Kaskus

Story

Sambelterasi052Avatar border
TS
Sambelterasi052
Dipecat Karena Lebih Memilih Demo Daripada Masuk Bekerja Seperti Biasa
Dipecat Karena Lebih Memilih Demo Daripada Masuk Bekerja Seperti Biasa
Foto: kompas.com

Ketika baca status di akun media sosial pribadi teman saya dimana ia meluapnya kekesalannya karena ia di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dari tempat kerjanya.

Sebelumnya saya sampaikan, jika tulisan ini sudah mendapatkan ijin dari teman saya dengan mengangkat kisahnya namun nama, tempat dan lokasi ia bekerja saya tidak sebutkan.

Teman saya ini sudah hampir 4 tahun menjalani pekerjaannya sebagai buruh pabrik, dan kebetulan kami juga memiliki profesi yang sama sebagai buruh hanya beda perusahaan dan lokasi saja.

Awalnya perusahaan menghimbau seluruh tenaga kerja berstatus buruh untuk tidak melakukan perusakan baik di areal perusahaan maupun diluar areal perusahaan.

Dipecat Karena Lebih Memilih Demo Daripada Masuk Bekerja Seperti Biasa
Foto: pexels.com

Perusahaan juga memberikan waktu tertentu untuk menyuarakan aspirasinya bersama dengan rekan lainnya, selanjutnya masuk bekerja seperti biasanya akan tetapi ada pemeriksaan ketat security jika keluar masuk pabrik, mungkin alasannya biar tidak ada benda yang dilarang seperti sajam, obat terlarang dan penyusup, hal ini lumrah dilakukan pabrik pasca demo.

Kebetulan pabrik tempat teman saya bekerja ini memberikan waktu 2 hari tanpa keterangan dengan ketentuan gaji harian tidak dibayar perusahaan, sehingga aktivitas di pabrik berhenti dan hanya bagian pengamanan yang ada di pabrik tersebut.

Setelah waktu yang ditentukan perusahaan itu habis, pabrik kembali beraktivitas seperti biasa akan tetapi ada pemeriksaan ketat dan absensi lapangan disetiap divisi/bagian.

Dipecat Karena Lebih Memilih Demo Daripada Masuk Bekerja Seperti Biasa
Foto: pexels.com

Kebetulan teman saya ini telalu kecapekan sehingga ia absen masuk kerja, dan tepat jam 10 pagi ke atas ia mendapatkan SMS dengan isi pesan

"Selamat pagi Bapak, setelah mengacu pada ketentuan perusahaan tentang libur kerja, bapak sudah 3 hari berturut-turut tidak masuk kerja tanpa keterangan, dengan ini perusahaan dengan sangat menyesal harus melakukan PERUMAHAN terhadap bapak. Untuk segala hak dan kewajiban silahkan datang ke kantor, terimakasih".

Setelah membaca pesan tersebut ia sangat terkejut dan terpukul atas pemecatannya, ia sempat bingung dan merasa depresi. Karena mencari pekerjaan itu sangat sulit karena pesaing sangat banyak, meskipun gaji kecil tetap sulit untuk masuk ke salah satu perusahaan.

Namun dengan berat hati dan sangat menyesal ia datang ke kantor untuk mengambil haknya dan ia sangat terkejut dari 300-an tenaga buruh tetapi, hanya 7 orang yang melanggar aturan tersebut yang berimbas mendapatkan PHK.

Ada salah satu karyawan beralasan ia sakit dan menunjukkan SKD (Surat Keterangan Dokter) pihak manajemen langsung melakukan survei ternyata SKD tersebut fiktif.

Ketika HRD (Human Resource Development) memberikan pandangan terhadap mereka bertujuh, sontak teman saya itu tertunduk karena malu dan menyesal. Kalimat seperti ini kira-kira;

"Saya menjadi HRD bukan karena pendidikan tinggi saja saya juga pernah menjadi buruh butuh loyalitas dan integritas untuk bisa diangkat karyawan tetap.

Saya juga mantan Mahasiswa dan saya juga sering ikut demo karena itu sebagai tolak ukur pandangan politik saya agar bisa menyimpulkan gagasan terbaik, tapi jika hanya ikut-ikutan demo tanpa memahami terlebih dahulu apa gagasan atau aspirasi kita untuk disampaikan itu sama saja dengan omong kosong."


Dimana pola pikir kita masih bisa disusupi orang dengan sugesti negatif, seperti beli kucing dalam karung yang ternyata isinya musang.

Misalnya anda seorang pemilik usaha terus karyawan anda mogok kerja karena alasan ini itu, apakah anda bertahan untuk tidak mengoperasikan usaha anda karena karyawan anda mogok kerja? Tentunya anda pasti mencari karyawan yang niatnya ingin bekerja bukan? Jadi sama pemikiran pemilik perusahaan ini.

Seandainya jika perusahaan ini bangkrut yang dirugikan bukan cuma perusahaan tetapi karyawan juga, maka bagi yang memiliki keluarga yang dapurnya dari gaji dari pabrik ini harus kehilangan mata pencaharian, bagaimana perasaan anda melihatnya jika anda tidak peduli berarti anda sendiri egois mau enaknya saja.

Perusahaan ini tutup masih buka di negara lain atau daerah lain, perusahaan ini tutup mereka ada modal besar buat bangun usaha lagi, nah nasib karyawan bagaimana? Cari keri itu sangat sulit, kalian sudah tau kan ketika kalian melamar ada ribuan pelamar datang namun yang beruntung kalian ini tapi malah disia-siakan, Saya bukan merendahkan derajat kalian karena saya juga karyawan.

Di luar itu ada kepentingan karena mereka orang kaya, sedangkan kita tidak ada kepentingan khusus tapi ekonomi pas-pasan, yang rugi kita kan.

Terkecuali perusahaan kita ini langsung menerapkan kebijakan tersebut atau perusahaan lain baru kita demo di jalan yang benar.

Mungkin kurang lebih seperti itulah pesan yang disampaikan HRD tersebut.

Dan sangat jujur saya menginjinkan tulisan cerita saya ini, tujuannya hanya untuk membuka pola pikir teman lainnya agar tidak larut dalam kesenangan sementara. Utamakan terlebih dahulu kebutuhan hidupmu baru ikut membantu menyuarakan hak dan kewajiban bersama.

Semoga tidak ada terjadi lagi kasus seperti saya.


➡️Referensi: tulisan ini diangkat dari cerita teman saya, ketika sedang ngobrol di warkop.
➡️Tulisan: Sambelterasi052
➡️Narasi: Pemikiran teman saya
Diubah oleh Sambelterasi052 18-12-2020 12:54
User telah dihapus
nomoreliesAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.6K
28
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan