Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Alya917Avatar border
TS
Alya917
Siapa Bilang Kuliah Online itu Enggak Enak?
Siapa Bilang Kuliah Online itu Enggak Enak?
sumber gambar

Saya mau bahas soal teman yang satu kampus dan sekelas sama saya. Eh, semester kemarin, sih, kalau bisa dibilang namanya bukan temen sekelas, tapi, temen se-online. Jadi, gini. Mereka tuh ngeluh nggak enak gitu kuliahnya via online. Lha, saya bingung, kenapa? Padahal, nih ya, kuliah di rumah itu bearasa di pantai, nyantai, dan terutama bebas mau nyambi ngapain aja. Penasaran, saya tanya aja bagian mananya, sih yang bikin nggak enak? Teman saya jawab gegara kuota. Maklum, subsidi kuota baru turun semester ini.

Alasan lainnya, sih yang bikin otak saya stuck, mereka jawab, lebih enak belajar tatap muka. Saya sendiri kurang setuju sama mereka, dan, saya yakin banget, teman-teman saya yang suka titip absen atau bolos matkul juga setuju sama saya. Jelas lebih enak kuliah nggak usah tatap muka. Kalau nyatanya mereka enggak setuju sama saya, lha kenapa mereka pas giliran jadwal kuliah offline males ngampus? Tapi, disuruh kuliah online malah lebih ngerasa mau mampus.

Setidaknya, bukan saya aja yang menikmati masa-masa kuliah online kayak sekarang, pembolos di atas juga di antaranya. Bukannya saya seneng kalau pandemi berlanjut, tapi, ngapain, sih pusing mikirin nggak enaknya kuliah online. Lagian, kalau dipikir-pikir kuliah offline juga banyak nggak enaknya, plus banyak buang-buang waktunya, menurut saya.

Iya, buang waktu. Sama buang duit, deh sekalian. Misal, kalau istirahat, bukannya baca buku ke perpus, malah cari resto di luar kampus. Malah, paling parah saya pernah nekat ke bioskop di mall deket kampus buat nonton film di awal tanggal rilisnya waktu itu, Avengers: Endgame. Gila nggak, tuh?

Terus, ya, karena saya tipe orang yang sukanya telat kalau kedapetan kuliah pagi, menurut saya kuliah offline bisa jadi solusi. Banyak alasan, sih yang bikin saya jadi telat mulu, dan nggak penting juga dibahas semua di sini. Ya, salah satunya gegara jarak rumah ke kampus itu nggak dekat, dan, seringnya macet. Sebenernya ini alasan klasik banget, dan, dosen seringnya jawab, "Harusnya berangkat aja dua jam sebelum jam matakuliah".

Iya, kreatif juga, sih nasihatnya, dan, itu saya lakuin gegara dosennya nggak bakal mulai ngajar kalau mahasiswanya belum lengkap. Coba itu, berasa nggak enak hati saya, ditelepon, di-Whatsaap, di-SMS anak kelas yang biasanya aja saya masuk atau nggak, mereka enggak peduli. Mereka pedulinya mau belajar, dan cuma gegara nungguin saya, waktu belajarnya mereka kebuang. Setidaknya, masalah kuliah offline satu itu saya lolos gegara kuliah online, kan? Bye-bye telat-telat! Di kamus dosen saya, pasti udah nggak ada, tuh si mahasiswi telat.

Alasan lain yang setidaknya bikin saya sujud-sujud adalah, nggak perlu capek melihat teman-teman saya berlomba cari muka ke dosen. Mungkin kalian kira, saya ini iri sama mereka yang selalu dipuji gegara keaktifannya. Tapi, bukan karena itu. Saya Bisa aja jadi mahasiswi yang aktif pas di kelas, tapi, saya nggak mau. Sekalipun saya tahu jawaban dari yang ditanyakan dosen, ya, paling saya jawab sendiri di hati, atau paling keras saya jawab ke temen sebelah saya.

Saya, tuh males dicap pinter sama teman, atau dosen, soalnya, pasti bakal disayang nantinya. Dan, saya bukan tipe orang yang mau disayang atau di-respect dengan alasan pinter, saya maunya walaupun bodoh atau pendiam juga di-respect gitu. Itulah alasan saya nggak mau terlalai aktif atau menonjol di kelas, kalau ada pertanyaan, tinggal saya Google sendiri, nggak kayak teman saya yang selalu berani bertanya. Saya lebih milih jadi orang yang mencurahkan pengetahuan saya pas waktunya tiba, maksudnya pada saat yang memang mengharuskan saya bicara, pas presentasi misalnya.

Bahkan karena hal itu juga, di awal semester, saya merasakan banget dicap bodoh sama teman-teman. Tapi, saya suka dicap bodoh gitu, karena saya nggak perlu ribet ladenin pertanyaan teman-teman yang selalu nanya tentang tugas. Siapa juga yang sudi nanya ke orang pendiam dan nggak tahu apa-apa, kan?

Sayangnya, kedok saya kebongkar pas nilai UTS semester awal keluar. Nilai saya rata-rata selalu di atas mereka yang aktif bicara. Semenjak itu mereka mulai respect sama saya—dan, saya nggak suka itu, selalu menanyakan banyak hal tentang tugas mereka. Sumpah, masalahnya bukan saya pelit ilmu atau saya nggak mau berbagi jawaban, cuma, saya jadi tahu mana yang layak dijadikan teman dan mana yang nggak layak dijadikan kawan.

Dan, dengan adanya kuliah online, setidaknya saya bisa rehat dari suasana kelas yang berisi teman-teman saya berlomba cari perhatian dosen kayak gitu. Sebenarnya, sih itu hal lumrah yang dilakukan anak kuliahan terhadap dosennya, karena di kuliah kan ada nilai keaktifan. Cuma, saya milih jalur rahasia yang lebih efektif buat dapetin nilai itu dengan cara dan waktu yang lain—yang nggak akan saya bahas kali ini.

Alasan puncaknya yang bikin saya nangis bahagia belajar online, adalah bisa di rumah terus. Walaupun saya tipe ekstrovert, menurut hasil tes Stifin saya Fe dan tes MBTI saya ENFJ, saya tetep suka jadi anak rumahan, saya jarang main ke luar, males, sama nggak ada yang ngajak juga, sih. Pokoknya, saya suka belajar di rumah aja, dan, setidaknya saya nggak suka mendambakan apa yang sudah terjadi—kuliah offline hingga lupa menikmati apa yang sedang terjadi saat ini—kuliah online.
0
549
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan