust concerns about the unification of the region's two leading ride-hailing companies.
Grab and Gojek have been locked in a fierce, expensive battle for dominance in that business along with food delivery and mobile payments over the last several years.
Investors have been pushing for them to combine forces across South-east Asia in order to reduce cash burn and create one of the most powerful internet companies in the region.
Grab, which is present in eight countries, was last valued at more than US$14 billion, while Gojek, valued at US$10 billion, has presence in Indonesia, Singapore, the Philippines, Thailand and Vietnam.
SoftBank has been pushing for a deal since Mr Son visited Indonesia in January, but he's grown increasingly frustrated with the lack of progress. The old rivalry and personality clashes between the two companies' leaders have led to deadlocked negotiations in the past, according to one of the people familiar with the talks.
Sea Ltd's rise as a formidable force in e-commerce and digital payments has injected fresh impetus to the Grab-Gojek conversation, the people said. The Singapore-based company's e-wallet, ShopeePay, has been gaining market share at a rapid clip, aided by the growing popularity of Sea's e-commerce platform Shopee. That, in turn, is challenging market leaders GoPay and Grab-backed Ovo in Indonesia.
Sea's surprise journey from a scrappy startup to South-east Asia's most valuable company in the past 10 years has been the "biggest inspiration" for local internet companies lately, said Rohit Sipahimalani, chief investment strategist at Temasek Holdings.
Sea went public in 2017 after raising more than US$720 million from investors and now has a market value approaching US$88 billion.
"People are now seeing that the public markets are a viable alternative for internet companies in South-east Asia," said Mr Sipahimalani, whose firm is an investor in Gojek. "But they also recognise that they need to get to a certain scale, which is why the IPO (initial public offering) route is becoming more attractive. I think that's leading to some dialogue around combinations and consolidations in the region."
He declined to comment on the Grab-Gojek deal, adding that Singapore's state-owned investment firm isn't taking part in the negotiations.
SUMBER
The region's two most valuable startups have narrowed their differences of opinion, though some parts of the agreement still need to be negotiated, said the people, asking not to be named because the talks are private. The final details are being worked out among the most senior leaders of each company with the participation of SoftBank Group Corp's Masayoshi Son, a major Grab investor, one of the people said.
Under one structure with substantial support, Grab co-founder Anthony Tan would become the chief executive officer of the combined entity, while Gojek executives would run the new combined business in Indonesia under the Gojek brand, the people said. The two brands may be run separately for an extended period of time, one of the people said. The combination is ultimately aimed at becoming a publicly listed company.
Representatives of Grab, Gojek and SoftBank declined to comment. The talks are still fluid and may not result in a transaction, the people said. The deal would need regulatory approval and governments may have antitrust concerns about the unification of the region's two leading ride-hailing companies.
Grab and Gojek have been locked in a fierce, expensive battle for dominance in that business along with food delivery and mobile payments over the last several years.
Investors have been pushing for them to combine forces across South-east Asia in order to reduce cash burn and create one of the most powerful internet companies in the region.
Grab, which is present in eight countries, was last valued at more than US$14 billion, while Gojek, valued at US$10 billion, has presence in Indonesia, Singapore, the Philippines, Thailand and Vietnam.
SoftBank has been pushing for a deal since Mr Son visited Indonesia in January, but he's grown increasingly frustrated with the lack of progress. The old rivalry and personality clashes between the two companies' leaders have led to deadlocked negotiations in the past, according to one of the people familiar with the talks.
Sea Ltd's rise as a formidable force in e-commerce and digital payments has injected fresh impetus to the Grab-Gojek conversation, the people said. The Singapore-based company's e-wallet, ShopeePay, has been gaining market share at a rapid clip, aided by the growing popularity of Sea's e-commerce platform Shopee. That, in turn, is challenging market leaders GoPay and Grab-backed Ovo in Indonesia.
Sea's surprise journey from a scrappy startup to South-east Asia's most valuable company in the past 10 years has been the "biggest inspiration" for local internet companies lately, said Rohit Sipahimalani, chief investment strategist at Temasek Holdings.
Sea went public in 2017 after raising more than US$720 million from investors and now has a market value approaching US$88 billion.
"People are now seeing that the public markets are a viable alternative for internet companies in South-east Asia," said Mr Sipahimalani, whose firm is an investor in Gojek. "But they also recognise that they need to get to a certain scale, which is why the IPO (initial public offering) route is becoming more attractive. I think that's leading to some dialogue around combinations and consolidations in the region."
He declined to comment on the Grab-Gojek deal, adding that Singapore's state-owned investment firm isn't taking part in the negotiations.
SUMBER
DARI PT. APLIKASI KARYA ANAK BANGSA (GOJEK) ... BERUBAH JADI APA YAA??
PT. KERJASAMA SINGAPORE INDONESIA SOFTBANK ATAU
PT. GRAB GOJEK SUKSES SELALU
SELAMAT TINGGAL PERANG PROMO GOJEK& GRAB








pradanto17 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.6K
Kutip
46
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan