- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
42 Persen Rakyat Timor Miskin Sampai Mengais Sampah untuk Bertahan Hidup


TS
KadrunJunior
42 Persen Rakyat Timor Miskin Sampai Mengais Sampah untuk Bertahan Hidup
Quote:

42 Persen Rakyat Timor Miskin Sampai Mengais Sampah untuk Bertahan Hidup,Pemerintahnya Boros
POS KUPANG.COM -- Sudah 21 Tahun Timor Lepas dari pangkuan ibu pertiwi , Negara Kesatuan Republik Indonesia
Negara Timor Leste semasa bergabung dengan Indonesia dengan nama Timor Timur sangat dimanjahkan oleh pemerintah Indonesia
Pemerintahan orde baru berjuang keras dan memberikan anggaran yang tidak sedikit untuk provinsi termuda di Indonesia itu agar bisa sejajar dengan provinsi lain di Indonesia
Namun nafsu politikus dan segelintirt orang memprovikasi warga Timur Timur dan dunia agar negara itu bisa lepas
Indonesia pun akhinta melepas Timor Leste yang dianggap duri dalam daging melalui jejak pendapat Agustus 1999
Hasil jejak pendapat yang dilaksanakan PBB diduga curang dengan sepertiga penduduk wilayah itu memilih merdeka dan menolak opsi otonomi khusus
Sedihnya , kini setelah 21 tahun lepas dari pangkuan ibu pertiwi, negara itu jatuh dalam kemiskikinan dan hanya bergantung pada belas kasihan dunia
Bahkan sampai setengah penduduk Timor Leste miskin. Mereka tinggal di perkotaan dan harus mengais sampah agar bisa hidup
Hasil pangan untuk konsumsi pun diimport dari Indonesia
Dia Timor Leste negara bekas wailayah Indonesia ini memang selalu menyimpan kabar manarik.
Salah satunya adalah kondisi ekonominya yang mengalami pasang surut, dan diyakini belum berkembang sejak ditinggalkan Indonesia.
Hingga kini sudah 18 tahun negara itu merdeka sejak referendum PBB tahun 2002.
Berdiri sebagai negara kecil, Timor Leste sebenarnya diberkahi dengan kekayaan alam luar biasa salah satunya adalah minyak bumi.
Namun, meski menyimpan minyak dalam jumlah besar, Timor Leste dikawatirkan akan mengalami keruntuhan ekonomi.
Melansir News Hub, cadangan minyak bumi dan gas utama Timor Lesta hampir habis dan pemerintah negara itu terus melakukan pemborosan.
Pemerintah Timor Leste memompa tabungannya dalam skema infratruktur besar yang menurut para kritikus hal itu sangat boros.
Seorang wartawan dari New Zealand, yang bekerja sama dengan Asia New Zealand Foundation Caitin McGee, pernah melakukan penyelidikan ke Ibu Kota Dili, Timor Leste tahun 2017.
Dia menggambarkan negara itu memiliki pegunungan terjal yang melingkari garis pantai yang masih asli, Timor-Leste adalah salah satu keindahan alam dunia yang tak dikenal.
Tetapi bagi orang-orang negara itu tinggal di daerah kumuh di sekitar ibu kota, membuatnya sama sekali tidak indah.
"Kami telah ditinggalkan oleh pemerintah. Bagi para veteran, mereka adalah pahlawan di masa lalu, tetapi sekarang mereka mengkhianati kami," kata pria Timor-Leste Fortunado D'Costa.
"Kami mendukung gerakan perlawanan tetapi mereka yang mendukung pemerintah Indonesia masih hidup dengan baik," katanya
"Hari ini kami memiliki kemerdekaan tetapi kami tidak memiliki apa-apa lagi. Hanya perdamaian dan stabilitas," imbuhnya.
Sekitar 42 persen orang Timor hidup dalam kemiskinan dan orang-orang yang mengais-ngais sampah adalah di antara yang paling putus asa.
Tahun itu menandai 15 tahun sejak Timor-Leste memperoleh kemerdekaannya setelah 25 tahun pendudukan Indonesia.
Sejak itu, para pemimpinnya telah menyatukan demokrasi yang stabil dan menyalurkan listrik ke desa-desa terpencil.
Mereka telah berjuang untuk mengurangi kemiskinan yang meluas di antara 1,1 juta orang Timor.
Perkara uang seharusnya bukanlah masalah utama di Timor Leste.
Pasalnya Bumi Lorosae telah diberkati dengan cadangan minyak dan gas.
Tapi suber uang itu sekarang hampir habis dan pendapatan yang mereka hasilkan akan hilang dalam 10 tahun ke depan karena pemerintah memompa sebagian besar uang yang dihasilkan dari minyak bumi ke skema pembangunan besar.
Pemerintah telah menghabiskan sekitar 300 juta dollar AS (Rp4,4 triliun) untuk Proyek Tasi Mane proyek infrastruktur perminyakan di barat daya negara itu.
Selain Proyek Tasi Mane, pemerintah memompa ratusan juta untuk mengembangkan daerah kantong yang disebut Oecusse dan mengubahnya menjadi zona ekonomi khusus yang diharapkan dapat menarik investasi asing.
Sekali lagi, ini terbukti kontroversial karena rencana keuangannya tidak jelas.
Pemerintah mengatakan proyek-proyek besar ini diperlukan, dan uang kami tidak akan habis.
"Tetapi orang mengira uang akan habis dalam waktu 10 tahun, tapi ini hanya prediksi," kata politisi Timor-Leste Estanislau da Silva,*
https://kupang.tribunnews.com/2020/1...a-boros?page=4
Piye kabare? Penak karo aku to?







indramamoth dan 45 lainnya memberi reputasi
46
15.4K
Kutip
324
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan