Agan Sista pecinta fotografi, sudah sejak kapan sih kalian menyukai kegiatan mengabadikan gambar ini? Rupanya, fotografi ini telah berkembang sejak zaman dahulu. Bahkan pada tahun 1826, seseorang yang bernama Nicephoer Niepce pun telah berhasil membuat sebuah foto pemandangan untuk pertama kalinya melalui proses yang disebut heliografi. Hasil gambar yang telah diabadikan tersebut pun kini masih tersimpan di University of Texas, AS.

Fotografi pun semakin lama semakin berkembang hingga kini kita bisa menikmati hasil foto yang berwarna nggak kayak pada zaman dahulu yang masih sebatas warna hitam putih. Tapi, meskipun pada zaman dahulu foto masih berupa gambar monokrom, ternyata orang-orang sudah mengelompokkan berbagai jenis foto yang ada dalam dunia fotografi. Foto-foto tersebut berdasarkan dengan teknik apa yang mereka pakai, mengingat zaman dahulu belum secanggih sekarang ya. Sangat sederhana sih Gan Sis, tapi hasilnya cukup keren dan kreatif banget!
Quote:


Headless potrait photography
Yup, Agan Sista nggak salah baca kok. Trik foto tanpa kepala ini pernah menjadi tren pada abad ke-19, tepatnya pada era Victoria. Awalnya, teknik foto seperti ini ditemukan oleh fotografer asal Swedia yang bernama Rejlander. Jangan bayangkan kalau dulu udah ada aplikasi edit foto seperti saat ini ya Gan Sis. Untuk bisa menghasilkan foto seperti ini tentu mereka menggunakan teknik manipulasi fotografi yaitu dengan mengombinasikan potongan dua gambar menjadi satu. Serem sih tapi keren dan kreatif banget!
Quote:


Smileless photography
Saat kalian di foto, pose seperti apa sih yang menjadi default bagi kalian semua? Saat ini mungkin lumrahnya orang-orang kalau difoto langsung tersenyum ya. Tapi ternyata tidak pada zaman dahulu Gan Sis. Misalnya aja pada awal abad ke-20. Nggak sedikit orang yang menganggap jika foto merupakan sebuah pengembangan teknologi dari lukisan, maka ekspresi wajah yang ditunjukkan saat berfoto pun nggak boleh terkesan dibuat-buat dan harus terlihat alami. Selain itu, ada alasan lainnya juga sih, yaitu tentang rentang waktu pengambilan gambar yang cukup lama dan memakan waktu. Biar hasilnya bagus dan nggak ngeblur, maka orang yang difoto harus mempertahankan ekspresi, kan pegel juga ya kalau harus nahan senyum kelamaan. Karenanya sebagian besar orang pada zaman dahulu lebih memilih untuk berfoto dengan ekspresi natural tanpa senyuman biar lebih mudah.
Quote:


Post-mortem photography
Pada zaman abad ke-19, berfoto itu merupakan sebuah hal yang mahal dan mewah Gan Sis, nggak seperti sekarang. Karenanya, satu-satunya kesempatan terakhir untuk berfoto bagi beberapa orang adalah saat kematian mereka. Inilah kenapa jenis foto post-mortem sempat menjadi tren pada abad ke-10 hingga awal abad ke-20.
Jenis fotografi ini bisa dibilang cukup aneh sih Gan. Coba bayangin aja orang-orang yang masih hidup berfoto dengan kerabat atau anggota keluarga yang sudah meninggal. Jenazahnya pun didandani dan dibuat berpose selayaknya orang yang masih hidup. Bahkan terkadang fotografer pun memberikan kesan sehingga maya orang yang sudah meninggal ini seolah melihat ke kamera. Hmm, kalau disuruh foto seperti ini kira-kira Agan Sista mau nggak nih?
Quote:

Spirit photography
Jenis fotografi yang satu ini terinspirasi karena proses pengambilan gambar yang sangat memakan waktu pada zaman dahulu. Karenanya, objek pun diharuskan diam untuk mencegah adanya efek ghosting atau samar-samar. Meski demikian, seorang fotografer bernama William H. Mumler pun kemudian malah menemukan teknik baru untuk menciptakan hasil foto yang seolah-olah berfoto bersama dengan hantu. Ada-ada aja, tapi serem juga sih.
Quote:


Pigeon photography
Zaman sekarang kalau mau ambil foto di atas tinggal pakai drone aja ya. Tapi ngebayangin nggak gimana kalau zaman dahulu? Jawabannya adalah dengan burung merpati. Yup, sesuai dengan namanya, burung merpati digunakan sebagai media untuk pengambilan gambar dari atas.
Ide ini berasal dari seorang yang bernama Julius Neubronner, bahkan ia mengajukan paten pada tahun 1907. Jenis foto ini dilakukan dengan mengikatkan kamera yang telah diatur timernya pada seekor merpati agar ketika ia terbang langsung dapat memotret dari atas.
Semuanya kreatif sih ya Gan, tapi ngeri juga..... Agak ekstrem juga sih kalau harus foto sama jenazah segala.
Nah kalau dari fotografi yang Agan Sista pelajari, apakah sempat melakukan uji coba beberapa teknik manipulasi tertentu tanpa menggunakan aplikasi editan? Teknik kayak apa sih yang biasa Agan Sista pakai?