Hai, gansis yang menyempatkan santai sambil baca thread ane, kali ini ane mau ikut event yang di adakan regional Kalimantan Barat. Oke tanpa lama-lama kita masuk ke topik utamanya.

Seni tato sudah ada sejak masa nenek moyang, yang di kembangkan secara turun-temurun, setiap suku seni tato memiliki ciri khas yang berbeda. Apalagi di Indonesia seni tato banyak peminatnya, di Indonesia sendiri terdapat beberapa suku yang memiliki seni tato turun-temurun. Seperti Suku Dayak, Mentawai di Sumatra Barat, suku Moi di Papua, dan suku Bali.

Setiap tato memiliki makna, simbol, religi, tradisi, dan spiritual. Kebanyakan model tato berasal dari tanaman, hewan, dan benda alam. Keunikan setiap suku menjadikan tato lebih dikenal dan sering dijadikan sebagai identitas.

Siapa yang tidak tau Suku Dayak Iban, terletak di Kalimantan Barat. Suku ini memiliki tato yang berbeda dari suku dayak lainnya. Perbedaan bisa dilihat dari bentuk dan penempatan tato itu sendiri, karena tato dibuat bukan asal saja melainkan harus mengikuti aturan yang sudah ada sejak turun-temurun. Hal itulah yang membuat tato Suku Iban berbeda, karena tidak sembarang orang bisa memilikinya.

 Bentuk-bentuk alam menggambarkan bahwa Suku Iban tidak dapat dipisahkan dengan alam sekitar, tempat tinggal begitu juga sumber kehidupan mereka. Bahkan hingga sekarang bangunan rumah Suku Iban masih tradisional dan alam sekitar menyatu dengan hutan.

Bagi laki-laki tato memiliki makna keberanian, kedewasaan, dan kekuasaan. Sedangkan perempuan memiliki makna keterampilan, seperti menenun, menari, dan menyanyi.

Laki-laki Suku Iban memiliki tato dibagian rahang bawah, leher, pundak, dada, paha, betis, tangan dan sebagainya. Pada wanita hiasan tato biasanya hanya terdapat pada leher, lengan, tangan dan jari. Mereka mempunyai tato pada masa remaja. Wih, jarum suntik aja ane takut, gimana ya rasanya di pantang🤭🤭

Bagi Suku Iban tato diyakini sebagai penerang/obor ke arah keabadian setelah kematian semakin banyak tato seseorang maka semakin terang jalan kehidupan dan semakin lapang jalan menuju ke alam keabadian. Saat seseorang meninggal, tato diyakini bisa berubah warna lebih terang.

Motif tato Suku Iban seperti bunga terung, bunga jantung, buah andu, dan buah tengkawang/ngkabang. Hewan, misalnya ketam, ketam itit, remaung, kala, gerama, naba, dan burung lang. Ada juga motif tradisional khas pantang Iban, seperti uker degok (ukir degug atau ukir/pantang rekong), pantang pah, pala tumpa, dan kelingai. Sementara motif uker degok yang berbentuk bulat memanjang dirajah dari pangkal leher bagan depan hingga bagian bawah dagu merupakan identitas orang Iban.

Alat yang digunakan untuk menusuk kulit biasanya duri pohon jeruk dijepit dengan "pelaik", yaitu semacam kayu kecil yang dibelah ujungnya. Sementara pemukulnya dibuat dari sebatang rotan atau kayu. Dengan semacam tinta berwarna hitam yang dihasilkan oleh tanaman. Gimana ya sakitnya😱😱 Suku Iban menyebut tato sebagai "uker" atau "pantang". Pantang Iban cenderung "lebih kasar" atau berukuran lebih besar dan tidak terlalu rumit/detail, berbeda dari suku lain yang memiliki ukuran berbeda dengan motif yang detail.

Tidak heran jika orang tua Suku Iban memiliki tato seluruh tubuh, hal itu memiliki arti dan makna bagi mereka, tidak hanya laki-laki yang mempunyai tato seluruh tubuh, wanita di sana juga memiliki tato yang hampir semua tubuhnya dipenuhi tato, dengan model dan makna yang berbeda. Pada jaman dahulu pemberian tato kepada seseorang berdasarkan garis keturunan, status sosial, kecakapan, keahlian, dan kemampuannya. Itu sebabnya yang memiliki tato hanya suku asli sana saja.

Berjalan waktu tato Suku Iban sudah mulai ditinggalkan terutama anak-anak suku itu sendiri, adanya bangunan untuk pendidikan membuat anak-anak dilarang lagi mempunyai tato, berbeda dengan zaman dahulu setiap anak terutama mengalami masa remaja sudah mempunyai tato di bahu bagian depan. Anak-anak tidak mau di tato lagi dengan alasan kalau mencari kerja sulit, terutama bekerja sebagai PNS.

Kini Suku Iban yang memiliki tato hanya terhitung jari, hanya orang tualah yang masih mempunyai tato hingga sekarang, berbeda dengan anak-anak dan remaja. Pasalnya remaja Suku Iban, banyak yang merantau dengan tujuan untuk melanjutkan pendidikan ataupun mencari pekerjaan.

Entah apa yang akan terjadi selanjutnya jika tato peninggalan nenek moyang perlahan terlupakan, apalagi tato yang berasal dari suku Indonesia memiliki keistimewaan tersendiri, tidak heran kalau ada orang asing yang datang ke Suku Dayak ingin mempunyai tato seperti mereka, berbeda dengan tato sekarang yang proses pembuatannya sudah modern, Suku Iban masih menggunakan cara lama hingga sekarang.

Bahkan hingga sekarang tato selalu dianggap hal tidak baik seperti kriminal, pelaku kejahatan, dan brutal. Padahal tidak semua orang bertato seperti itu, kalau hal itu tetap dipandang buruk bagaimana dengan seni peninggalan nenek moyang kita, apa harus ditinggalkan? jawabannya tidak, sudut pandang tato tergantung dari orang yang melihatnya.

Mempunyai tato membuat orang sulit mencari pekerjaan, kenapa tidak membuka lapangan pekerjaan?. Karena banyak sekali cara bagi mereka untuk mendapatkan penghasilan dengan cara baik. Tato adalah sebuah seni turun-temurun yang berasal dari setiap suku yang ada diIndonesia, sudah sewajibnya generasi muda melestarikan tato agar lebih dikenal dunia. Setiap suku memiliki ciri khas yang berbeda bukan, lestarikan selagi masih ada waktu.

Cukup sekian dari thread ane semoga bermanfaat, mengikuti perkembangan zaman tidak ada salahnya, tapi sebagai bangsa Indonesia sudah sepatutnya kita harus melestarikan kebudayaan, adat istiadat yang sudah ada sejak zaman dahulu. Jangan sampai apa yang kita punya diakui oleh negara lain.