- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
TANDA CINTA DARI MUNTAHA


TS
reikka
TANDA CINTA DARI MUNTAHA
Kalian percaya dengan keajaiban cinta ? kalo gue sih kaga
kali ini gua punya cerita tentang keajaiban cinta dan kebesaran ilahi
sebuah perjalanan seorang pemuda yang ...... silahakan baca ceritanya untuk lebih lengkapnya.

Setelah mereka selesai makan pria itu mengeluarkan kotak kecil wana biru tua dan membukanya.
Terima kaish bagi kalian yang sudah berkenan menyempatkan waktu untuk membaca.





Spoiler for Cerita:
Mentari baru saja beranjak meninggalkan fajar kala itu, suasana riuh khas anak sekolah terdengar merdu dari balik dinding SMP Negeri Cianjur. Hari ini adalah pengumuman kelulusan Ujian Nasional yang telah berlangsung beberapa pekan lalu. Tiga sosok berbalut putih biru berdiri mematung sambil memegang surat kelulusan masing-masing, tak ada kata yang terucap dari bibir mereka. Dalam hatinya berbagai hal membuncah ingin mereka sampaikan namun tak tau bagaimana memulainya.
Quote:
“ kamu akan lanjut ke SMA kan, Afra ?” tanya Senja memecah keheningan yang tercipta sedari tadi. Namun Afra Dzikra Alazzam hanya menggelengkan kepalanya dengan lemah. Mata Senja mulai berkaca-kaca meski dia tau bahwa gelengan kepala adalah jawaban yang akan dia dapati namun dia selalu berharap sahabatnya itu akan berubah fikiran dan mau melanjutkan pendidikannya.
“ Kamu harus lanjut Fra, aku bisa minta ayahku untuk mengurus semuanya. Kamu tidak perlu memikirkan biaya tinggal sekolah selesai.” setengah kesal Raihan mencecar Afra.
“ Mohamad Raihan Wally Dafa, terima kasih kamu sudah mau berusaha. Tapi aku tetap tidak bisa, belakangan ini ibuku sakit-sakitan dan hanya aku yang bisa menjaganya.” akhirnya Afra menjelaskan pada dua sahabatnya itu. “ Kalian pergilah, raih masa depan kalian. Bersyukur kalian hidup seperti ini tidak seperti aku.” tambahnya.
“ Tapi kami akan sekolah di Bandung Fra, aku ga mau kita berpisah aku.. ak..ak..a” Sambil terisak Senja menjelaskan keberatannya.
“ Terserah kamu lah, kamu memang keras kepala. Tak pernah mau mengerti perasaan sahabat sendiri.” Setengah berteriak Raihan berkata dan terus berlalu meninggalkan dua sahabatnya itu sambil bercucuran air mata.
Tangisan Senja semakin nyaring terdengar, ditengah kebingungannya Afra raih tangan Senja dan dia genggam penuh hangat seakan itu adalah genggaman terakhir yang dapat dia berikan.
“ Tak perlu menangis Senja, jika Allah menghendaki kita semua pasti bertemu lagi. Aku sudah tidak sabar menanti hari itu hari dimana aku bertemu lagi dengan kedua sahabatku dengan segudang cerita kesuksesannya.” ucap Afra
“ Kamu harus lanjut Fra, aku bisa minta ayahku untuk mengurus semuanya. Kamu tidak perlu memikirkan biaya tinggal sekolah selesai.” setengah kesal Raihan mencecar Afra.
“ Mohamad Raihan Wally Dafa, terima kasih kamu sudah mau berusaha. Tapi aku tetap tidak bisa, belakangan ini ibuku sakit-sakitan dan hanya aku yang bisa menjaganya.” akhirnya Afra menjelaskan pada dua sahabatnya itu. “ Kalian pergilah, raih masa depan kalian. Bersyukur kalian hidup seperti ini tidak seperti aku.” tambahnya.
“ Tapi kami akan sekolah di Bandung Fra, aku ga mau kita berpisah aku.. ak..ak..a” Sambil terisak Senja menjelaskan keberatannya.
“ Terserah kamu lah, kamu memang keras kepala. Tak pernah mau mengerti perasaan sahabat sendiri.” Setengah berteriak Raihan berkata dan terus berlalu meninggalkan dua sahabatnya itu sambil bercucuran air mata.
Tangisan Senja semakin nyaring terdengar, ditengah kebingungannya Afra raih tangan Senja dan dia genggam penuh hangat seakan itu adalah genggaman terakhir yang dapat dia berikan.
“ Tak perlu menangis Senja, jika Allah menghendaki kita semua pasti bertemu lagi. Aku sudah tidak sabar menanti hari itu hari dimana aku bertemu lagi dengan kedua sahabatku dengan segudang cerita kesuksesannya.” ucap Afra
Senja semakin terisak dalam tundukannya. Kemudian tanpa dia duga, dia rasakan sebuah kecupan lembut diatas ubun-ubunnya. Segera dia tegakan kembali pandangannya namun sahabatnya itu telah berlalu meninggalkannya tanpa dia tau air mata yang ditahannya sedari tadi mulai meleleh. Senja ingin marah atas perlakuan Afra terhadapnya namun dia tak bisa, karena ada setitik perasaan aneh dalam dadanya yang belum dia pahami.
***
Meski mentari terasa membakar setiap jengkal kulitnya namun tak dia rasakan. Peluh bercucuran melewati kulit legamnya, bau aroma terbakar tercium dari badannya. Diusianya yang baru 16 tahun dia telah bergelut dengan kejamnya dunia, sudah setahun ini dia lakoni sebuah peran kehidupan yang mencekik sebagai kuli panggul di pasar induk Cianjur. Meski begitu dia tetap belajar ikhlas karna dia beranggapan hidup itu bukan untuk disesali dan dikeluhkan setiap detik. Semangat bekerja dia dapati dari seorang wanita yang dia panggil ibu, meski telah lama ibunya berjuang melawan penyakit livernya namun dia tidak pernah lupa untuk memberikan semangat dan doa untuk putra semata wayangnya itu. Meski tidak tega melihat putra kesayangannya banting tulang menafkahi mereka berdua namun apa boleh buat, semenjak suaminya meninggal 3 tahun lalu mereka berdua harus ikhlas menjalani hidup keras ini.
Afra melangkahkan kaki menuju rumahnya, meski lelah dia rasakan namun semangat pulang kerumah mengalahkan segalanya. Ada perasaan bahagia dalam dadanya karena upah kerja hari ini tidak seperti biasanya, setelah membelikan obat untuk ibunya dia masih mengantongi uang sebesar Rp. 150.000. Ucap syukur tak hentinya dia lontarkan. Ditengah perjalanan pulang dia bertemu dengan pak Soleh tetangganya. Dengan wajah riang Afra menyapa pak Soleh.
Quote:
“ Kamu baru pulang Fra?” tanya Pak Soleh.
“ Iya pak, mari pak permisi saya tinggal pulang.” jawab Afra dengan sopan.
“ Afra tunggu sebentar.” ucap pak Soleh
“ Maafkan bapak nak tapi bapak harus sampaikan hal ini, ibu mu meninggal dunia nak”
“ Iya pak, mari pak permisi saya tinggal pulang.” jawab Afra dengan sopan.
“ Afra tunggu sebentar.” ucap pak Soleh
“ Maafkan bapak nak tapi bapak harus sampaikan hal ini, ibu mu meninggal dunia nak”
Bagai sambaran kilat yang melepaskan semua tulangnya, Afra mematung badannya lemas, nafasnya seakan tertahan ditenggorokan. Tanpa memperdulikan apa-apa lagi dia segera berlari secepat dia bisa. Padangannya mulai kabur terhalang air mata yang mengalir deras, dalam larinya bayangan senyuman ibunya terlukis jelas, belaian lembut tangan ibunya begitu nyata, dan ucapan teduhnya terus terngiang. Sesampainya dirumah dia dapati sebujur kaku terbungkus kain kafan, dia hampiri sosok itu. Tangisnya semakin menjadi ketika dia dapati wajah yang begitu dia kenali, wajah itu telah kaku dan matanya terpejam untuk selamanya.
“ Ibu, kenapa bu.... Bu Afra pulang bu, Afra pulang bawa obat untuk ibu dan ini lihat upah Afra hari ini lumayan bisa untuk bawa ibu berobat ke dokter. Bangun bu... bangun.” Rengek Afra. Disamping jasad ibunya obat dan uang berserakan. Para tetangga yang melayad tak kuasa menahan tangis menyaksikan pemandangan itu, Bu Fatimah memeluk Afra, Afra semakin meraung menagis dan entah sampai kapan tangisnya akan berhenti.
***
Meski semua orang telah pulang Afra masih betah bersimpuh di atas pusara ibunya, dalam benaknya dia menganggap semua ini tidak adil. Hatinya merintih,
Quote:
“Ya Allah Kau ambil Bapak 3 tahun yang lalu, tak Kau beri izin hamba untuk melanjutkan pendidikan, Kau biarkan hamba menjadi kuli panggul, dan sekarang Kau ambil Ibu. Kenapa aku Ya Allah? Kenapa bukan anak-anak durhaka saja Yang Kau perlakukan seperti ini”
“ Istighfar Afra, jangan jadi manusia sombong. Harusnya kamu bersyukur, karena ini adalah tanda cinta dari Allah” terdengar ucapan dari arah belakang Afra.
Afra menoleh, ternyata yang berbicara adalah Kyai Mahhfud “ Abah, Afra bingung Bah” ucap Afra.
“ Jangan kamu berbicara seakan-akan Allah itu tidak ada.” ucap Kyai Mahfud.
“ Astaghfirullah, maaf Abah. Tapi memang Afra tidak tau apa yang harus Afra perbuat sekarang”
“ Kamu bersedia ikut Abah”
“ Kemana Bah?”
“ Jawab dulu pertanyaan Abah nak.”
“ Insya Allah Afra bersedia Bah”
“ Jika begitu segera bersiap, kemasi barang-barang mu tidak perlu semua yang penting pakaian saja.”
“ Istighfar Afra, jangan jadi manusia sombong. Harusnya kamu bersyukur, karena ini adalah tanda cinta dari Allah” terdengar ucapan dari arah belakang Afra.
Afra menoleh, ternyata yang berbicara adalah Kyai Mahhfud “ Abah, Afra bingung Bah” ucap Afra.
“ Jangan kamu berbicara seakan-akan Allah itu tidak ada.” ucap Kyai Mahfud.
“ Astaghfirullah, maaf Abah. Tapi memang Afra tidak tau apa yang harus Afra perbuat sekarang”
“ Kamu bersedia ikut Abah”
“ Kemana Bah?”
“ Jawab dulu pertanyaan Abah nak.”
“ Insya Allah Afra bersedia Bah”
“ Jika begitu segera bersiap, kemasi barang-barang mu tidak perlu semua yang penting pakaian saja.”
Afra mengangguk, dan akhirnya mereka berdua berlalu meninggalkan komplek pemakaman itu.
***
Suasana romantis begitu terasa disudut sebuah cafe kawasan Braga Bandung. Disebuah meja nampak dua insan tengah menikmati hidangan makan malamnya. Seorang pria menggunakan stelan jas bermarna hitam jika dilihat pria muda itu adalah seorang eksekutif muda sebuah perusahaan besar . Wajahnya yang tampan sangat terlihat tersorot cahaya lilin dari atas meja makannya. Dan didepannya duduk seorang wanita anggun menggunakan busana muslim warna hitam dan kerudang tosca. Wanita itu sunggung cantik dengan balutan busana muslimahnya.
Quote:
“ Tidak biasanya kamu ajak aku makan malam seperti ini, hhmmm pasti ada maunya ya?” sambil tersenyum wanita itu mencandai pria yang duduk dihadapannya. “ hehehehe..... habiskan dulu makanan mu, pamali ngobrol sambil makan” Ucap pria itu.
Setelah mereka selesai makan pria itu mengeluarkan kotak kecil wana biru tua dan membukanya.
Quote:
“ Rumaisha Nur Senja, bersediakah kamu mengikuti setiap langkahku dan jadi pendamping hidupku selamanya?” tanya pria itu.
Senja hanya diam saja melihat pria dihadapannya, dia tidak menyangka bahwa pria yang telah lama dia kenal akan melamarnya malam ini.
“ Aku tersanjung dengan semua ini Raihan, tapi maaf aku tak bisa. Aku cukup nyaman menjadi sahabatmu dan aku tidak mau merubah itu semua.” jawab Senja.
Mohamad Raihan Wally Dafa tersenyum dipaksakan mendengar jawaban Senja.
“ Baiklah tidak apa-apa, yang penting aku bisa tetap dekat dengan mu hehehehe.”
“ Hhmm kamu ini.... maaf Raihan, entah mengapa aku tidak bisa membuka hati untuk orang lain. Semakin aku berusaha semakin aku jatuh cinta pada dia.”
“ Dia?” tanya Raihan
“ Iya sudah lama aku memendam rasa padanya, awalnya aku ga ngerti dengan rasa ini. Tapi semakin hari semakin tercium aromanya dan ku yakini bahwa ini adalah cinta.” dengan gaya pujangga Senja menjelaskan kegundahannya selama ini
“ Pada siapa kau jatuhkan cintamu hai Senja?” Raihan balas kata-kata puisi Senja
“ Muhammad Afra Dzikra Alazzam” ucap Senja lirih, mendadak air mata menetes dari bola matanya yang indah.
“ Apa??? Sejak kapan Senja?” Raihan tidak percaya
“ Sejak kau tinggalkan kami berdua di halaman sekolah 7 tahun yang lalu”
Senja hanya diam saja melihat pria dihadapannya, dia tidak menyangka bahwa pria yang telah lama dia kenal akan melamarnya malam ini.
“ Aku tersanjung dengan semua ini Raihan, tapi maaf aku tak bisa. Aku cukup nyaman menjadi sahabatmu dan aku tidak mau merubah itu semua.” jawab Senja.
Mohamad Raihan Wally Dafa tersenyum dipaksakan mendengar jawaban Senja.
“ Baiklah tidak apa-apa, yang penting aku bisa tetap dekat dengan mu hehehehe.”
“ Hhmm kamu ini.... maaf Raihan, entah mengapa aku tidak bisa membuka hati untuk orang lain. Semakin aku berusaha semakin aku jatuh cinta pada dia.”
“ Dia?” tanya Raihan
“ Iya sudah lama aku memendam rasa padanya, awalnya aku ga ngerti dengan rasa ini. Tapi semakin hari semakin tercium aromanya dan ku yakini bahwa ini adalah cinta.” dengan gaya pujangga Senja menjelaskan kegundahannya selama ini
“ Pada siapa kau jatuhkan cintamu hai Senja?” Raihan balas kata-kata puisi Senja
“ Muhammad Afra Dzikra Alazzam” ucap Senja lirih, mendadak air mata menetes dari bola matanya yang indah.
“ Apa??? Sejak kapan Senja?” Raihan tidak percaya
“ Sejak kau tinggalkan kami berdua di halaman sekolah 7 tahun yang lalu”
****
Udara sejuk khas pegunungan begitu lembut membelai wajah Senja, angin dingin beraroma pohon pinus itu masuk melalui jendela kamar hotel yang sengaja dia buka. Sejauh mata memandang hamaparan kebun teh bagai permadani besar. Bukan untuk urusan berlibur dia berada disitu. Dia dan Raihan harus menghadiri meeting yang kebetulan dilaksanakan di sebuah hotel yang berada dikawasan Giriawas Cikajang Garut. Tiba-tiba lamunannya melayang ke kota kelahirannya Cianjur, bukan karena dia rindu akan kampung halamannya tapi seseorang yang dia rindukan. Berbagai pertanyaan membuncah dalam fikirannya apa kabar dia sekarang? Sedang apa dia sekarang? Seperti apa dia sekarang? Sudahkah dia mengikrarkan cintanya pada gadis lain? Tanpa terasa cairan hangat membasahi pipinya. Memang setiap dia teringat akan pujaan hatinya itu hatinya selalu perih, masih terasa kecupan lembut pada ubun-ubunnya yang pemuda itu berikan 7 tahun lalu. Meski kecupan itu yang membuat dia jatuh cinta pada pemuda itu namun dia berjanji jika suatu hari dia bertemu dengannya, hal pertama yang akan dia lakukan adalah menamparnya sebagai bentuk balasan karena dia telah berani mengecupnya. Ditengah lamunannya tiba-tiba hp nya berbunyi, ada pesan singkat yang masuk ke hp nya setelah dia baca langsung saja dia bergegas keluar dari kamarnya.
Sudah 3 jam Senja dan Raihan berkeliling perkebunan teh, akhirnya mereka memutuskan untuk bersitirahat di sebuah masjid yang megah dan indah sekaligus menunggu waktu Ashar tiba. Mereka berdua duduk dan berbincang sambil menikmati pemandangan kebun teh yang dari pelataran masjid nampak lebih indah. Tengah asyik berbincang tiba-tiba Senja mendapati sosok yang sangat ia kenal yang pada saat itu sedang mengepel lantai masjid megah itu, seorang pemuda yang selama ini dia rindukan. Senja memberi tahu Raihan akan keberadaan orang itu, Raihan pun menoleh ke arang orang itu dan berteriak “ ALLAHUAKBAR Afra”. Semua orang menengok ke arah Raihan termasuk pemuda yang dipanggil Afra itu. Afra diam mematung tidak percaya dengan apa yang sedang dia saksikan semua terasa seperti mimpi baginya, dihadapannya kini berdiri dua sahabat yang sangat dia rindukan. Senja dan Raihan berlari ke arah Afra. Raihan memeluk Afra bersemangat ucapan rindu tak henti keluar dari mulutnya, Senja terisak melihat kedua sahabatnya yang tengah melepas rindu itu. Inilah hari yang telah lama mereka nantikan. Setelah Raihan melepaskan pelukannya Afra berbalik menghadapi Senja, Afra mengatupkan tangannya didada dan menanyakan kabar Senja. Namun tanpa diduga sebuah tamparan dia dapati dari tangan lembut Senja. Suasana berubah hening, Afra dan Raihan saling pandang tak mengerti. Akhirnya Senja membuka suara.
Quote:
“ Ini balasan untuk perlakuan mu 7 tahun yang lalu Afra, dan Demi Allah aku sangat rindu padamu.”
Air mata Senja mulai meleleh, akhirnya mereka memutuskan untuk berbincang sambil melepas rindu di pelataran masjid itu.
“ Sudah lama kamu jadi marbot dimasjid ini Afra?” tanya Raihan
“ Ya beginilah keadaanku sobat, sehari-hari aku mengurus masjid ini. Selain menjadi pekerjaanku ini juga menjadi ladang amal bagiku.” jawab Afra
Akhirnya Raihan mengeluarkan kartu namanya dan memberikannya pada Afra.
“ Ini alamat kantor aku di Bandung Fra, datanglah kesana aku akan memberikan pekerjaan yang lebih layak buat kamu.” ucap Raihan
Afra tersenyum pada Raihan dan menerima kartu nama itu “ Maaf kawan tapi aku lebih ingin berada disini, aku tidak ingin meninggalkan ini semua”
“ Sudah, aku tidak ingin mendengar alasanmu lagi, sudah cukup kau keras kepala dulu. Sekarang aku ingin kamu turuti kata-kataku ini. Lagi pula ada seseorang yang sangat ingin kau ikut bersama kami Afra.” Raihan berkata sambil mengedipkan mata pada Senja.
Air mata Senja mulai meleleh, akhirnya mereka memutuskan untuk berbincang sambil melepas rindu di pelataran masjid itu.
“ Sudah lama kamu jadi marbot dimasjid ini Afra?” tanya Raihan
“ Ya beginilah keadaanku sobat, sehari-hari aku mengurus masjid ini. Selain menjadi pekerjaanku ini juga menjadi ladang amal bagiku.” jawab Afra
Akhirnya Raihan mengeluarkan kartu namanya dan memberikannya pada Afra.
“ Ini alamat kantor aku di Bandung Fra, datanglah kesana aku akan memberikan pekerjaan yang lebih layak buat kamu.” ucap Raihan
Afra tersenyum pada Raihan dan menerima kartu nama itu “ Maaf kawan tapi aku lebih ingin berada disini, aku tidak ingin meninggalkan ini semua”
“ Sudah, aku tidak ingin mendengar alasanmu lagi, sudah cukup kau keras kepala dulu. Sekarang aku ingin kamu turuti kata-kataku ini. Lagi pula ada seseorang yang sangat ingin kau ikut bersama kami Afra.” Raihan berkata sambil mengedipkan mata pada Senja.
Senja tertunduk malu, Afra hanya dapat tersenyum melihat tingkah kikuk senja. Adzan Ashar pun terdengar merdu, Afra kembali berdiri siap meninggalkan mereka berdua “ Kalian segera ambil Wudlu, aku akan bersiap dahulu” kemudian Afra pergi meninggalkan mereka berdua.
Quote:
“ Assalamualaiku ya Akhi” ucapan salam terdengar sebelum Raihan dan Senja melangkah masuk kedalam masjid megah itu.
“ Waalaikum salam akhi” Raihan membalas salam pemuda tadi
“ Akhi saya ingin bertanya, apakah akhi dan ukhti ini adalah teman-teman dari Ir. H . Muhammad Afra Dzikra Alazzam?” Ucap pemuda itu
“ Insinyur siapa?” Senja bertanya
“ Iya, yang tadi berbincang sama akhi dan ukhti diluar. Pak Haji Afra pemilik Masjid ini, beliau juga pemilik Hotel dan perkebunan didaerah sini akhi. Oh ya perkenalkan saya Asep marbot dimasjid ini. Pak Haji melarang saya untuk membersihkan Masjid ini karena beliau sangat ingin melakuakannya saya hanya disuruh adzan dan mengaji saja disini, awalnya saya pun merasa aneh, tapi melihat semangat beliau akhirnya saya mengerti”
“ Waalaikum salam akhi” Raihan membalas salam pemuda tadi
“ Akhi saya ingin bertanya, apakah akhi dan ukhti ini adalah teman-teman dari Ir. H . Muhammad Afra Dzikra Alazzam?” Ucap pemuda itu
“ Insinyur siapa?” Senja bertanya
“ Iya, yang tadi berbincang sama akhi dan ukhti diluar. Pak Haji Afra pemilik Masjid ini, beliau juga pemilik Hotel dan perkebunan didaerah sini akhi. Oh ya perkenalkan saya Asep marbot dimasjid ini. Pak Haji melarang saya untuk membersihkan Masjid ini karena beliau sangat ingin melakuakannya saya hanya disuruh adzan dan mengaji saja disini, awalnya saya pun merasa aneh, tapi melihat semangat beliau akhirnya saya mengerti”
Raihan tertegun, dalam hatinya dia merasa malu karena telah menawarkan sebuah pekerjaan rendah pada orang sebesar Afra. Senja mendekap mulutnya lagi-lagi air matanya meleleh melewati pipi lembutnya. Dalam hatinya dia bertasbih karena telah menyaksikan kebesaran Illahi lewat perjalanan hidup pemuda yang dia Cintai. Suara iqomat telah terdengar mereka berdua bergegas masuk dan merapatkan barisan untuk melaksanakan sholat Ashar. Terdengar ucapan Takbir melalui suara yang sangat mereka kenal. Dalam sholat mereka, terdapat rasa haru yang tak bisa ditahan. Dan dalam sujud, Senja menagis bahagia.
Terima kaish bagi kalian yang sudah berkenan menyempatkan waktu untuk membaca.









tien212700 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.6K
Kutip
22
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan