Mendengar atau membaca kata 'pahlawan' pikiran kita mungkin langsung berkelana pada sosok-sosok pahlawan Indonesia. Kisah perjuangan para pahlawan itu melekat dalam ingatan dan semoga akan selalu begitu. Hingga menjadi motivasi untuk kita agar tidak mudah berputus asa, karena pasti akan ada hasil dalam setiap perjuangan.

Namun, yang disebut Pahlawan tidaklah harus yang berjuang dengan bersenjata bukan?
Seseorang yang memberi manfaat atau dampak positif pada orang lain juga bisa disebut pahlawan.

Sosok pahlawan paling utama dalam hidup kita tentu adalah ibu. Bagiku ibu adalah sosok pahlawan wanita tertangguh yang pernah aku kenal dan menurutku beliau juga adalah seseorang yang mempunyai kesabaran, maaf serta doa tak terbatas.

Selain ibu, ada satu sosok yang juga kuanggap sebagai pahlawan dalam hidupku selama ini. Dia adalah kakak iparku.

Kenapa aku menyebutnya sebagai pahlawan?
Karena dari kakak ipar lah aku mengetahui dan mendapatkan banyak hal, merasakan apa yang tak pernah aku rasakan.

Sejak kecil aku tidak tahu dan tidak pernah merasakan bagaimana rasanya mempunyai seorang ayah. Karena ayahku meninggal sejak aku berusia sekitar 2 tahunan.

Aku adalah anak di atas si bungsu dari 8 bersaudara, tapi mungkin karena si bungsu itu cowok jadi akulah yang diperlakukan seperti bungsu oleh semua saudara-saudaraku.

Saat aku berusia 9 tahun, kakak perempuanku yang nomor 3 menikah dan sejak saat itu di dalam rumah kami ada keluarga laki-laki.

Bukannya aku gak punya saudara laki-laki, tapi karena semua saudara laki-lakiku ada di pesantren dan jarang pulang. Jadi, sebelum kakak perempuanku menikah, seluruh anggota keluarga di rumahku itu perempuan termasuk ibu kami.

Kakak iparku itu adalah sosok yang bisa menjadi siapa saja, teman, kakak, ayah dan guru bagiku.

Dulu saat aku masih anak-anak, jika dia bersamaku maka dia akan mengajariku tentang bermacam-macam mainan, termasuk cara menerbangkan layangan.

Seiring berjalannya waktu, saat memasuki usia ABG kakak ipar mengajariku cara melindungi diri juga mengajari memperbaiki kerusakan barang-barang di sekitarku. Seperti mengutak-atik lampu listrik, memperbaiki kipas angin dan lain sebagainya. Pokoknya dia mengajariku menjadi pribadi yang mandiri.

Saat aku berbuat kesalahan tak jarang dia akan menasehatiku layaknya seorang ayah yang menasehati anaknya.

Kakak iparku adalah sosok pekerja keras, meskipun dia sudah mempunyai gaji tetap, tapi dia tidak hanya berpangku tangan saja.


sumber gambar: dokumen pribadi
lagi bajak tanah

Berbagai macam pekerjaan dia kerjakan dari mulai membajak sawah, mengebor sumur dan semua pekerjaan yang berbau mesin. Seperti, menservis motor, mesin air, televisi hingga peralatan dapur seperti magic com, mixer, blender.


sumber gambar: dokumen pribadi proses pengeboran sumur

Mengutak-atik mesin adalah keahliannya. Keahliannya itu dia manfaatkan untuk membuka peluang usaha. Tidak hanya untuknya, tapi juga untuk sanak famili dan juga teman-temannya.

Hasil kerjanya yang memuaskan membuatnya banyak dikenal, sampai pelanggannya itu ada yang dari plosok.

Prinsip yang dia pegang dan diajarkan padaku dari kecil adalah "tidak ada kebaikan yang sia-sia"

Jika ada temannya yang tidak bekerja atau tidak mempunyai pekerjaan maka dia akan menyerahkan pekerjaan mengutak-atik mesin itu pada temannya, tapi sebelumnya tentu sudah diajari sampai paham.

Kadang jika ada banyak pesanan membajak sawah, dia akan menyerahkan pekerjaan itu pada temannya atau orang-orang terdekat yang pengangguran atau lagi gak ada job kerja.

Kakak iparku adalah pahlawan tidak hanya bagiku, tapi juga bagi famili dan teman dan juga warga sekitar. Karena, untuk zaman sekarang perjuangan kita bukan lagi saling berperang beradu senjata, tapi kita berjuang untuk mengurangi ketimpangan sosial, kemiskinan dan pengangguran.

Setiap orang bisa menjadi pahlawan untuk siapa pun, karena setiap orang bisa memberi manfaat untuk orang lain.

Terima kasih dan semoga bermanfaat :terimakasih

Istijabah
Referensi: Pengalaman pribadi