akukolgorengAvatar border
TS
akukolgoreng
Bun, Aku Masih Mencintainya
Bun, pernah gak jatuh cinta tanpa bertemu sebelumnya? Jatuh cinta pada orang yg wujudnya tak tersentuh, yg hanya bisa ditatap lewat layar ponsel, yang hanya bisa didengar suaranya lewat sambungan telfon. Tapi kau berhasil jatuh cinta, juga dia.

Aku ingin berbagi cerita tentang seseorang yang hingga saat ini memenuhi hati dan fikiranku bun. Aku memanggilnya tyo, panggilan yg kuambil dari nama belakangnya. Spesial, karna hanya aku yg memanggilnya dengan panggilan itu. 2 agustus kemarin genap 2 tahun aku mengenalnya. Berawal dari perkenalan lewat twitter yg tak biasa. dia berbeda dari laki-laki kebanyakan, tidak ada kata-kata "hai kenalan dong" atau kalimat ajakan kenalan sejenisnya. Saling berbalas twit hingga tiga hari tanpa menanyakan nama, hingga akhirnya dia menawarkan untuk lanjut di dm, tetap dengan cara yang berbeda, aku menyukainya. Aku merasa satu frekuensi dengan laki-laki ini, senang bercanda seharian bahkan membahas hal-hal yg sebenarnya tak penting untuk diperbincangkan, mulai dari monyet keselek kedondong, setan masuk rumah sakit dll. Cara berkenalan kami juga tidak biasa, dia begitu penuh kejutan bun, memperkenalkan diri secara tiba2 dengan biodata lengkap layaknya orang ingin melamar kerja, sukur-sukur ga sekalian riwayat pendidikan juga dia lampirkan wkwk. Sayangnya dia tak begitu terbuka tentang kehidupan pribadinya, dia hanya senang bercanda seharian, berdebat, membuatku kesal lalu tertawa. Padahal sejujurnya aku ingin tau banyak hal tentang dia bun.

Sampai di satu titik dimana kami bercanda terlalu kelewatan. Kami saling menantang untuk bermain gombalan satu sama lain. Sayangnya aku terlalu lemah bun, bagaimana tidak, dia benar-benar sangat manis saat itu, meskipun menurutnya ini permainan. Aku tak butuh waktu lama untuk menyukainya, tetapi seperti kebanyakan wanita, aku berpura-pura biasa saja. Aku fikir "ah ini hanya sesaat, hanya karna gombalan-gombalannya, nanti juga hilang sendiri" memang ya, tak semua wanita pandai menutupi perasaan, aku sering memberikan kode-kode tipis lewat twitku, juga lewat status wa, oh iya dari dm twitter kami pindah ke Whatsapp waktu itu. Sampai akhirnya karna terlalu sering aku mnunjukkan kode-kode, dia memulai percakapan untuk membahas hal ini denganku. Dia sangat sopan sekali pada saat itu, menanyakan tentang perasaanku, dan kaitannya dengan twitku. Aku fikir saat itu adalah saat yg tepat untuk berbicara. Aku mengungkapkan semuanya, tentang aku yg kalah sebelum menyelesai kan permainan. Rasanya lega bisa mengungkapkan yg selama ini hanya dipendam. Bulan oktober malam itu, dia menghargai perasaanku, juga meminta maaf karna kelewatan bermain-main hingga membuatku terbawa perasaan, baper istilahnya. Kufikir malam itu kegalauanku akan berakhir, ternyata tidak bun. Dia ingin aku menetralkan semuanya, termasuk perasaanku. Dia masih belum berdamai dengan masa lalu, masih ada yg ia jaga di dalam hatinya. Jadi bagaimana mungkin dia membalas perasaanku kan wkwk, aku saja yg terlalu lemah saat itu. Dia memintaku untuk diberi waktu tenang, kembali pada diri masing-masing untuk mnetralkan perasaan, dia hanya ingin berteman denganku, aku masih ingat kata-katanya "gimana ya, sayang aja gitu punya temen yg nyambung tapi gara-gara ini harus kehilangan gitu aja" aku setuju, meskipun rasanya seperti dihempas dari menara paling tinggi di dunia. Kami sepakat untuk tidak saling berkomunikasi sementara waktu, yang aku dan dia sendiri pun tak sepakati sampai kapan.

Kami benar-benar menjauh bun, aku hanya bisa memantaunya lewat twitter dan status Wa. Butuh waktu sangat lama untukku memutuskan berhenti berharap apa-apa. Hingga desember, kami memulai kembali komunikasi tapi saling membatasi satu sama lain. rasanya aneh, kami tak seasik sebelumnya, banyak batasan-batasan yg kujaga agar tak terbawa perasaan. Awal tahun 2019, aku memutuskan untuk memulai hidup baru, menghilangkan perasaan terhadap tyo. Tapi laki-laki spesial satu ini begitu lucu sekaligus kejam. Bagaimana tidak, saat aku mulai berusaha menjauh dengan perlahan dia seakan-akan menarikku kembali dengan perlahan pula, tyo mulai terbuka tentang kehidupan pribadinya, keluarga, teman-temanya, juga masa lalunya. Tyo membuatku kembali merasa spesial karna menjadikanku penampung beberapa cerita yg tak ia ceritakan pada orang lain. Tak sampai di situ bun, ntah apa yg ada di fikiran laki-laki satu ini, dia memintaku untuk membantunya move on dri masa lalunya yg sudah berakhir sejak 4 tahun yg lalu. Padahal sebelumnya aku sudah siap2 berbenah perasaan. Dia sekejam itu bun.

Membuat orang lain sembuh dari patah hati bukan pekerjaan yg mudah. Tak banyak yg bisa kulakukan karna jarak, kecuali menjadi yg selalu ada, menjadi pendengar yg baik, juga teman ngobrol yg menyenangkan. Hingga juli 2019, aku lupa kapan tanggal tepatnya, tyo mengungkapkan perasaannya, lagi-lagi dengan cara yg berbeda dari laki-laki kebanyakan. Tak ada kalimat "mau gak jadi pacarku" atau kalimat sejenisnya, benar-benar hanya mengungkapkan, lalu mengalir seperti biasa. Aku bahkan lupa kapan pertama kali tyo memanggilku sayang. Kami tak punya tanggal jadian. Sempat aku berdebat dengan tyo tentang ini di pukul 3 pagi, aku ingin punya tanggal jadian seperti orang-orang, agar aku bisa merayakan anniversary dgn lilin dan dinner romantis. Tyo bilang aku boleh mnjadikan tgl pertemuan kami nanti sebagai tanggal jadian, tapi aku menolak, dan memaksa dia mengingat tanggal saat dia menyatakan perasaan, tau apa yg dia lakukan? tidur. Dia selalu berhasil membuatku gemas. Tapi malam itu aku menyadari bahwa sesungguhnya kami tak butuh tanggal jadian, kami bebas memilih tanggal berapa saja untuk dijadikan tanggal jadian. Anggap saja setiap hari adalah anniversary, kecuali saat dia menyebalkan wkwk.

Layaknya pasangan pada umumnya, kami juga sering bertengkaar bahkn hanya karna masalah sepele seperti ditinggal ketiduran atau dia lebih asik main game berjam-jam. LDR ternyata tak semudah yg kufikirkan, selain melawan rindu aku harus melawan fikiran-fikiran buruk yg diciptakan oleh kepalaku sendiri. Aku selalu cemburu karna mantannya yg dulu masih sering menghubungi tyo meskipun tak direspon, ya mantannya begitu agresif. Selain marahan karna cemburu, ditinggal tidur atau ditinggal main game, kami sering bertengkar karna tyo yg keras kepala bun, selain itu aku juga sering kesal dengan sikap tyo yang sering moodyan. Dia tipe orang yg saat banyak masalah berubah menjadi sosok yg uring-uringan, sulit diajak ngobrol serius, tetapi diajak bercanda juga ga bisa, lebih parah dari perempuan kalo lagi PMS. Aku lebih sering mengalah untuk tyo, dia keras kepala yg benar benar keras kepala, alias kepala beton wkwk. menurutku aku cukup sabar menghadapi tyo selama 1 tahun berpacaran, selama ini lebih sering aku yg meminta maaf demi ga marahan lagi, tapi yg seperti ini juga lelah lama kelamaan bun. Sempat kami bertengkar hebat hingga dia meminta udahan, tetapi lagi-lagi kami kembali karna aku yg memohon, selama setahun kami hampir udahan 2 kali, dan selalu aku yg mengalah untuk tidak berhenti. Rasanya sayang sekali, kami telah melewati banyak hal bersama-sama, kami sudah mengenal satu sama lain, tak ada lagi yg kami tutup-tutupi satu sama lain, aku mengenalnya luar dalam, begitu juga tyo. Kami telah merencanakan hal yg lebih serius, bahkan rencana masa depan sudah kami fikirkan.

Benar, tidak ada hubungan tanpa ujian, selain jarak, ujian kami ada pada restu orang tua bun, tyo menceritakan tentang aku kepada ibunya stelah hampir setahun berpacaran. Sayangnya respon ibunya tak seperti yg kami harapkan. Aku paham bun, setiap ibu tentu ingin yg terbaik untuk anaknya, ibunya melarang tyo untk melanjutkan hubungan denganku, alasannya karna jarak yg begitu jauh, jawa-kalimantan. Ibunya memikirkan biaya yg harus dikeluarkan nantinya, juga karna kami yg belum pernah bertemu sama sekali. Tentunya ibu tyo ingin mendapatkan menantu dengan bibit bebet dan bobot yg ia inginkan. Mungkin ia takut nantinya aku tak seperti yg ia harapkan bun. Sejak saat itu aku mulai goyah, begitupun tyo. Diam-diam aku selalu menangisi ini tiap malam, tapi aku tak prnah menceritakannya pada tyo. Aku selalu meyakinkan tyo untk berjuang brsama-sama untk meyakinkan ibunya sementara aku tak begitu yakin. Tentu keputusan ada di tyo, aku menyerahkan kepada tyo sepenuhnya. Aku sudah siap jika tyo memilih untuk menyerah. Tapi tyo memilih untk lanjut bun, "yauda lah jalanin aja dulu, gatau juga ntar ke depannya gimana" begitu kata tyo, kesannya seperti bimbang kan bun, aku paham perasaan tyo, sangat paham, dan aku memakluminya.

Juli 2020 kami masih baik-baik saja, masih dengan perasaan yg sama, dimana hati dan kepalaku diisi oleh dia, banyak orang mengajukan pertanyaan dengan pola kalimat yang sama bun, kok bisa jatuh cinta sama orang yg ga pernah ditemui sama sekali? aku sulit menjawabnya, bingung juga menjelaskannya bagaimana. Bulan lalu dia baru menyelesaikan sidang skripsinya, aku juga akan menyusul segera, doakan ya. Banyak mimpi yg akan kami wujudkan bersama, salah satunya mengalahkan jarak +- 1.291 km untuk bisa makan es krim bareng wkwk.

Hingga agustus 2020, aku mulai sibuk dengan pekerjaanku, aku sibuk membantu kkakku berjualan dari sore hingga tengah malam, smenjak aku bkerja, intensitas komunikasi dengan tyo berkurang, aku menyadarinya, kami sibuk dengan urusan masing-masing, tyo sibuk dengan persiapan pernikahan kakaknya, waktu kami untuk ngobrol bnyak hal hanya pada tengah malam setelah aku pulang krja. Aku ingin cepat2 pulang hanya agar bisa ngobrol dengan tyo, tapi tyo kadang lebih sering asik dengan teman-teman tongkrongannya, aku sering ketiduran menunggu tyo pulang, meskipun saat bersama temannya tyo juga membalas chat sesekali, aku merasa seperti diabaikan, aku sabar berkali-kali tapi akhirnya aku meledak juga, menahan untuk tidak protes hanya karna takut bertengkar lagi, tapi aku tak bisa bersabar trlalu lama, aku mengungkapkan semuanya pada tyo. Benar, kami bertengkar, tyo mmang keras kepala dan jarang mau disalahkan. Tyo marah karna menurutnya aku berlebihan, selalu menuntut diberi perhatian, menuntut tyo untk selalu sama seperti dulu, aku salah ya bun? Aku salah ya btuh perhatian tyo? aku salah meminta waktu tyo sedikit saja? Aku tak pernah melarang tyo untk bermain dgn teman2nya asal dia tau porsinya.Sampai akhirnya, tyo juga mengungkapkan jika dia jenuh, itu alasan mengapa dia lebih sering bersama teman-temannya. Akhirnya aku lemah bun, jika bunda diposisiku apa yg bunda lakukan? Padahal sbnarnya aku bisa memberi dia wktu sendiri jika memang jenuh, sesimpel bilang aja kan bun? jadi aku ga perlu overthinking dengan perubahannya. Ah entahlah. Pada akhirnya aku memberi dia pilihan, memberikan dia kesempatan untuk menentukan bahagianya sendiri. Aku pasrah bun. Sejujurnya bukan hanya itu alasanku pasrah, berbulan-bulan aku dihantui oleh perasaan bimbang, bimbang karna masalah restu dari ibu tyo, jujur aku sudah minder sejak awal masalah ini ada, aku sudah pesimis sejak awal. Rasanya berat untuk menghadapi apa yg ada di depan. Rasanya semua masalah menjadi satu, aku yg masih sibuk dengan skripsiku, tyo yg masih pusing mencari pekerjaan, kami berdua sama-sama dalam tekanan, keadaan yg mengubah semuanya. Hingga 4 september kemarin tyo membuat keputusan untuk mengakhiri semuanya, tak ada lagi aku yg dulu bun, tak ada lagi aku yg memohon untuk mencoba lagi, dengan semua pertimbangan yg ada, aku mengiyakan keputusan ini. Rasanya sakit bun, jujur kami berdua tidak baik-baik saja dengan keputusan ini, jangan ditanya betapa hancurnya aku, juga tyo.

Dulu tyo prnah bilang, jika tidak berjodoh denganku, dia pasti butuh waktu yg sangat lama untuk bisa move on, apalagi aku bun. Padahal tak ada tempat kenangan yg prnah kami kunjungi berdua, tak ada makanan yg kami pernah beli dan makan bersama, Tak ada jalan yg pernah kami lewati berdua. Bukankah dengan begitu seharusnya aku lebih mudah melupakan? tapi nyatanya tidak bun, tidak semudah itu. Aku tak pernah mnjalin hbungan dengan laki-laki selama ini. Aku terakhir pacaran saat kelas 3 SMP dan kau tau itu hanya cinta cintaan anak baru puber, yg pacaran sebulan lalu putus. Putus hanya karna keadaan yg tak mendukung rasanya lebih sakit daripada diselingkuhi bun (padahal aku juga gatau rasanya diselingkuhi pacar wkwk)aku ga punya alasan untuk membencinya, selain mengutuk keadaan dan diri sendiri. Tyo pernah bilang gini dulu, coba aja kita kaya raya, kita pasti udah ketemu, tiap malam minggu bisa ngapelin kamu, punya uang banyak tinggal nikah, ga perlu susah-susah ngumpulin uang. ah sudahlah, mungkin sudah jalannya seperti ini. Kalo jodoh ga kemana kan? haha kalimat ini yg menguatkanku berkali-kali. Ntah akan bagaimana aku dan tyo pada akhirnya, jika dia yg Allah pilih untukku nanti semoga memang dia yg terbaik, tapi jika tidak aku hanya memohon untuk diberikan kemudahan untuk sama-sama mengikhlaskan, juga semoga dipertemukan dengan jodoh yg terbaik. Aku masih mencintainya bun.

Titip sedikit pesan untuk tyo boleh ya bun. "Terimakasih sudah bertahan hingga kemarin, terimakasih pernah memberikan banyak rasa. Jika memang bahagia bisa diraih dengan cara tidak bersama, ketahuilah tak pernah ada padaku sesal pernah menjadi temanmu tumbuh dan memahami betapa cinta itu benar-benar ada. Ntah Allah pertemukan atau tidak kita nantinya, cerita ini simpan saja baik-baik ya, rahasia yg paling rahasia cukup kita saja yg tau." 


Aku menyesal baru menceritakan tentang tyo ke bunda sekarang, semua sudah selesai bun.

dzulfiqar16
maling.sepatu
tien212700
tien212700 dan 9 lainnya memberi reputasi
8
1.8K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan