Jiwa muda emang susah untuk dikekang atau dibatasi Gan. Seolah tahu segalanya, anak muda tuh biasanya selalu ingin menjadi yang terdepan dalam mengelola sesuatu. Padahal, mereka belum tentu mengerti lika-liku dan pahitnya proses dalam merealisasikan tujuan.

Kisah serupa mirip sekali dengan perjalanan Ron yang sedang berambisi membenahi sistem perusahaan ayahnya yang dinilainya sudah kuno.



Ambisi dan ego dari seorang pemuda seperti Ron sedang diuji karena statusnya sebagai lulusan bergelar MBA dari luar negeri. Ia berkeyakinan bahwa 'hal sepele' yang terjadi dalam perusahaan ayahnya mampu secara mudah ia benahi.

Namun, sepertinya ayahnya masih belum sepenuhnya percaya kepadanya. Ayahnya masih belum menginginkan Ron berada pada jajaran elit perusahaan. Meski ia ditawari posisi sebagai Manajer oleh ayahnya, namun Ron menolak dan merasa posisi tersebut tidak cukup untuk membenahi sistem perusahaan yang ia nilai sudah kuno.

Ayah Ron tahu bahwa jiwa muda anaknya tersebut sedang membara. Sifat Ron yang inginnya serba instan membuat ayahnya berpikir untuk memberikannya pemahaman bahwa menikmati prosesadalah hal yang penting dilakukan.



Sebagai laki-laki yang berasa dari Nias, ayah Ron sangat familiar dengan tradisi 'hombo batu' yang mempunyai nilai filosofi yang tinggi. Ia pun mengajak Ron menyaksikan tradisi tersebut di Nias. Ron pun bertanya kepada ayahnya "Susah gak sih pah lompat batu setinggi itu?", jawaban ayahnya adalah..

"Kamu tahu gak Ron, tujuan lompat batu itu bukan sekedar melompati batu yang tinggi, tapi ini untuk mengukur kedewasaan seorang laki-laki. Ini tentang tanggung jawab, ini tentang proses.



Mendengar omongan ayahnya tersebut, seketika ego dan ambisi buta Ron memudar. Lantas bagaimana tawaran yang diberikan kepadanya sebagai Manajer? Apakah akan ia ambil atau ia akan memulai langkah dari batu yang paling kecil?

Simak yuk kisah selengkapnya tentang Ron melalui video dibawah ini:


Nantikan juga video selanjutnya dari I Dare Series, eksklusif di KASKUS TV