- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Nidar Ratna Ayu, Bersyukur Jadi Muslimah, Kisah Sekeluarga Asal Tapsel Jadi Mualaf


TS
kepala.kombed
Nidar Ratna Ayu, Bersyukur Jadi Muslimah, Kisah Sekeluarga Asal Tapsel Jadi Mualaf
o
Nidar Ratna Ayu
Nidar Ratna Ayu, satu di antara tujuh putri Fatimah mengucapkan kalimat syahadat, dibimbing Said Firdaus, Imam Masjid At-Taqwa, Kecamatan Manggeng, Abdya.
Laporan Zainun Yusuf| Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE – Seorang ibu bersama tujuh putrinya, nekat meninggalkan lokasi hutan sangat terpencil kawasan Tapanuli Selatan, Sumut.
Pindah dari lokasi hutan tempat usaha berkebun yang sudah dilakoni belasan tahun untuk menuju Aceh dengan satu tujuan pindah keyakinan. Sempat terkatung-katung dalam perjalanan karena kehabisan ongkos.
Dibantu seseorang yang berbaik hati, Fatimah Telaum Banua (39) bersama tujuh putrinya akhirnya tiba di lokasi dituju Dusun Ujong Blang, Gampong Ujong Blang, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan, akhir Agustus lalu.
Mereka menumpang di gubuk kecil yang ditempati Arbulan Telaum Banua (45), tidak lain adalah abang kandung Fatimah Telaum Banua.
Dua pekan kemudian, Fatimah bersama putrinya mengacapkan kalimat syahadat.
"Asyhadualla Ilaha Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah" di Masjid At-Taqwa Manggeng, Kecamatan Manggeng, Aceh Barat Daya (Abdya) pada 12 September 2020.
Nidar Ratna Ayu, satu di antara tujuh putri Fatimah mengucapkan kalimat syahadat, dibimbing Said Firdaus, Imam Masjid At-Taqwa, Kecamatan Manggeng, Abdya.
Gadis kelahiran 19 April 2002 ini kepada Serambinews.com mengaku sangat bahagia setelah keinginan memeluk agama Islam terkabul sudah.
Keinginan sangat mulia itu berawal dari ibunya, Fatimah yang memang sejak lahir beragama Islam, kemudian pindah keyakinan saat menikah dengan ayahnya Eti Sama Gea (45) non-muslim.
Nidar Ayu Ratna, anak ketiga dari 10 bersaudara ini mendukung penuh keinginan sang ibu pindah ke Aceh untuk memeluk Islam.
Kebahagiaan gadis ini semakin lengkap setelah sang ayah, Eti Sama Gea bersama abang, Yaswan Gea (20) dan kakak ipar, Agusniat Gea (20) serta adiknya yang laki-laki Yosafat Gea (14) serta anak kemenakan, Elsan (1 tahun), menyusul masuk Islam.
Eti Sama Gea bersama dua anak laki-laki, menantu dan satu cucu mengucapkan kalimat syahadat di Masjid Baitul Fallah, Dusun Ujong Blang, Gampong Kuta Trieng, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan, Jumat (2/10/2020).
Alhasil, satu keluarga besarnya berjumlah 13 orang menjadi mualaf. Malahan, satu lagi abang sulungnya bersama istri dan anak yang masih berada di Tapanuli Selatan akan menyusul mereka ke Aceh Selatan.
Ratna Ayu bersama seluruh anggota keluarga besarnya sangat bahagia dan bersyukur setelah menjadi muslim dan muslimah.
Mereka juga sangat terharu atas dukungan moril dan materil dari banyak pihak, baik dari Aceh Selatan dan Abdya.
“Ini rahmat Islam yang kami rasakan. Moga-moga kami bahagia dalam Islam untuk selamanya,” tambah gadis berumur 18 tahun ini. Resmi memeluk agama Islam, maka kesaharian pun berubah total.
Bersama ibu dan adik-adiknya mulai berpakaian muslimah dan belajar tata cara shalat lima waktu.
“Ayah dan abang dan adik saya yang laki-laki shalat jumat yang pertama di masjid setelah mengucapkan syahadat,” katanya.
Beruntung, Nidar Ratna Ayu bisa belajar bacaan surat pendek dan belajar doa-doa dari istri Arbulan, tidak lain adalah makwonya sendiri.
Bimbangan masyarakat atau siapa saja tentu sangat diharapkan sehingga pelaksanaan ibadah bisa lebih sempurna secara perlahan-lahan.
Gadis yang mulai memakai jilbab ini mengaku senang melihat keseharian kehidupuan masyarakat Aceh, ramah dan suka membantu orang lain, seperti terhadap mereka.
Ratna Ayu dengan senang hati pula mengikuti orang tuanya untuk menetap di Labuhan Haji, Aceh Selatan.
Menangis haru
Seperti diberitakan Serambinews.com kemarin, keluarga mualaf asal Tapanuli Selatan, Sumatera Utara (Sumut) menangis haru setelah mengucapkan kalimat syahadat di Masjid Baitul Fallah Dusun Ujong Blang, Gampong Kuta Trieng, Kecamatan Labuhan Haji Barat, Kabupaten Aceh Selatan, Jumat (2/10/2020).
Saudara baru umat muslimi ini terdiri atas seorang laki-laki bersama dua anak, satu menantu dan satu cucu, dengan kesadaran sendiri masuk Agama Islam.
Mereka berasal dari Desa Gunung Baringin, Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut.
Mereka adalah, Eti Sama Gea (45), bersama dua anak laki-laki, Yaswan Gea (20) dan Yosafat Gea (14), menantu perempuan, Agusniat Gea (20) dan satu cucu, Elsan (1 tahun).
Mualaf ini merupakan suami, anak, menantu dan cucu dari Fatimah Telaum Banua (39) yang sudah duluan masuk Islam.
Fatimah bersama tujuh putrinya telah mengucapkan kalimat syahadat di Masjid At-Taqwa Manggeng, Kecamatan Manggeng, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Sabtu (12/9/2020) lalu.
Fatimah, ibu 11 anak, satu di antaranya meninggal dunia memang sejak lahir beragama Islam, kemudian pindah agama saat menikah dengan Eti Sama Gea yang non-muslim.
Tujuh putri dari pasangan Fatimah Telaum Banua dan Eti Sama Gea yang sudah duluan mengucapkan kalimat syahadat, yakni Nidar Ratna Ayu Gea (18 tahun), Iren Cantika Gea (17), Muliani Gea (13), Melia Gea (11), Amila Gea (9), Mariani Gea (4) dan Imel Gea (3 tahun).
Setelah menjadi muslimah, Fatimah bersama tujuh putrinya menempati rumah penampungan sementara di Dusun Ujong Blang, Desa Kuta Trieng, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan.
Rumah penampungan itu tersedia merupakan upaya dari Camat Labuhan Haji Barat, H Said Suhardi bersama Anggota Muspika setempat.
Rumah tua yang dijadikan penampungan sementara mualaf itu adalah milik warga Labuhan Haji Barat yang sekarang ini bekerja di Malaysia.
Rumah yang sebelumnya dalam kondisi kosong tersebut berlokasi sekitar 100 meter dari gubuk kecil ukuran 2,5 x 6 mater yang ditempati abang kandung Fatimah, Arbulan Telaum Banua (45).
Gubuk kecil yang tidak layak huni ini berlokasi di pinggir Jalan Nasional Blangpidie-Tapaktuan, sudah ditempati Arbulan bersama istri dan tiga anaknya sekitar 6 tahun terakhir.
Gubuk ini sempat digunakan menampung adiknya Fatimah bersama tujuh putrinya.
Dengan demikian satu keluarga beranggotakan 13 orang, terdiri dari suami, istri, sembilan anak, satu menantu dan satu cucu, resmi pindah keyakinan menjadi penganut Agama Islam.
“Masih ada satu orang lagi anak kami yang tertua (sulung) laki-laki dan sudah berkeluarga masih tinggal di Tapanuli Selatan. Juga ada rencana menyusul kami ke Aceh,” kata Eti Sama Gea kepada Serambinews.com usai acara pensyahadatan, Jumat (2/10/2020).
Prosesi pensyahadatan dipimpin Tgk H Ahmad Ismi Lc MA, atau yang lebih dikenal Abu Madinah, Pimpinan Dayah Babun Najah Banda Aceh.
“Abu Madinah secara kebetulan ada jadwal mengajar setiap Jumat di Dayah Darussalam, kemudian diutus pihak Dayah untuk membimbing kalimat syahadat terhadap satu keluarga yang masuk Islam,” kata Camat Labuhan Haji Barat, H Said Suhardi.
Keinginan sendiri
Sementara Eti Sama Gea (45) sebagai kepala keluarga setelah mengucapkan kalimat syahadat mengaku sangat bahagia dan terharu atas perhatian sangat besar dari warga muslim setempat.
Ayah 10 putra-putri dari perkimpoiannya dengan Fatimah mengatakan keputusan pindah keyakinan murni keinginan bersama istri dan anak, dan sama sekali tidak ada paksaan dari pihak manapun.
Karena tertarik menjadi penganut Islam, Eti Sama Gela, rela meninggalkan tempat tinggal yang sudah dihuni puluhan tahun di lokasi hutan Morsa, kawasan sangat terpencil Desa Gunung Baringin, Tapanuli Selatan, kemudian datang ke Aceh.
Ia bersama seluruh keluarga berencana menetap dan berbaur bersama masyarakat di Labuhan Haji Barat.
“Mungkin, keputusan ini merupakan ilham bagi keluarga ku semua,” kata Eti Sama dengan terbata- bata dan berlinang airmata.
Perasaan haru dan bahagia juga dikemukakan dengan penuh haru oleh Agusniat (20) -- menantu perempuan dari Eti Sama-- didampingi suaminya, Yaswan Gea (20).
Sambil menangis haru ibu muda satu anak ini mengaku sangat bahagia setelah masuk Islam.
“Mudah-mudahan ke depannya saya terus berjuang untuk menjadi Islam. Mudah-mudahan Allah SWT bisa membuka jalan rezeki kepada kami.
Kami keluarga sangat sederhana dan hidup sangat susah. Setelah ini (masuk Islam) kami terus berjuang, mudah-mudahan kami bisa bahagia untuk selamanya,” ungkap Agusniat sambil menangis haru ketika diwawancarai Serambinews.com.
Ungkapan dengan penuh haru dari ibu muda ini diaminkan oleh seluruh warga mendampinginya di Masjid Baitul Fallah, Dusun UJong Blang, Gampong Kuta Trieng, Labuhan Haji Barat.
Terima Bantuan Tanah
Keputusan satu keluarga (13 orang) dari Tapanuli ini masuk Agama Islam mendapat simpati dari banyak pihak. Bantuan dari warga dan tokoh masyarakat terus mengalir.
Usai pensyahadatan secara terbuka Camat Labuhan Haji Barat, H Said Surhardi mengumumkan bahwa Azmir SH, tokoh masyarakat Blang Keujeren, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan, dan H Lahmuddin, tokoh masyarakat asal Manggeng, Abdya memberikan wakaf tanah sebagai pertapakan pembangunan rumah bagi keluarga mualaf tersebut.
Tanah sebagai lokasi pembangunan rumah yang diwakafkan oleh Azmir dan H Lahmuddin secara kebEtulan pula berada di satu lokasi di Desa Kuta Trieng, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan.
Usai pensyahadatan, Baitul Mal Aceh Selatan juga memberikan bantuan kepada keluarga mualaf tersebut, termasuk bantuan berupa uang dari sejumlah warga.
Malah, ada bantuan berupa uang yang dikirim salah seorang pejabat dari Banda Aceh yang dititipkan pada seorang untuk diserahkan kepada mualaf tersebut.
Dihadiri Pejabat Pemerintah
Acara pensyahadatan anggota satu keluarga yang masuk Islam di Masjid Baitul Fallah, Dusun Ujong Blang, Gampong Kuta Trieng, bukan saja dihadiri dan disaksikan ratusan warga dan tokoh masyarakat Kecamatan Labuhan Haji Barat, melainkan mendapat perhatian besar dari Pemkab Aceh Selatan.
Acara ini dihadiri dan disaksikan Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekdakab Aceh Selatan, Zaini Bakri, Kadis Pendidikan Dayah, Drs Farid Wadjidi, Kadis Syariat Islam, Indra Hidayat SAg MAg, Kepala Baitul Mal diwakili Firdaus, Camat Labuhan Haji Barat, H Said Suhardi bersama Anggota Muspika serta Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Labuhan Haji Barat, Said Fairus SAg.
Tentu juga hadir Keuchik Gampong Kuta Trieng, Yuhanda bersama perangkat desa serta Imam dan Pengurus Masjid Baitul Fallah Dusun Ujong Blang serta ratusan masyarakat.
Malahan, prosesi pensyahadatan juga disaksikan dua Anggota DPRK Aceh Selatan, Hasbullah dan Nanda Thahir. Tidak ketinggalan Camat Manggeng Abdya, Hamdany SE dan Imam Masjid At-Taqwa Manggeng, Said Firdus dan serta sejumlah tokoh masyarakat Manggeng.
Sekadar diketahui bahwa lokasi pensyahadatan di Desa Kuta Trieng, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan, merupakan kawasan perbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).
Sebelum dilakukan pensyahadatan, Abu Madinah memberikan bimbingan terhadap saudara baru umat Islam itu agar tekun mempelajari ajaran Islam sehingga mampu melaksanakan ibadah secara benar, sekaligus menjadi penganut Islam yang baik dan benar.
Sedangkan Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Zaini Bakri minta keikhlasan masyarakat dan tokoh agama setempat untuk membimbing satu keluarga yang baru menganut Islam tersebut.
Zaini Bakri pada kesempatan itu menjelaskan bahwa Baitul Mal Aceh Selatan akan memberikan biaya hidup sekitar Rp 2 juta per bulan untuk satu keluarga mualaf tersebut.
Sementara bantuan modal usaha akan diupuyakan dari Baitul Provinsi Aceh. (*)
source: https://aceh.tribunnews.com/2020/10/04/nidar-ratna-ayu-bersyukur-jadi-muslimah-kisah-sekeluarga-asal-tapanuli-selatan-sumut-jadi-mualaf?page=all.

Nidar Ratna Ayu
Nidar Ratna Ayu, satu di antara tujuh putri Fatimah mengucapkan kalimat syahadat, dibimbing Said Firdaus, Imam Masjid At-Taqwa, Kecamatan Manggeng, Abdya.
Laporan Zainun Yusuf| Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE – Seorang ibu bersama tujuh putrinya, nekat meninggalkan lokasi hutan sangat terpencil kawasan Tapanuli Selatan, Sumut.
Pindah dari lokasi hutan tempat usaha berkebun yang sudah dilakoni belasan tahun untuk menuju Aceh dengan satu tujuan pindah keyakinan. Sempat terkatung-katung dalam perjalanan karena kehabisan ongkos.
Dibantu seseorang yang berbaik hati, Fatimah Telaum Banua (39) bersama tujuh putrinya akhirnya tiba di lokasi dituju Dusun Ujong Blang, Gampong Ujong Blang, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan, akhir Agustus lalu.
Mereka menumpang di gubuk kecil yang ditempati Arbulan Telaum Banua (45), tidak lain adalah abang kandung Fatimah Telaum Banua.
Dua pekan kemudian, Fatimah bersama putrinya mengacapkan kalimat syahadat.
"Asyhadualla Ilaha Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah" di Masjid At-Taqwa Manggeng, Kecamatan Manggeng, Aceh Barat Daya (Abdya) pada 12 September 2020.
Nidar Ratna Ayu, satu di antara tujuh putri Fatimah mengucapkan kalimat syahadat, dibimbing Said Firdaus, Imam Masjid At-Taqwa, Kecamatan Manggeng, Abdya.
Gadis kelahiran 19 April 2002 ini kepada Serambinews.com mengaku sangat bahagia setelah keinginan memeluk agama Islam terkabul sudah.
Keinginan sangat mulia itu berawal dari ibunya, Fatimah yang memang sejak lahir beragama Islam, kemudian pindah keyakinan saat menikah dengan ayahnya Eti Sama Gea (45) non-muslim.
Nidar Ayu Ratna, anak ketiga dari 10 bersaudara ini mendukung penuh keinginan sang ibu pindah ke Aceh untuk memeluk Islam.
Kebahagiaan gadis ini semakin lengkap setelah sang ayah, Eti Sama Gea bersama abang, Yaswan Gea (20) dan kakak ipar, Agusniat Gea (20) serta adiknya yang laki-laki Yosafat Gea (14) serta anak kemenakan, Elsan (1 tahun), menyusul masuk Islam.
Eti Sama Gea bersama dua anak laki-laki, menantu dan satu cucu mengucapkan kalimat syahadat di Masjid Baitul Fallah, Dusun Ujong Blang, Gampong Kuta Trieng, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan, Jumat (2/10/2020).
Alhasil, satu keluarga besarnya berjumlah 13 orang menjadi mualaf. Malahan, satu lagi abang sulungnya bersama istri dan anak yang masih berada di Tapanuli Selatan akan menyusul mereka ke Aceh Selatan.
Ratna Ayu bersama seluruh anggota keluarga besarnya sangat bahagia dan bersyukur setelah menjadi muslim dan muslimah.
Mereka juga sangat terharu atas dukungan moril dan materil dari banyak pihak, baik dari Aceh Selatan dan Abdya.
“Ini rahmat Islam yang kami rasakan. Moga-moga kami bahagia dalam Islam untuk selamanya,” tambah gadis berumur 18 tahun ini. Resmi memeluk agama Islam, maka kesaharian pun berubah total.
Bersama ibu dan adik-adiknya mulai berpakaian muslimah dan belajar tata cara shalat lima waktu.
“Ayah dan abang dan adik saya yang laki-laki shalat jumat yang pertama di masjid setelah mengucapkan syahadat,” katanya.
Beruntung, Nidar Ratna Ayu bisa belajar bacaan surat pendek dan belajar doa-doa dari istri Arbulan, tidak lain adalah makwonya sendiri.
Bimbangan masyarakat atau siapa saja tentu sangat diharapkan sehingga pelaksanaan ibadah bisa lebih sempurna secara perlahan-lahan.
Gadis yang mulai memakai jilbab ini mengaku senang melihat keseharian kehidupuan masyarakat Aceh, ramah dan suka membantu orang lain, seperti terhadap mereka.
Ratna Ayu dengan senang hati pula mengikuti orang tuanya untuk menetap di Labuhan Haji, Aceh Selatan.
Menangis haru
Seperti diberitakan Serambinews.com kemarin, keluarga mualaf asal Tapanuli Selatan, Sumatera Utara (Sumut) menangis haru setelah mengucapkan kalimat syahadat di Masjid Baitul Fallah Dusun Ujong Blang, Gampong Kuta Trieng, Kecamatan Labuhan Haji Barat, Kabupaten Aceh Selatan, Jumat (2/10/2020).
Saudara baru umat muslimi ini terdiri atas seorang laki-laki bersama dua anak, satu menantu dan satu cucu, dengan kesadaran sendiri masuk Agama Islam.
Mereka berasal dari Desa Gunung Baringin, Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut.
Mereka adalah, Eti Sama Gea (45), bersama dua anak laki-laki, Yaswan Gea (20) dan Yosafat Gea (14), menantu perempuan, Agusniat Gea (20) dan satu cucu, Elsan (1 tahun).
Mualaf ini merupakan suami, anak, menantu dan cucu dari Fatimah Telaum Banua (39) yang sudah duluan masuk Islam.
Fatimah bersama tujuh putrinya telah mengucapkan kalimat syahadat di Masjid At-Taqwa Manggeng, Kecamatan Manggeng, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Sabtu (12/9/2020) lalu.
Fatimah, ibu 11 anak, satu di antaranya meninggal dunia memang sejak lahir beragama Islam, kemudian pindah agama saat menikah dengan Eti Sama Gea yang non-muslim.
Tujuh putri dari pasangan Fatimah Telaum Banua dan Eti Sama Gea yang sudah duluan mengucapkan kalimat syahadat, yakni Nidar Ratna Ayu Gea (18 tahun), Iren Cantika Gea (17), Muliani Gea (13), Melia Gea (11), Amila Gea (9), Mariani Gea (4) dan Imel Gea (3 tahun).
Setelah menjadi muslimah, Fatimah bersama tujuh putrinya menempati rumah penampungan sementara di Dusun Ujong Blang, Desa Kuta Trieng, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan.
Rumah penampungan itu tersedia merupakan upaya dari Camat Labuhan Haji Barat, H Said Suhardi bersama Anggota Muspika setempat.
Rumah tua yang dijadikan penampungan sementara mualaf itu adalah milik warga Labuhan Haji Barat yang sekarang ini bekerja di Malaysia.
Rumah yang sebelumnya dalam kondisi kosong tersebut berlokasi sekitar 100 meter dari gubuk kecil ukuran 2,5 x 6 mater yang ditempati abang kandung Fatimah, Arbulan Telaum Banua (45).
Gubuk kecil yang tidak layak huni ini berlokasi di pinggir Jalan Nasional Blangpidie-Tapaktuan, sudah ditempati Arbulan bersama istri dan tiga anaknya sekitar 6 tahun terakhir.
Gubuk ini sempat digunakan menampung adiknya Fatimah bersama tujuh putrinya.
Dengan demikian satu keluarga beranggotakan 13 orang, terdiri dari suami, istri, sembilan anak, satu menantu dan satu cucu, resmi pindah keyakinan menjadi penganut Agama Islam.
“Masih ada satu orang lagi anak kami yang tertua (sulung) laki-laki dan sudah berkeluarga masih tinggal di Tapanuli Selatan. Juga ada rencana menyusul kami ke Aceh,” kata Eti Sama Gea kepada Serambinews.com usai acara pensyahadatan, Jumat (2/10/2020).
Prosesi pensyahadatan dipimpin Tgk H Ahmad Ismi Lc MA, atau yang lebih dikenal Abu Madinah, Pimpinan Dayah Babun Najah Banda Aceh.
“Abu Madinah secara kebetulan ada jadwal mengajar setiap Jumat di Dayah Darussalam, kemudian diutus pihak Dayah untuk membimbing kalimat syahadat terhadap satu keluarga yang masuk Islam,” kata Camat Labuhan Haji Barat, H Said Suhardi.
Keinginan sendiri
Sementara Eti Sama Gea (45) sebagai kepala keluarga setelah mengucapkan kalimat syahadat mengaku sangat bahagia dan terharu atas perhatian sangat besar dari warga muslim setempat.
Ayah 10 putra-putri dari perkimpoiannya dengan Fatimah mengatakan keputusan pindah keyakinan murni keinginan bersama istri dan anak, dan sama sekali tidak ada paksaan dari pihak manapun.
Karena tertarik menjadi penganut Islam, Eti Sama Gela, rela meninggalkan tempat tinggal yang sudah dihuni puluhan tahun di lokasi hutan Morsa, kawasan sangat terpencil Desa Gunung Baringin, Tapanuli Selatan, kemudian datang ke Aceh.
Ia bersama seluruh keluarga berencana menetap dan berbaur bersama masyarakat di Labuhan Haji Barat.
“Mungkin, keputusan ini merupakan ilham bagi keluarga ku semua,” kata Eti Sama dengan terbata- bata dan berlinang airmata.
Perasaan haru dan bahagia juga dikemukakan dengan penuh haru oleh Agusniat (20) -- menantu perempuan dari Eti Sama-- didampingi suaminya, Yaswan Gea (20).
Sambil menangis haru ibu muda satu anak ini mengaku sangat bahagia setelah masuk Islam.
“Mudah-mudahan ke depannya saya terus berjuang untuk menjadi Islam. Mudah-mudahan Allah SWT bisa membuka jalan rezeki kepada kami.
Kami keluarga sangat sederhana dan hidup sangat susah. Setelah ini (masuk Islam) kami terus berjuang, mudah-mudahan kami bisa bahagia untuk selamanya,” ungkap Agusniat sambil menangis haru ketika diwawancarai Serambinews.com.
Ungkapan dengan penuh haru dari ibu muda ini diaminkan oleh seluruh warga mendampinginya di Masjid Baitul Fallah, Dusun UJong Blang, Gampong Kuta Trieng, Labuhan Haji Barat.
Terima Bantuan Tanah
Keputusan satu keluarga (13 orang) dari Tapanuli ini masuk Agama Islam mendapat simpati dari banyak pihak. Bantuan dari warga dan tokoh masyarakat terus mengalir.
Usai pensyahadatan secara terbuka Camat Labuhan Haji Barat, H Said Surhardi mengumumkan bahwa Azmir SH, tokoh masyarakat Blang Keujeren, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan, dan H Lahmuddin, tokoh masyarakat asal Manggeng, Abdya memberikan wakaf tanah sebagai pertapakan pembangunan rumah bagi keluarga mualaf tersebut.
Tanah sebagai lokasi pembangunan rumah yang diwakafkan oleh Azmir dan H Lahmuddin secara kebEtulan pula berada di satu lokasi di Desa Kuta Trieng, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan.
Usai pensyahadatan, Baitul Mal Aceh Selatan juga memberikan bantuan kepada keluarga mualaf tersebut, termasuk bantuan berupa uang dari sejumlah warga.
Malah, ada bantuan berupa uang yang dikirim salah seorang pejabat dari Banda Aceh yang dititipkan pada seorang untuk diserahkan kepada mualaf tersebut.
Dihadiri Pejabat Pemerintah
Acara pensyahadatan anggota satu keluarga yang masuk Islam di Masjid Baitul Fallah, Dusun Ujong Blang, Gampong Kuta Trieng, bukan saja dihadiri dan disaksikan ratusan warga dan tokoh masyarakat Kecamatan Labuhan Haji Barat, melainkan mendapat perhatian besar dari Pemkab Aceh Selatan.
Acara ini dihadiri dan disaksikan Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekdakab Aceh Selatan, Zaini Bakri, Kadis Pendidikan Dayah, Drs Farid Wadjidi, Kadis Syariat Islam, Indra Hidayat SAg MAg, Kepala Baitul Mal diwakili Firdaus, Camat Labuhan Haji Barat, H Said Suhardi bersama Anggota Muspika serta Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Labuhan Haji Barat, Said Fairus SAg.
Tentu juga hadir Keuchik Gampong Kuta Trieng, Yuhanda bersama perangkat desa serta Imam dan Pengurus Masjid Baitul Fallah Dusun Ujong Blang serta ratusan masyarakat.
Malahan, prosesi pensyahadatan juga disaksikan dua Anggota DPRK Aceh Selatan, Hasbullah dan Nanda Thahir. Tidak ketinggalan Camat Manggeng Abdya, Hamdany SE dan Imam Masjid At-Taqwa Manggeng, Said Firdus dan serta sejumlah tokoh masyarakat Manggeng.
Sekadar diketahui bahwa lokasi pensyahadatan di Desa Kuta Trieng, Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan, merupakan kawasan perbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).
Sebelum dilakukan pensyahadatan, Abu Madinah memberikan bimbingan terhadap saudara baru umat Islam itu agar tekun mempelajari ajaran Islam sehingga mampu melaksanakan ibadah secara benar, sekaligus menjadi penganut Islam yang baik dan benar.
Sedangkan Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Zaini Bakri minta keikhlasan masyarakat dan tokoh agama setempat untuk membimbing satu keluarga yang baru menganut Islam tersebut.
Zaini Bakri pada kesempatan itu menjelaskan bahwa Baitul Mal Aceh Selatan akan memberikan biaya hidup sekitar Rp 2 juta per bulan untuk satu keluarga mualaf tersebut.
Sementara bantuan modal usaha akan diupuyakan dari Baitul Provinsi Aceh. (*)
source: https://aceh.tribunnews.com/2020/10/04/nidar-ratna-ayu-bersyukur-jadi-muslimah-kisah-sekeluarga-asal-tapanuli-selatan-sumut-jadi-mualaf?page=all.
Alhamdulillah




rakooon dan otakgakdipake memberi reputasi
0
1K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan