- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kumpulan PROSA ( Puisi Seputar Aku )


TS
MUZAROS
Kumpulan PROSA ( Puisi Seputar Aku )
Puisi adalah rangkaian kata yang tersusun karena suara hati yang polos ..... mungkin tk berguna bagi orang lain tapi bagiku begitu berarti dan bermakna
Dan diammu buatku bertanya,sudah tak rindu dan cintakah kamu? Atau lelah jalani hari,yang tak berujung ini,entah
Malam diantara wangi bunga,embun menggantung disela-sela; lantas saya siapa? Berharap menanti sapa dari sisi balik jendela
Tawaku hambar mungkin saat ia terlewat,tak perlu juga kurindu datangnya,lara namaku dan itu rasa abadi yang tercipta
PROSA
Seringlah ini kukenang, di masa yang berat, di kala hidup mendesak dan nyaris kusesat, melintas gambar ibuku, sewaktu bertelut
Jangan membuat beliau sedih, kawan. Bahkan mendung yang paling kelam, tak akan mampu menandingi suram kala ibu menangis pilu
Di sayap-sayap waktu, rindu adalah jarak tempuh terdekat yang diterbangkan doaku kepadamu "Ibu"
PROSA
Di tebing yg dingin, suara gagak mengambil alih percakapan. Tetapi kita berdoa, sesaat Tuhan menggemakan, nubuat terakhirnya
mungkin terlalu tinggi khayalan ini... Hingga terasa membingungkan, harus dengan apa menggapainya??
Aku mengerti kesetiaan dari berjuta rindu, dan memahami arti kesabaran dari sebuah jarak
Engkau mengikatku dengan doa dan tangis. Maka derai airmataku menjelma butir tasbih yg bertaburan di atas sajadahku
PROSA
Tahukah engkau Aku memupuk rindu Di tiap malam Berteman kelam Kadang salju Ikut merindu Rasakan dingin Berikut angin
Kurasa getaran cinta Tak akan terbatas Oleh lautan samudera
Pun jarak nan luas kalau kau tak rasakan Rindu yang terkungkung
Kuingin kau tengadahkan Muka ke langit tak berujung
Pandangi bintan Bersama bulan Yang datang Selalu bersamaan
Saat ragu menderu hatimu Akankan kau takluk olehnya
Atau kau taklukan rasamu Agar rindu tetap menyala
Inginku kau jua merindu Agar tak ada yang palsu Hingga semua terkuak Dan tak ada suara yang soak
Sebab, harapan adalah keberanian Kesabaran adalah jawaban
Penantian adalah kesetiaan Dan, pertemuan adalah kemenangan
PROSA Pagiku
Rinai sepi merapi sunyi beselimut kabut rintik gerimis, dingin sedingin bekunya rasa dan asaku
Kulum embun malam merasuk dalam kesedirianku...jauh nan luruh. Dekat tapi tak rapat menggeliat
Ranum rembulan bersembunyi dibalik selimut tebal mengekal, gundah tak terarah dan hanya bisa pasrah
PROSA
Bila aku harus mengulangi hidup ini,
Aku akan membuat kesalahan-kesalahan yang sama,
tetapi akan aku pastikan bahwa aku menemukan
kesalahan-kesalahan itu jauh lebih awal.
Sehingga,......
penyesalan tak akan datang menjemput dan meng-elukanku.
Aku Tidak tau takdirku, tetapi aku tau hak-ku untuk mengubahnya
kadang langit menampakkan mendungnya
saat ku berfikir ini hidupku,
dan betapa sangat menyedihkannya sekenario yang aku terima
aku, orang yang menunggu hujan untuk ikut memeluknya,
dan jatuh dalam melodi sendunya
hingga tiba saatnya, diam-diam tetap ku nantikan hujan
tapi untuk menyaksikan keajaiban sesudah hujan : pelangi
ah...hipnotis pikirku...ini jalanku
PROSA
tentang sebuah ketulusan, tentang sebuah kejujuran
hancurku karena jujur, peluhku telah luluh
hujat terus menyayat, sindir terus menyinyir
lelah membuatku marah, letih menjadikanku sedih
kacau membuatku galau, susah membuatku gundah
Terkadang aku menjadi begitu lelah, terutama dalam menata hati.
Ada banyak bagian yang begitu susah kumengerti,
entah bagaimana Tuhan menjadikannya hingga begitu rumit untuk kupahami.
Tak Engkau gubris air mataku yang terus mengucur dimalam-malamku?
Namun terhadap manusia aku tetap tertawa,
tersenyum seolah tak ada yang terluka.
Padahal sejatinya aku sedang sekarat dan jiwaku yang kehausan amat begitu letih.
Menunggu mati
Tuhan, aku menunggu… dalam letih.
Tuhan, jangan terlalu lama. Sungguh aku teramat lelah
PROSA
Jengah ku menengadah ingin kubuang gudah serta serapah sampah tumpukan resah
Bujur mengubur jeritku mengabur, asaku mengapur terbelit lumpur yang uzur
Lelah mengukur konyolmu mengguyur
Merintih sedih bak buih yang tersapih, ruam menggenggam menapak jalan kelam pandang, benderang terang tak ayal datang
PROSA
Saat mentari tertunduk sendu, gema petir menggelegar, awan kaget ikut bermuram
Mencucur hujan rintik perlahan, merubah egois yang membatu, menjadikan hati penuh pengharapan
Saat kepala makin merunduk, kucium tanah bukti kehinaanku,sebagai tanda Agungnya sang Khalik
Isak tangisan begitu lirih, seirama kidung detak jantung, air mata berderai tak tertahan Menahan
PROSA
Lalui lagi panjang jalan penuh kemilau lelampuan,rindu yang menyeruak abaikan saja...sudah terluka diketakperdulian sisi relung hati...
Akulah malam yang melara,yang tertatih menata hari meski tak juga mengerti akan bagaimana menjalaninya...
Hening mendung berarak menjadi kelabu,tak lagi biru; bila hujan,kan kuajak kau serta.bermain disenandungnya
PROSA.
Nafas sore kembali menyapaku desir panas menyentuh kulitku kicau merdu hinggap di telingaku
beragam damai dan etos berbondong menghampiriku
Tetap saja gelisah tak mau pindah masih saja kerontang di pantai hati dingin malam tak mampu bekukan bara resahku hening malam tak mampu damaikan kacau pikirku
hangat pagi tak mampu cairkan beku sendiriku
Segalanya kini seakan tinggal hampa seluruh syaraf seakan lumpuh tiada daya rasa kehilangan nuansa sisakan hambar di tiap kunyahnya
Kalut...itulah yg menyelimuti panik itu yg sering terjadi semua msh dapat ditepi...emosi...itulah yg sulit terkendali...
PROSA
Syahdu menyatu semakin beku, mengalir semakin kelabu mendayu
Lagu hanya sebuah kumpulan kata semu, waktu hanya rangkaian daksa beberapa hasta
Jauh kukayuh kutempuh, radang berpeluh pecah membuncah ayal terbelah
Diripun gundah gelisah tak tentu arah, gelisah, resah, termakan serapah....Aku pasrah....dengan menengadah membuncah,..aku lelah...
PROSA
Jengah berselimut gundah bernuansa pasrah
luruh hatiku nan lusuh, gelegar suara bisikanmu
getarkan tebing hari yang telah miring
Kurindu pelukmu, kurindu timanganmu
kurindu bisikan sayangmu, kurindu simpul senyumu
dikaulah lentera mungil satu2nya penuntun jalanku
Ibundaku.....
Lekat sudah jalan berduri kulalui, ratap sudah bisik hatiku berteriak....berasa nyaman kulihat Engkau bundaku berteduh
Tunggulah anakmu ibu, daku menyusulmu
PROSA
Jengah berselimut gundah bernuansa pasrah
luruh hatiku nan lusuh, gelegar suara bisikanmu
getarkan tebing hari yang telah miring
Kurindu pelukmu, kurindu timanganmu
kurindu bisikan sayangmu, kurindu simpul senyumu
dikaulah lentera mungil satu2nya penuntun jalanku
Ibundaku.....
Lekat sudah jalan berduri kulalui, ratap sudah bisik hatiku berteriak....berasa nyaman kulihat Engkau bundaku berteduh
Tunggulah anakmu ibu, daku menyusulmu
PROSA
Jengah berselimut gundah bernuansa pasrah
luruh hatiku nan lusuh, gelegar suara bisikanmu
getarkan tebing hari yang telah miring
Kurindu pelukmu, kurindu timanganmu
kurindu bisikan sayangmu, kurindu simpul senyumu
dikaulah lentera mungil satu2nya penuntun jalanku
Ibundaku.....
Lekat sudah jalan berduri kulalui, ratap sudah bisik hatiku berteriak....berasa nyaman kulihat Engkau bundaku berteduh
Tunggulah anakmu ibu, daku menyusulmu
PROSA
Aku manusia biasa,
Aku insan biasa,
Bisa dijadikan,
Juga bisa dimatikan,
Semuanya atas ketentuan Tuhan,
PuNya kuasa tiada tandingan.
Syukur pada nikmatNya,
Aku biasa meniti usia,
Aku bisa amati kehidupan,
Aku bisa meneroka perjalanan,
Setiap pejalanan dan penerokaanku,
Terselit ilmu pengetahuan,
Mengajarku lebih dewasa,
Mengajarku lebih matang.
Pabilaku toleh ke belakang,
Aku mula menjejak beberapa langkah usia ke hadapan,
Ku titik-titik langkah itu dengan kegembiraan,
Kegembiraan menyambut hari ku dilahirkan,
Ku nukilkan ini,
Bukan sajak kesedihan,
Tetapi tanda menghargai hari aku dilahirkan,
Syukur padaMu Tuhan,
Terima kasih buat ibu,
Terima kasih buat ayah,
Terima kasih abang dan kakak,
Terima kasih buat sahabat,
Terima kasih buat semua,
PROSA
Hitam tapi tak terlihat hitam
Putih tak lagi terlihat putih.
Hujan tapi tak ada air.
Panas membuat tubuh basah.
Apa yang mampu di lihat sekarang..?
Semua semu, semua tak nyata.
Masih terus berdiri di sini.
Menikmati sebuah kebodohan yang tak terhenti
Hanya pandang jauh mimpi langit nan jauh
Semburat jingga mulai berselimut kabut
Gelap melalap
PROSA
Spoiler for 26 Agustus 2012:
Dan diammu buatku bertanya,sudah tak rindu dan cintakah kamu? Atau lelah jalani hari,yang tak berujung ini,entah
Malam diantara wangi bunga,embun menggantung disela-sela; lantas saya siapa? Berharap menanti sapa dari sisi balik jendela
Tawaku hambar mungkin saat ia terlewat,tak perlu juga kurindu datangnya,lara namaku dan itu rasa abadi yang tercipta
PROSA
Spoiler for 10 September 2012:
Seringlah ini kukenang, di masa yang berat, di kala hidup mendesak dan nyaris kusesat, melintas gambar ibuku, sewaktu bertelut
Jangan membuat beliau sedih, kawan. Bahkan mendung yang paling kelam, tak akan mampu menandingi suram kala ibu menangis pilu
Di sayap-sayap waktu, rindu adalah jarak tempuh terdekat yang diterbangkan doaku kepadamu "Ibu"
PROSA
Spoiler for 11 September 2012:
Di tebing yg dingin, suara gagak mengambil alih percakapan. Tetapi kita berdoa, sesaat Tuhan menggemakan, nubuat terakhirnya
mungkin terlalu tinggi khayalan ini... Hingga terasa membingungkan, harus dengan apa menggapainya??
Aku mengerti kesetiaan dari berjuta rindu, dan memahami arti kesabaran dari sebuah jarak
Engkau mengikatku dengan doa dan tangis. Maka derai airmataku menjelma butir tasbih yg bertaburan di atas sajadahku
PROSA
Spoiler for 19 Oktober 2012:
Tahukah engkau Aku memupuk rindu Di tiap malam Berteman kelam Kadang salju Ikut merindu Rasakan dingin Berikut angin
Kurasa getaran cinta Tak akan terbatas Oleh lautan samudera
Pun jarak nan luas kalau kau tak rasakan Rindu yang terkungkung
Kuingin kau tengadahkan Muka ke langit tak berujung
Pandangi bintan Bersama bulan Yang datang Selalu bersamaan
Saat ragu menderu hatimu Akankan kau takluk olehnya
Atau kau taklukan rasamu Agar rindu tetap menyala
Inginku kau jua merindu Agar tak ada yang palsu Hingga semua terkuak Dan tak ada suara yang soak
Sebab, harapan adalah keberanian Kesabaran adalah jawaban
Penantian adalah kesetiaan Dan, pertemuan adalah kemenangan
PROSA Pagiku
Spoiler for 11 Desember 2012:
Membuka lembaran baru ayal kepala menengadah,Bulir kesucian runtuh mengguyur mimpi nan sekejap rasa
Biar terlarung asa tercipta, terbang membuana tanpa sahaja menghela
Terkubur selaksa daksa rajutan rasa
Menjaring titik tanpa koma, kukuhkan jalan menuju asa, terjal mengganjal, tak peduli rasa...cukup...cukup..kurasa..
PROSA
Biar terlarung asa tercipta, terbang membuana tanpa sahaja menghela
Terkubur selaksa daksa rajutan rasa
Menjaring titik tanpa koma, kukuhkan jalan menuju asa, terjal mengganjal, tak peduli rasa...cukup...cukup..kurasa..
PROSA
Spoiler for 12 Desember 2012:
Pikiran itu selalu saja datang.Mengusik Hariku, Mengusik tidurku,
Mengusik batinku.
Pikiran itu selalu saja datang.Membuatku Lelah, Membuatku Resah,
Membuatku Gundah.
Terlalu banyak masalah, Aku tak tahan lagi!....Terlalu banyak Amarah, Aku Tak Tahan Lagi!
Ingin akhiri hidup ini, Keluar dari dunia fana ini, Menuju satu yang abadi, Hening, Gelap dan Mati.
Masalah, Selamat Tinggal..........
Hening, Selamat Datang ke dunia
PROSA
Mengusik batinku.
Pikiran itu selalu saja datang.Membuatku Lelah, Membuatku Resah,
Membuatku Gundah.
Terlalu banyak masalah, Aku tak tahan lagi!....Terlalu banyak Amarah, Aku Tak Tahan Lagi!
Ingin akhiri hidup ini, Keluar dari dunia fana ini, Menuju satu yang abadi, Hening, Gelap dan Mati.
Masalah, Selamat Tinggal..........
Hening, Selamat Datang ke dunia
PROSA
Spoiler for 15 Desember 2012:
Rinai sepi merapi sunyi beselimut kabut rintik gerimis, dingin sedingin bekunya rasa dan asaku
Kulum embun malam merasuk dalam kesedirianku...jauh nan luruh. Dekat tapi tak rapat menggeliat
Ranum rembulan bersembunyi dibalik selimut tebal mengekal, gundah tak terarah dan hanya bisa pasrah
PROSA
Spoiler for 17 Desember 2012:
Bila aku harus mengulangi hidup ini,
Aku akan membuat kesalahan-kesalahan yang sama,
tetapi akan aku pastikan bahwa aku menemukan
kesalahan-kesalahan itu jauh lebih awal.
Sehingga,......
penyesalan tak akan datang menjemput dan meng-elukanku.
Aku Tidak tau takdirku, tetapi aku tau hak-ku untuk mengubahnya
kadang langit menampakkan mendungnya
saat ku berfikir ini hidupku,
dan betapa sangat menyedihkannya sekenario yang aku terima
aku, orang yang menunggu hujan untuk ikut memeluknya,
dan jatuh dalam melodi sendunya
hingga tiba saatnya, diam-diam tetap ku nantikan hujan
tapi untuk menyaksikan keajaiban sesudah hujan : pelangi
ah...hipnotis pikirku...ini jalanku
PROSA
tentang sebuah ketulusan, tentang sebuah kejujuran
hancurku karena jujur, peluhku telah luluh
hujat terus menyayat, sindir terus menyinyir
lelah membuatku marah, letih menjadikanku sedih
kacau membuatku galau, susah membuatku gundah
Terkadang aku menjadi begitu lelah, terutama dalam menata hati.
Ada banyak bagian yang begitu susah kumengerti,
entah bagaimana Tuhan menjadikannya hingga begitu rumit untuk kupahami.
Tak Engkau gubris air mataku yang terus mengucur dimalam-malamku?
Namun terhadap manusia aku tetap tertawa,
tersenyum seolah tak ada yang terluka.
Padahal sejatinya aku sedang sekarat dan jiwaku yang kehausan amat begitu letih.
Menunggu mati
Tuhan, aku menunggu… dalam letih.
Tuhan, jangan terlalu lama. Sungguh aku teramat lelah
PROSA
Spoiler for 22 Desember 2012:
Jengah ku menengadah ingin kubuang gudah serta serapah sampah tumpukan resah
Bujur mengubur jeritku mengabur, asaku mengapur terbelit lumpur yang uzur
Lelah mengukur konyolmu mengguyur
Merintih sedih bak buih yang tersapih, ruam menggenggam menapak jalan kelam pandang, benderang terang tak ayal datang
PROSA
Spoiler for 23 Desember 2012:
Saat mentari tertunduk sendu, gema petir menggelegar, awan kaget ikut bermuram
Mencucur hujan rintik perlahan, merubah egois yang membatu, menjadikan hati penuh pengharapan
Saat kepala makin merunduk, kucium tanah bukti kehinaanku,sebagai tanda Agungnya sang Khalik
Isak tangisan begitu lirih, seirama kidung detak jantung, air mata berderai tak tertahan Menahan
PROSA
Lalui lagi panjang jalan penuh kemilau lelampuan,rindu yang menyeruak abaikan saja...sudah terluka diketakperdulian sisi relung hati...
Akulah malam yang melara,yang tertatih menata hari meski tak juga mengerti akan bagaimana menjalaninya...
Hening mendung berarak menjadi kelabu,tak lagi biru; bila hujan,kan kuajak kau serta.bermain disenandungnya
PROSA.
Spoiler for 24 desember 2012:
Nafas sore kembali menyapaku desir panas menyentuh kulitku kicau merdu hinggap di telingaku
beragam damai dan etos berbondong menghampiriku
Tetap saja gelisah tak mau pindah masih saja kerontang di pantai hati dingin malam tak mampu bekukan bara resahku hening malam tak mampu damaikan kacau pikirku
hangat pagi tak mampu cairkan beku sendiriku
Segalanya kini seakan tinggal hampa seluruh syaraf seakan lumpuh tiada daya rasa kehilangan nuansa sisakan hambar di tiap kunyahnya
Kalut...itulah yg menyelimuti panik itu yg sering terjadi semua msh dapat ditepi...emosi...itulah yg sulit terkendali...
PROSA
Spoiler for 31 desember 2012:
Syahdu menyatu semakin beku, mengalir semakin kelabu mendayu
Lagu hanya sebuah kumpulan kata semu, waktu hanya rangkaian daksa beberapa hasta
Jauh kukayuh kutempuh, radang berpeluh pecah membuncah ayal terbelah
Diripun gundah gelisah tak tentu arah, gelisah, resah, termakan serapah....Aku pasrah....dengan menengadah membuncah,..aku lelah...
PROSA
Jengah berselimut gundah bernuansa pasrah
luruh hatiku nan lusuh, gelegar suara bisikanmu
getarkan tebing hari yang telah miring
Kurindu pelukmu, kurindu timanganmu
kurindu bisikan sayangmu, kurindu simpul senyumu
dikaulah lentera mungil satu2nya penuntun jalanku
Ibundaku.....
Lekat sudah jalan berduri kulalui, ratap sudah bisik hatiku berteriak....berasa nyaman kulihat Engkau bundaku berteduh
Tunggulah anakmu ibu, daku menyusulmu
PROSA
Jengah berselimut gundah bernuansa pasrah
luruh hatiku nan lusuh, gelegar suara bisikanmu
getarkan tebing hari yang telah miring
Kurindu pelukmu, kurindu timanganmu
kurindu bisikan sayangmu, kurindu simpul senyumu
dikaulah lentera mungil satu2nya penuntun jalanku
Ibundaku.....
Lekat sudah jalan berduri kulalui, ratap sudah bisik hatiku berteriak....berasa nyaman kulihat Engkau bundaku berteduh
Tunggulah anakmu ibu, daku menyusulmu
PROSA
Spoiler for 4 Januari 2013:
Jengah berselimut gundah bernuansa pasrah
luruh hatiku nan lusuh, gelegar suara bisikanmu
getarkan tebing hari yang telah miring
Kurindu pelukmu, kurindu timanganmu
kurindu bisikan sayangmu, kurindu simpul senyumu
dikaulah lentera mungil satu2nya penuntun jalanku
Ibundaku.....
Lekat sudah jalan berduri kulalui, ratap sudah bisik hatiku berteriak....berasa nyaman kulihat Engkau bundaku berteduh
Tunggulah anakmu ibu, daku menyusulmu
PROSA
Spoiler for 16 Januari 2013:
Aku manusia biasa,
Aku insan biasa,
Bisa dijadikan,
Juga bisa dimatikan,
Semuanya atas ketentuan Tuhan,
PuNya kuasa tiada tandingan.
Syukur pada nikmatNya,
Aku biasa meniti usia,
Aku bisa amati kehidupan,
Aku bisa meneroka perjalanan,
Setiap pejalanan dan penerokaanku,
Terselit ilmu pengetahuan,
Mengajarku lebih dewasa,
Mengajarku lebih matang.
Pabilaku toleh ke belakang,
Aku mula menjejak beberapa langkah usia ke hadapan,
Ku titik-titik langkah itu dengan kegembiraan,
Kegembiraan menyambut hari ku dilahirkan,
Ku nukilkan ini,
Bukan sajak kesedihan,
Tetapi tanda menghargai hari aku dilahirkan,
Syukur padaMu Tuhan,
Terima kasih buat ibu,
Terima kasih buat ayah,
Terima kasih abang dan kakak,
Terima kasih buat sahabat,
Terima kasih buat semua,
PROSA
Spoiler for 20 januari 2013:
Hitam tapi tak terlihat hitam
Putih tak lagi terlihat putih.
Hujan tapi tak ada air.
Panas membuat tubuh basah.
Apa yang mampu di lihat sekarang..?
Semua semu, semua tak nyata.
Masih terus berdiri di sini.
Menikmati sebuah kebodohan yang tak terhenti
Hanya pandang jauh mimpi langit nan jauh
Semburat jingga mulai berselimut kabut
Gelap melalap
PROSA
0
7.4K
Kutip
13
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan