- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Rahasia Kami (Short Horor - Gore - BB18+)


TS
bekinyot
Rahasia Kami (Short Horor - Gore - BB18+)
Jangan Seenaknya
Spoiler for Scene 1:
‘DUG DUG DUG’. Suara itu terus terdengar dari tengah aula besar sekolah.
Aku dan Siska sudah bersembunyi di ruang ganti aula lebih dari 2 jam lamanya, jam tangan kami berdua mati dan tidak berani mengeluarkan HP. Kami takut mahluk itu menyukai cahaya.
Semuanya berawal saat aku berniat membantu Siska untuk menyelesaikan tugas akhirnya, aku dan Siska tidak memiliki hubungan spesial, namun kami seringkali melakukan hubungan mesra, ya walaupun tidak sampai pada tahap suami istri.
Kami sudah sering melakukannya di berbagai tempat, dan kami selalu mencari tempat yang sepi agar tidak ada yang tahu, bahkan teman dekat kami juga tidak ada yang mengetahui rahasia kami berdua.
Dan sekarang adalah karma kami karena tidak mendengarkan teguran tentang mitos di sekolah.
Siang tadi Siska menghampiriku, ‘tugas aku banyak nih.’ Siska duduk didepanku sambil mengelus lembut kakiku dengan kakinya, ini adalah kode mesra kami.
Aku adalah anak yang pintar disekolah, aku selalu menjadi orang yang menjawab semua pertanyaan guru, bahkan semua anak-anak di kelas banyak yang memohon untuk belajar denganku, mungkin karena bahasa yang aku gunakan lebih mudah dibanding para guru-guru tersebut.
‘Iya, mau dikerjain dimana?’ Balasku kepadanya.
‘Disekolah saja gimana, nanti enggak usah pulang lagi. Kita mandi disekolah habis itu cari makan terus baru kerjain.’ Siska menjelaskan rencana yang nampaknya sudah dirancang sejak tadi.
Dengan semangatnya yang seperti itu, sebenarnya membuat aku sudah tidak tahan ingin memeluknya, namun rahasia ini harus kami jaga.
Aku dan Siska sudah bersembunyi di ruang ganti aula lebih dari 2 jam lamanya, jam tangan kami berdua mati dan tidak berani mengeluarkan HP. Kami takut mahluk itu menyukai cahaya.
Semuanya berawal saat aku berniat membantu Siska untuk menyelesaikan tugas akhirnya, aku dan Siska tidak memiliki hubungan spesial, namun kami seringkali melakukan hubungan mesra, ya walaupun tidak sampai pada tahap suami istri.
Kami sudah sering melakukannya di berbagai tempat, dan kami selalu mencari tempat yang sepi agar tidak ada yang tahu, bahkan teman dekat kami juga tidak ada yang mengetahui rahasia kami berdua.
Dan sekarang adalah karma kami karena tidak mendengarkan teguran tentang mitos di sekolah.
Siang tadi Siska menghampiriku, ‘tugas aku banyak nih.’ Siska duduk didepanku sambil mengelus lembut kakiku dengan kakinya, ini adalah kode mesra kami.
Aku adalah anak yang pintar disekolah, aku selalu menjadi orang yang menjawab semua pertanyaan guru, bahkan semua anak-anak di kelas banyak yang memohon untuk belajar denganku, mungkin karena bahasa yang aku gunakan lebih mudah dibanding para guru-guru tersebut.
‘Iya, mau dikerjain dimana?’ Balasku kepadanya.
‘Disekolah saja gimana, nanti enggak usah pulang lagi. Kita mandi disekolah habis itu cari makan terus baru kerjain.’ Siska menjelaskan rencana yang nampaknya sudah dirancang sejak tadi.
Dengan semangatnya yang seperti itu, sebenarnya membuat aku sudah tidak tahan ingin memeluknya, namun rahasia ini harus kami jaga.
Spoiler for Scene 2:
Saat pulang sekolah pukul empat sore aku berpamitan kepada teman-teman nongkrongku. Mereka sudah biasa melihat aku yang masih harus berada disekolah, aku memang sering disini untuk membantu anak-anak yang ketinggalan pelajaran atau membantu guru.
Aku mendatangi ruangan kelas Siska dan melihat dia yang sedikit cemberut sambil memainkan handphone nya, ‘lama amat,’ bicaranya ketus.
Siska yang langsung bangun dari tempat duduknya berjalan ke arahku dan menarik bajuku, kami berciuman.
Siska berbisik ‘ayo mandi,’ kami berdua menuju kamar mandi yang berada di aula. Ini pertama kalinya kami mandi berdua.
Saat mandi kami berdua mendengar suara langkah kaki, kami berdua panik, apakah seseorang akan menangkap basah apa yang kami lakukan.
‘Siapa itu yang mandi?’ Suara seorang wanita yang tampaknya itu adalah penjaga sekolah kami.
‘Siska bu, numpang mandi bu, mau langsung nugas habis ini soalnya bu.’ Saut Siska mengambil alih keadaan.
‘Oh iya silahkan, jangan macam-macam ya, penghuni disini bisa ngamuk entar, kalau udah selesai langsung keluar ya, kalau bisa pulang langsung.’
‘Baik bu.’ Balas Siska dengan tersenyum sambil menatap mataku dengan wajahnya yang menggoda.
Aku mendatangi ruangan kelas Siska dan melihat dia yang sedikit cemberut sambil memainkan handphone nya, ‘lama amat,’ bicaranya ketus.
Siska yang langsung bangun dari tempat duduknya berjalan ke arahku dan menarik bajuku, kami berciuman.
Siska berbisik ‘ayo mandi,’ kami berdua menuju kamar mandi yang berada di aula. Ini pertama kalinya kami mandi berdua.
Saat mandi kami berdua mendengar suara langkah kaki, kami berdua panik, apakah seseorang akan menangkap basah apa yang kami lakukan.
‘Siapa itu yang mandi?’ Suara seorang wanita yang tampaknya itu adalah penjaga sekolah kami.
‘Siska bu, numpang mandi bu, mau langsung nugas habis ini soalnya bu.’ Saut Siska mengambil alih keadaan.
‘Oh iya silahkan, jangan macam-macam ya, penghuni disini bisa ngamuk entar, kalau udah selesai langsung keluar ya, kalau bisa pulang langsung.’
‘Baik bu.’ Balas Siska dengan tersenyum sambil menatap mataku dengan wajahnya yang menggoda.
Spoiler for Scene 3:
Selesai kami mandi kami segera memakai kembali baju kami, saat akan keluar dari kamar mandi tiba-tiba saja suara yang sangat keras terdengar dari arah luar ‘DUG!.
Suara tersebut sempat membuat badan kami berdua bergetar tidak karuan saking terkejutnya.
‘DUG, DUG, DUG, DUG!,’ suara tersebut terdengar semakin cepat, jelas suara tersebut mengarah ke arah kami.
Kami yang masih berada dalam kamar mandi tidak berani mengeluarkan suara sama sekali, tatapan kami kosong dan pikiran kami berdua sudah melayang kemana-mana membayangkan bagaimana nasib kami setelah ini.
Siska memgang erat tanganku, aku mencoba berpikir jernih agar kami berdua dapat keluar dari keadaan ini.
‘Ayo semuanya dirapikan!,’ suara seorang pria yang kami kenal terdengar dari luar.
Ternyata itu adalah guru olahraga angkatan bawah, mereka ternyata sedang merapikan kembali matras yang baru saja digunakan.
Aku dan Siska seketika melemas, seluruh tubuh kami yang sejak tadi tegang kini menjadi lemah hingga nafas ini sesak.
Aku dan Siska berpelukan dalam kamar mandi, dan kami berdua tidak mau membahas apa yang sudah terjadi tadi.
‘Sepertinya sudah aman,’Siska mencoba meyakinkan aku dengan telinganya yang menempel di pintu.
Kami berdua keluar dari kamar mandi dan segera berjalan keluar, saat berada diluar aku dan Siska mendapati keadaan yang sudah sepi, tidak terlihat orang-orang yang masih berada di sekolah.
Siska menarik tanganku, dan kami berdua menuju ruangan kelas untuk belajar.
Saat ini aku merasa sangat nyaman, tangan Siska yang memegang erat tanganku membuat aku ingin selalu memegangnya. Aku rasa suatu hari nanti semua orang harus tahu hubunganku dengannya.
Suara tersebut sempat membuat badan kami berdua bergetar tidak karuan saking terkejutnya.
‘DUG, DUG, DUG, DUG!,’ suara tersebut terdengar semakin cepat, jelas suara tersebut mengarah ke arah kami.
Kami yang masih berada dalam kamar mandi tidak berani mengeluarkan suara sama sekali, tatapan kami kosong dan pikiran kami berdua sudah melayang kemana-mana membayangkan bagaimana nasib kami setelah ini.
Siska memgang erat tanganku, aku mencoba berpikir jernih agar kami berdua dapat keluar dari keadaan ini.
‘Ayo semuanya dirapikan!,’ suara seorang pria yang kami kenal terdengar dari luar.
Ternyata itu adalah guru olahraga angkatan bawah, mereka ternyata sedang merapikan kembali matras yang baru saja digunakan.
Aku dan Siska seketika melemas, seluruh tubuh kami yang sejak tadi tegang kini menjadi lemah hingga nafas ini sesak.
Aku dan Siska berpelukan dalam kamar mandi, dan kami berdua tidak mau membahas apa yang sudah terjadi tadi.
‘Sepertinya sudah aman,’Siska mencoba meyakinkan aku dengan telinganya yang menempel di pintu.
Kami berdua keluar dari kamar mandi dan segera berjalan keluar, saat berada diluar aku dan Siska mendapati keadaan yang sudah sepi, tidak terlihat orang-orang yang masih berada di sekolah.
Siska menarik tanganku, dan kami berdua menuju ruangan kelas untuk belajar.
Saat ini aku merasa sangat nyaman, tangan Siska yang memegang erat tanganku membuat aku ingin selalu memegangnya. Aku rasa suatu hari nanti semua orang harus tahu hubunganku dengannya.
Spoiler for Scene 4:
Aku dan Siska yang kini sudah berada dalam kelas, kami mulai mengerjakan tugas.
Tangan kiri Siska yang tiada hentinya terus memegang tanganku sejak tadi membuat aku membalas pegangannya, nampaknya dia masih terbebani dengan kejadian yang tadi.
Aku menarik nafas cukup panjang, dan kurasakan seluruh oksigen masuk kedalam kepalaku, kupandangi mata Siska, dengan lembut kukatakan padanya ‘kamu tidak usah takut, jika ada hal buruk yang terjadi dengan kita berdua aku pasti akan berusaha melindungimu.’
Siska menatap lemas kepadaku, ‘kalau kamu gagal melindungi kita berdua bagaimana?’
‘Jika itu terjadi, pastikan kamu menyelamat-kan dirimu, jangan pernah memikirkan keselamatanku, aku ada di sini untuk kamu, dan kamu jangan menyia-nyiakan perjuanganku untukmu’
Siska menatap kepadaku, dan matanya tertutup untuk beberapa saat.
Saat dia membuka matanya, dia berkata ‘iya, kita cari makan yuk.’
Aku yang menyanggupi keinginannya langsung bangkit dari kursiku.
Tangan kiri Siska yang tiada hentinya terus memegang tanganku sejak tadi membuat aku membalas pegangannya, nampaknya dia masih terbebani dengan kejadian yang tadi.
Aku menarik nafas cukup panjang, dan kurasakan seluruh oksigen masuk kedalam kepalaku, kupandangi mata Siska, dengan lembut kukatakan padanya ‘kamu tidak usah takut, jika ada hal buruk yang terjadi dengan kita berdua aku pasti akan berusaha melindungimu.’
Siska menatap lemas kepadaku, ‘kalau kamu gagal melindungi kita berdua bagaimana?’
‘Jika itu terjadi, pastikan kamu menyelamat-kan dirimu, jangan pernah memikirkan keselamatanku, aku ada di sini untuk kamu, dan kamu jangan menyia-nyiakan perjuanganku untukmu’
Siska menatap kepadaku, dan matanya tertutup untuk beberapa saat.
Saat dia membuka matanya, dia berkata ‘iya, kita cari makan yuk.’
Aku yang menyanggupi keinginannya langsung bangkit dari kursiku.
Spoiler for Scene 5:
Kami berdua menuju gerbang sekolah sambil berpegangan tangan, saat ini jika ada seseorang diantara teman kami yang memergoki, kami sudah tidak peduli lagi. Hati kami sudah menjadi satu sekarang.
Saat sudah berada digerbang sekolah tangan Siska tiba-tiba saja terlepas dari tanganku, dan saat aku lihat kearahnya, dirinya sedang menghadap ke arah sekolah.
‘Ada apa? Ada yang ketinggalan?’ Tanyaku.
Siska yang terdiam saja tidak membalas perkataanku tiba-tiba saja langsung berlari kearah sekolah, menjauh dari gerbang.
Dirinya berlari seperti atlet pelari profesional, aku yakin dia tidak pernah mempelajari cara berlari seperti itu.
Aku yang terkejut dengan apa yang dilakukannya langsung mencoba mengejar dirinya.
‘Siska, Siska’ teriakku sambil mengejarnya yang terus berlari tidak karuan.
Siska berlari ke arah sebuah pohon mangga besar yang berada di samping kelas.
Dirinya berdiri menatap ke atas pohon tersebut, sesekali aku mencuri perhatian dengan apa yang sedang diperhatikan olehnya.
Aku tidak mendapatkan apapun, aku yang khawatir dengan Siska coba kudekati dia, aku berharap dia tiba-tiba pingsan dan aku akan segera membawanya pergi dari sekolah.
Saat sudah berada digerbang sekolah tangan Siska tiba-tiba saja terlepas dari tanganku, dan saat aku lihat kearahnya, dirinya sedang menghadap ke arah sekolah.
‘Ada apa? Ada yang ketinggalan?’ Tanyaku.
Siska yang terdiam saja tidak membalas perkataanku tiba-tiba saja langsung berlari kearah sekolah, menjauh dari gerbang.
Dirinya berlari seperti atlet pelari profesional, aku yakin dia tidak pernah mempelajari cara berlari seperti itu.
Aku yang terkejut dengan apa yang dilakukannya langsung mencoba mengejar dirinya.
‘Siska, Siska’ teriakku sambil mengejarnya yang terus berlari tidak karuan.
Siska berlari ke arah sebuah pohon mangga besar yang berada di samping kelas.
Dirinya berdiri menatap ke atas pohon tersebut, sesekali aku mencuri perhatian dengan apa yang sedang diperhatikan olehnya.
Aku tidak mendapatkan apapun, aku yang khawatir dengan Siska coba kudekati dia, aku berharap dia tiba-tiba pingsan dan aku akan segera membawanya pergi dari sekolah.
Spoiler for Scene 6:
‘Sis, kita pulang yuk,’ perlahan aku mendekatinya dengan tanganku mencoba untuk meraihnya.
Saat sudah dekat dengan Siska tiba-tiba saja dia mencengkram pohon besar tersebut, dirinya menggaruk-garukan kukunya ke pohon tersebut tanpa henti.
‘Aaaarii...riiii...riii’ dirinya mengeluarkan suara yang sangat tinggi dan menusuk kupingku.
Kuku Siska yang terus menggaruk pohon tersebut terlihat mulai terlepas dan darah mulai bercucuran keluar tanpa henti.
Dengan perasaan takut luar biasa aku terpaku menatap apa yang dilakukan Siska, Siska berhenti lalu membalikan badannya memandangiku.
Siska mengarahkan tangannya dengan sangat cepat kepadaku hingga darahnya mengenai muka dan badanku dengan sangat banyaknya.
Dengan perasaan kacau aku berlari menjauh dari Siska menuju gerbang sekolah.
Aku harus mencari orang, aku harus minta pertolongan, ini sudah diluar akal sehat pikirku.
Dengan sekuat tenaga aku berlari, kudengar dari arah belakang Siska mengejarku.
Saat sudah mendekati gerbang, Siska melompat dan menindih badanku dari belakang.
Dirinya menarik rambutku dan membenturkannya ke tanah berulang kali, aku mencoba menahan serangannya, kucoba menahan kepalaku dengan tanganku yang terus dibenturkannya.
Segera kucoba memutar badanku agar dapat menghadap kepadanya agar tangannya tidak lagi memegang rambutku.
Saat berhasil aku berhadapan dengannya kulihat Siska yang penuh dengan darah di seluruh wajahnya.
Matanya yang putih, hidungnya mengeluarkan darah, dan giginya seperti sedang mengunyah sesuatu dengan sangat cepat terdengar decitan yang sangat mengilukan.
Aku mencoba mencekik Siska, aku sudah tidak tahu lagi apa yang dapat aku lakukan saat ini, yang aku tahu aku harus segera menghentikan Siska dari kegilaannya.
Siska sempat mengeram dan melawan dari cekikan tanganku, untungnya badan dia yang kecil tidak sebanding dengan panjangnya tanganku ini membuat dia lebih mudah untuk aku kendalikan.
Beberapa saat tubuh Siska melemas, dan aku dengan sangat hati-hati agar tidak sampai membunuhnya, ku lepaskan genggamanku dari lehernya.
Siska akhirnya menyerah dan dirinya saat itu pingsan.
Kugendong Siska menuju sebuah tempat duduk yang berada di samping kelas, dan dengan keadaan syok kucoba menelpon beberapa teman-teman dekatku.
Dari seluruh teman yang kuhubungi entah mengapa semua nomor mereka berada diluar jaringan, dan yang dapat kuhubingi hanya sahabat dari Siska, Bella.
Saat sudah dekat dengan Siska tiba-tiba saja dia mencengkram pohon besar tersebut, dirinya menggaruk-garukan kukunya ke pohon tersebut tanpa henti.
‘Aaaarii...riiii...riii’ dirinya mengeluarkan suara yang sangat tinggi dan menusuk kupingku.
Kuku Siska yang terus menggaruk pohon tersebut terlihat mulai terlepas dan darah mulai bercucuran keluar tanpa henti.
Dengan perasaan takut luar biasa aku terpaku menatap apa yang dilakukan Siska, Siska berhenti lalu membalikan badannya memandangiku.
Siska mengarahkan tangannya dengan sangat cepat kepadaku hingga darahnya mengenai muka dan badanku dengan sangat banyaknya.
Dengan perasaan kacau aku berlari menjauh dari Siska menuju gerbang sekolah.
Aku harus mencari orang, aku harus minta pertolongan, ini sudah diluar akal sehat pikirku.
Dengan sekuat tenaga aku berlari, kudengar dari arah belakang Siska mengejarku.
Saat sudah mendekati gerbang, Siska melompat dan menindih badanku dari belakang.
Dirinya menarik rambutku dan membenturkannya ke tanah berulang kali, aku mencoba menahan serangannya, kucoba menahan kepalaku dengan tanganku yang terus dibenturkannya.
Segera kucoba memutar badanku agar dapat menghadap kepadanya agar tangannya tidak lagi memegang rambutku.
Saat berhasil aku berhadapan dengannya kulihat Siska yang penuh dengan darah di seluruh wajahnya.
Matanya yang putih, hidungnya mengeluarkan darah, dan giginya seperti sedang mengunyah sesuatu dengan sangat cepat terdengar decitan yang sangat mengilukan.
Aku mencoba mencekik Siska, aku sudah tidak tahu lagi apa yang dapat aku lakukan saat ini, yang aku tahu aku harus segera menghentikan Siska dari kegilaannya.
Siska sempat mengeram dan melawan dari cekikan tanganku, untungnya badan dia yang kecil tidak sebanding dengan panjangnya tanganku ini membuat dia lebih mudah untuk aku kendalikan.
Beberapa saat tubuh Siska melemas, dan aku dengan sangat hati-hati agar tidak sampai membunuhnya, ku lepaskan genggamanku dari lehernya.
Siska akhirnya menyerah dan dirinya saat itu pingsan.
Kugendong Siska menuju sebuah tempat duduk yang berada di samping kelas, dan dengan keadaan syok kucoba menelpon beberapa teman-teman dekatku.
Dari seluruh teman yang kuhubungi entah mengapa semua nomor mereka berada diluar jaringan, dan yang dapat kuhubingi hanya sahabat dari Siska, Bella.
Spoiler for Scene 7:
Bella datang dengan tergesa-gesa, entah mengapa perasaan ini merasa tidak tega saat aku mencoba menarik Bella datang ke dalam situasi ini.
‘Kamu sudah minta tolong seseorang,’ tanyaku sambil menyenderkan kepala Siska di pangkuanku.
‘Sudah, mereka akan segera tiba’ balas Siska dengan mukanya yang sangat khawatir melihat keadaan Siska.
Bella memegang tanganku, dirinya sudah tidak dapat berucap apa-apa lagi, dia yakin sekali tidak ada yang mau dan berharap dengan keadaan seperti ini.
‘Heck’ Siska tiba-tiba saja mencekik leherku, dan dengan sekali gerakan dirinya berhasil membanting diriku menjauh dari dirinya.
Bella yang panik dengan keadaan tersebut berlari ke arah gerbang sekolah.
Aku yang mencoba menyelamatkan diri ini langsung bersembunyi kedalam kelas terdekat, dan Bella nampaknya kini dalam masalah, dari bawah meja aku mendengar suara Bella yang kini sedang dikejar oleh Siska.
Aku ingin sekali menyelamatkan Bella, namun keadaanku sekarang sudah tidak memungkinkan menyelamatkan siapa-siapa, leherku berdarah cukup banyak, aku sudah tidak bisa apa-apa lagi hingga seseorang datang menyelamatkan kami disini. Aku harap Bella baik-baik saja.
‘Drak’ suara pintu sangat keras terdengar, aku yang panik mendengarnya mencoba menahan nafas agar tidak mengeluarkan suara apapun.
Meja-meja dibanting ke arah kaca jendela, dan suara tersebut semakin mendekat ke arahku.
‘Kamu sudah minta tolong seseorang,’ tanyaku sambil menyenderkan kepala Siska di pangkuanku.
‘Sudah, mereka akan segera tiba’ balas Siska dengan mukanya yang sangat khawatir melihat keadaan Siska.
Bella memegang tanganku, dirinya sudah tidak dapat berucap apa-apa lagi, dia yakin sekali tidak ada yang mau dan berharap dengan keadaan seperti ini.
‘Heck’ Siska tiba-tiba saja mencekik leherku, dan dengan sekali gerakan dirinya berhasil membanting diriku menjauh dari dirinya.
Bella yang panik dengan keadaan tersebut berlari ke arah gerbang sekolah.
Aku yang mencoba menyelamatkan diri ini langsung bersembunyi kedalam kelas terdekat, dan Bella nampaknya kini dalam masalah, dari bawah meja aku mendengar suara Bella yang kini sedang dikejar oleh Siska.
Aku ingin sekali menyelamatkan Bella, namun keadaanku sekarang sudah tidak memungkinkan menyelamatkan siapa-siapa, leherku berdarah cukup banyak, aku sudah tidak bisa apa-apa lagi hingga seseorang datang menyelamatkan kami disini. Aku harap Bella baik-baik saja.
‘Drak’ suara pintu sangat keras terdengar, aku yang panik mendengarnya mencoba menahan nafas agar tidak mengeluarkan suara apapun.
Meja-meja dibanting ke arah kaca jendela, dan suara tersebut semakin mendekat ke arahku.
Spoiler for Scene 8:
Siska berhasil menemukanku dan menatapku dengan tatapan kosong, lehernya dimajukan ke arahku. Kini aku dapat melihat giginya dengan sangat jelas, giginya yang saling beradu seperti ingin sekali memakanku.
Aku bangkit dari tempatku dan mendorong Siska, aku berlari ke arah pintu, namun Siska berhasil menarik kakiku, dan dirinya menggigit kakiku dengan sangat keras, aku berteriak tidak karuan, pikiranku sudah tidak dapat aku kendalikan lagi dan semuanya menjadi gelap.
Aku terbangun dalam sebuah ruangan, aku melihat seorang suster memandangku dan tersenyum, aku berada dirumah sakit.
Aku menutup mataku dan mensyukuri keselamatanku sekarang, namun aku ingin tahu bagaimana kabar Siska dan Bella.
‘Sebuah pembantaian sangat kejam yang terjadi di sekolah SMA SAVIRE menelan korban, kejadian yang dilakukan oleh seorang pria SMA yang kini sudah dibawa kerumah sakit akan segera dimintai keterangan, kini mari kita lihat tayangan CCTV dari sekolah tersebut saat kejadian berlangsung.’ Aku mendengar sebuah tayangan berita di televisi, disana diperlihatkan aku yang ternyata membantai Siska dan Bella.
Aku yang panik melihat tayangan tersebut mencoba berteriak namun aku tidak bisa, mulutku hancur dan gigiku sudah tidak ada, aku tidak bisa bicara.
Suster yang sedari tadi berada disampingku terus melihat kearahku, tatapannya kosong, nampak sedikit senyum diwajahnya.
Aku bangkit dari tempatku dan mendorong Siska, aku berlari ke arah pintu, namun Siska berhasil menarik kakiku, dan dirinya menggigit kakiku dengan sangat keras, aku berteriak tidak karuan, pikiranku sudah tidak dapat aku kendalikan lagi dan semuanya menjadi gelap.
Aku terbangun dalam sebuah ruangan, aku melihat seorang suster memandangku dan tersenyum, aku berada dirumah sakit.
Aku menutup mataku dan mensyukuri keselamatanku sekarang, namun aku ingin tahu bagaimana kabar Siska dan Bella.
‘Sebuah pembantaian sangat kejam yang terjadi di sekolah SMA SAVIRE menelan korban, kejadian yang dilakukan oleh seorang pria SMA yang kini sudah dibawa kerumah sakit akan segera dimintai keterangan, kini mari kita lihat tayangan CCTV dari sekolah tersebut saat kejadian berlangsung.’ Aku mendengar sebuah tayangan berita di televisi, disana diperlihatkan aku yang ternyata membantai Siska dan Bella.
Aku yang panik melihat tayangan tersebut mencoba berteriak namun aku tidak bisa, mulutku hancur dan gigiku sudah tidak ada, aku tidak bisa bicara.
Suster yang sedari tadi berada disampingku terus melihat kearahku, tatapannya kosong, nampak sedikit senyum diwajahnya.
Tamat






tien212700 dan 9 lainnya memberi reputasi
8
4.5K
Kutip
22
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan