- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Alasan Kenapa Masyarakat Nggak Perlu Panik saat Resesi


TS
goal481
Alasan Kenapa Masyarakat Nggak Perlu Panik saat Resesi
Alasan Kenapa Masyarakat Nggak Perlu Panik saat Resesi
Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 03 Okt 2020 10:45 WIB

Ilustrasi/Foto: Pradita Utama
Sumber
Merendah untuk meroket
Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 03 Okt 2020 10:45 WIB

Ilustrasi/Foto: Pradita Utama
Quote:
Jakarta - Sudah masuk bulan Oktober, Indonesia tinggal menunggu pengumuman dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk kepastian resmi resesi ekonomi. Resesi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi minus dua kuartal berturut-turut.
Hal ini karena Indonesia diyakini akan mengalami pertumbuhan negatif pada kuartal III. Memang, Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang mengalami resesi.
Sebelumnya sudah banyak negara maju dan negara berkembang yang mengumumkan masuk ke jurang resesi.
Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menjelaskan jika masyarakat tidak perlu panik saat Indonesia mengalami resesi.
"Saya kira yang perlu diperhatikan masyarakat, bahwa resesi juga dialami oleh negara lain dan masyarakat tidak perlu panik," ujar Yusuf.
Meski demikian, masyarakat juga harus mulai menyiapkan dana darurat yang nantinya bisa digunakan dalam kondisi terdesak. Hal ini karena resesi akan berdampak pada pelemahan daya beli hingga pemutusan hubungan kerja (PHK).
Bahkan dampak dari resesi ini akan membuat PHK yang sudah terjadi sejak awal pandemi COVID-19 terus berlanjut. Pegawai yang saat ini statusnya dirumahkan dan kena pemotongan gaji pun bisa bernasib lebih buruk.
Sementara itu, Staf Khusus Menko Perekonomian Reza Yamora Siregar mengatakan pemerintah terus berupaya menekan pelemahan ekonomi melalui percepatan penyerapan anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Menurut dia, percepatan penyerapan ini akan berdampak pada realisasi pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal III-2020. Di dalam program PEN, dikatakan Reza, terdapat program-program yang langsung menyentuh masyarakat khususnya yang terdampak COVID-19.
"Kita monitor ini secara teratur mingguan dan dikoordinasikan di bawah komite penanggulangan COVID-19 dan PEN," kata Reza.
Selain itu, fokus pemerintah menangani permasalahan di sektor kesehatan pun dengan meningkatkan sosialisasi protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan atau 3M. Selain itu, meningkatkan proses testing, tracing, dan treatment atau 3T.
"Jadi PEN yang lebih efektif. Program melawan COVID yang makin diperkuat akan mendorong pemulihan kepercayaan pada sisi konsumen yang akan mendorong sisi produksi dan investasi. Inilah makanya kami optimis dengan pemulihan ekonomi kita," ungkapnya.
Perlu diketahui ekonomi Indonesia dipastikan resesi karena diperkirakan pada kuartal III masih berada di zona negatif. Kementerian Keuangan telah merilis angka proyeksi yaitu di kisaran minus 2,9% sampai minus 1% pada kuartal III dan seluruh tahun ini sekitar minus 1,7% sampai minus 0,6%.
Meski kuartal III berakhir pada akhir September. Namun pengumuman realisasi pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) Indonesia baru dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 5 November 2020.
Hal ini karena Indonesia diyakini akan mengalami pertumbuhan negatif pada kuartal III. Memang, Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang mengalami resesi.
Sebelumnya sudah banyak negara maju dan negara berkembang yang mengumumkan masuk ke jurang resesi.
Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menjelaskan jika masyarakat tidak perlu panik saat Indonesia mengalami resesi.
"Saya kira yang perlu diperhatikan masyarakat, bahwa resesi juga dialami oleh negara lain dan masyarakat tidak perlu panik," ujar Yusuf.
Meski demikian, masyarakat juga harus mulai menyiapkan dana darurat yang nantinya bisa digunakan dalam kondisi terdesak. Hal ini karena resesi akan berdampak pada pelemahan daya beli hingga pemutusan hubungan kerja (PHK).
Bahkan dampak dari resesi ini akan membuat PHK yang sudah terjadi sejak awal pandemi COVID-19 terus berlanjut. Pegawai yang saat ini statusnya dirumahkan dan kena pemotongan gaji pun bisa bernasib lebih buruk.
Sementara itu, Staf Khusus Menko Perekonomian Reza Yamora Siregar mengatakan pemerintah terus berupaya menekan pelemahan ekonomi melalui percepatan penyerapan anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Menurut dia, percepatan penyerapan ini akan berdampak pada realisasi pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal III-2020. Di dalam program PEN, dikatakan Reza, terdapat program-program yang langsung menyentuh masyarakat khususnya yang terdampak COVID-19.
"Kita monitor ini secara teratur mingguan dan dikoordinasikan di bawah komite penanggulangan COVID-19 dan PEN," kata Reza.
Selain itu, fokus pemerintah menangani permasalahan di sektor kesehatan pun dengan meningkatkan sosialisasi protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan atau 3M. Selain itu, meningkatkan proses testing, tracing, dan treatment atau 3T.
"Jadi PEN yang lebih efektif. Program melawan COVID yang makin diperkuat akan mendorong pemulihan kepercayaan pada sisi konsumen yang akan mendorong sisi produksi dan investasi. Inilah makanya kami optimis dengan pemulihan ekonomi kita," ungkapnya.
Perlu diketahui ekonomi Indonesia dipastikan resesi karena diperkirakan pada kuartal III masih berada di zona negatif. Kementerian Keuangan telah merilis angka proyeksi yaitu di kisaran minus 2,9% sampai minus 1% pada kuartal III dan seluruh tahun ini sekitar minus 1,7% sampai minus 0,6%.
Meski kuartal III berakhir pada akhir September. Namun pengumuman realisasi pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) Indonesia baru dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 5 November 2020.
Sumber
Merendah untuk meroket


petani.syusyu memberi reputasi
1
543
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan